Mind Reading - Bagian 12

8 4 0
                                    

Selama beberapa hari ini, Mike merasa gugup setiap bekerja di kantor, terutama jika ia berpapasan dengan Anggi.

'Iya, dia nanya-nanya lu asli Jakarta apa bukan, sejak kapan kerja di sini, gimana hubungan lu sama tim, dan beberapa hal umum lain tentang diri lu lah.'

Kata-kata Tommy ketika mereka makan siang Senin kemarin masih terngiang-ngiang di benak Mike.

'Dia juga nanya lu dekat sama siapa aja kalau di kantor. Gw sih bilang kalau lu dekat sama tim lu, tapi gak ada yang dekat secara khusus.'

Mike merasa sedikit senang sekaligus gugup. Meskipun punya pengalaman pacaran, baru kali ini ia menaksir seseorang dalam jangka waktu lama dan ternyata ada kemungkinan orang tersebut juga punya perasaan yang sama.

'Katanya sih, kalau ada waktu, dia mungkin pengen coba ngobrol-ngobrol sama lu. Dia bilang sih, dia pengen belajar ilmu Product Management ke lu.'

Mike memutuskan pergi turun ke kafetaria di lantai dasar gedung kantor karena lapar dan sulit berkonsentrasi. Hingga sekarang, pembicaraannya dengan Tommy masih terngiang-ngiang.

'Sebagai teman yang baik, gw udah promoin lu yang bagus-bagus. Jadi, sana cepetan temuin dan tembak si Hime.'

Mike hampir berteriak di dalam hatinya setiap mengingat akhir pembicaraan tersebut. Rasanya aneh karena Anggi tiba-tiba tertarik kepada dirinya. Selama satu tahun saling mengenal, mereka hanya berinteraksi seperlunya. Itupun hampir seluruhnya diinisiasi oleh Mike karena berkaitan dengan pekerjaan.

Menjelang sore, kafetaria karyawan cenderung tidak begitu ramai karena mereka memilih menyelesaikan pekerjaan di ruangan masing-masing agar dapat pulang tepat waktu. Mike membeli es teh tarik coklat favoritnya dan duduk di salah satu meja yang posisinya berada di dekat jendela.

'Duh banyak banget yang jadi beban pikiran gw sekarang. Masalah Bu Melinda, Big Bear, launching fitur baru, Hime...'

Mike melamun sambil memikirkan berbagai hal. Kemudian, ia mengeluarkan ponsel miliknya untuk mengecek notifikasi berita terbaru.

'Hmm, kasus prank Yutuber berujung maut, update terhadap kasus perkelahian mahasiswa Taruna Bangsa beberapa pekan lalu, berita penangkapan politisi yang terlibat kasus suap. Duh, perasaan makin ke sini, makin banyak kasus-kasus kriminal ya.'

Saat melihat-lihat berita, ia menemukan sebuah artikel tentang rangkuman Kasus Merah yang terjadi di tanah air dan mencoba membacanya.

Sepanjang satu tahun ke belakang, telah jatuh tujuh orang korban oleh pelaku Kasus Merah. Tidak ada persamaan selain cara kematian para korbannya. Tidak ada saksi mata yang melihat orang mencurigakan sebelum maupun sesudah kematian korban. Tidak ada tanda kekerasan apapun ditemukan pada korban.

Korban Kasus Merah terakhir adalah seorang pengusaha katering makanan. Jasadnya ditemukan di daerah Kota Tua pada akhir April lalu, di mana secara kebetulan Mike adalah orang pertama yang menemukan tubuhnya. Namun sejak itu, tidak pernah lagi ada berita yang mengangkat Kasus Merah.

'Hmm, Satria bilang, ayahnya adalah korban pertama sesungguhnya dari pelaku Kasus Merah dua tahun yang lalu. Apa dia gak melihat seseorang yang menjadi saksi kunci kematian papanya ya? Padahal, mungkin gw bisa bantu dengan kekuatan Mind Reading ini...'

Rasa penasaran Mike mendadak timbul kembali. Sebelum terlalu sibuk dengan DiaShop, Mike termasuk orang yang sangat mengikuti perkembangan Kasus Merah. Bagaimana jika dia membantu Satria menginvestigasi Kasus Merah?

'Agh! Gw terlalu penasaran nih. Oke begini saja. Gw janji bakal ceritain ke dia soal kekuatan ini ke dia setelah gw numpang ngelihat memori ini. Gw janji ke diri gw gak akan sentuh memori-memori privat dia selain yang satu ini. Gw bakal bantuin dia investigasi kasus ini. Toh, hitung-hitung bantu teman juga kan.'

Mike akhirnya menyerah kepada rasa penasarannya yang terlalu tinggi dan membayangkan buku bersampul Satria di hadapannya.


'MIND READING!'


Dalam dunia imajinasi, ia membuka buku tersebut dan mengakses daftar isi memori Satria. Ia mencari indeks tentang Kasus Merah. Benar saja, ingatan pertamanya yang terdaftar di kategori Kasus Merah adalah saat kematian ayahnya.

'Oke, gw udah pernah melihat mayat secara real. Jadi, gw harusnya gak akan kaget sama visualisasi yang akan ditampilkan... Semoga.'

Saat halaman memori tersebut dibuka, Mike memilih untuk memutar 'film' ingatan Satria akan kejadian tersebut.

Pada layar 'film' ia melihat sosok seorang pria berambut pendek bergelombang. Sepertinya ia berusia paruh baya dan sedang mengenakan jaket putih rumah sakit. Dari latar tempatnya, Mike merasa lokasinya adalah suatu rumah sakit terkenal di Jakarta yang pernah dikunjunginya. Kemungkinan besar, pria tersebut adalah dokter yang bekerja di sana.

Pria yang tampaknya adalah ayah dari Satria tersebut tampak panik dan masuk ke dalam suatu ruangan yang sepertinya kamar pasien VIP. Layar film tidak mengikuti pria tersebut masuk, berarti Satria tidak ikut masuk ke dalam ruangan.

Sebentar kemudian, terdengar teriakan seorang wanita dari dalam ruangan. Pintu ruangan langsung dibuka oleh Satria dan...


ERROR!!


ERROR!!


ERROR!!


Layar film memori tiba-tiba menampilkan tulisan 'ERROR!!' yang diulang terus menerus. Mike kaget karena baru pertama kali mengalami kasus ini saat membaca memori Satria. Selain itu, seluruh teks deskripsi di bawah layar film juga berubah menjadi tulisan 'ERROR' yang diulang-ulang.

Mendadak, tubuh Mike terhempas keluar dari buku memori Satria meskipun durasi waktu penggunaan Mind Reading belum selesai.

Tersadar di dunia nyata secara mendadak membuat jantung Mike berdegup kencang dan berkeringat. Ia menyeruput es teh tariknya untuk menenangkan diri.

'Itu... apa yang barusan terjadi ya? Apa karena itu memori yang sangat menyakitkan? Atau mungkin, memori tersebut memang tidak bisa diakses karena suatu hal? Atau...'

"Permisi, kursinya kosong?"

Seorang wanita berdiri di dekat Mike dan mengaburkan berbagai pertanyaan yang ia tanyakan kepada dirinya sendiri..

"Mike, gw boleh duduk bareng sama lu?" tanya Anggi kepada Mike yang masih berusaha menenangkan diri.


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang