Time Freeze - Bagian 20

5 3 0
                                    

Sore harinya, Gisela mengajak Elisa untuk menemaninya di kamar. Kamar Gisela terletak di lantai dua restoran, namun letaknya tersembunyi sehingga pengunjung biasa tidak akan mungkin menemukan jalan untuk masuk ke sana. Area lantai dua merupakan area yang tersambung dengan ruang istirahat pegawai restoran dan tentunya tidak dibuka untuk umum.

Di dalam kamar, Gisela mengintip dari balik gorden ke arah luar jendela.

Ia sedikit rindu menghidup udara segar di luar. Namun, ia paham bahwa ia belum bisa bebas karena menjadi buronan polisi. Satu-satunya sisi positif yang terpikirkan olehnya adalah masuk ke sel penjara yang sama dengan ibunya, Jonru Kapak Besi. Namun, ia tidak ingin ditangkap hingga membalas dendam kepada penyekapnya.

"Nona Gisela, saya paham kalau kamu rindu pergi keluar. Namun, sebaiknya hindari mengintip dari jendela terlalu sering. Kita tidak tahu bila ada yang diam-diam mengawasi restoran ini dari luar," ucap Elisa yang duduk tegap di dekat Gisela.

"Bukannya Mother bilang kalau restoran ini tidak diawasi oleh polisi ya?"

"Benar. Mata-mata kami di kepolisian pasti akan menginformasikan kepada kami kalau ada razia ataupun pergerakan di sekitar area ini. Namun, yang saya maksud adalah pelaku penyekapan Nona, atau kaki tangannya."

Mendengar hal tersebut, Gisela menyelesaikan kegiatan mengintipnya dan menghempaskan dirinya ke arah ranjang. Ia memeluk bantal sambil memainkan kakinya seolah sedang berenang dengan gaya bebas.

"Hei, Elisa. Kira-kira... aku bisa kembali hidup normal lagi gak yah..."

Elisa tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Ia memejamkan matanya sebentar, seolah sedang memikirkan kata-kata yang tidak akan menyinggung anak dari klien terbesar Mother tersebut.

"Saya... kurang tahu. Setelah Nona mengikat kontrak dengan Korona lewat aplikasi tersebut, saya rasa hidup Nona tidak akan bisa kembali normal. Nona Gisela harus benar-benar menjaga agar durasi kekuatan super kamu tidak sampai habis."

"Oh, bukan masalah itu sih. Yang aku maksud, hidup seperti dulu."

Gisela sempat membenamkan kepalanya sejenak ke bantal yang dipeluknya, kemudian lanjut berbicara.

"Aku pengen bareng papa dan mama. Mereka janji untuk keluar dari bisnis narkoba dan membangun restoran yang kelak akan diwariskan ke aku. Aku bisa membanggakan pekerjaan mereka, terus bekerja normal, lalu jatuh cinta dengan normal..."

Gisela menghentikan gerakan kakinya, namun ia memeluk bantal lebih erat. Wajahnya memancarkan sedikit ekspresi sedih.

"Kalau itu, saya rasa masih ada harapan sambil menunggu kedua orang tua kamu bebas. Namun, sulit sekali untuk mewujudkannya di Indonesia, kecuali nama Nona sudah terhapus dari daftar buronan polisi."

"Hei, memangnya di PHANTOM, gak ada orang yang punya kekuatan super untuk memanipulasi informasi?"

Elisa kembali diam sejenak untuk memikirkan jawabannya.

Kekuatan super yang diberikan Korona oleh aplikasi Superpower bukanlah hal yang bersifat rahasia bagi para anggota PHANTOM. Namun, anggota yang berhasil mengikat kontrak dan memiliki kekuatan super sangatlah sedikit.

Seluruh anggota PHANTOM yang memiliki kekuatan super tersebut akan langsung diangkat untuk bergabung dengan kelompok khusus bernama The Jokers dan diberi titel Joker. Joker awalnya memiliki enam orang anggota, namun saat ini hanya tersisa lima orang saja yang tergabung dalam kelompok tersebut.

Diangkat sebagai Joker memiliki banyak keuntungan. Misalnya, mereka hanya menerima perintah langsung dari Mother, diberikan tempat tinggal khusus di luar restoran, memiliki struktur kelompok sendiri di bawahnya, serta mengetahui sosok asli Mother. Dari kelima Joker, hanya Elisa yang tinggal dan sering terlihat di markas PHANTOM.

"Seingat saya, tidak ada Joker yang memiliki kekuatan memanipulasi informasi. Seluruh Joker diwajibkan membagi informasi kekuatan supernya kepada sesama Joker, jadi saya cukup yakin tidak ada yang memilikinya," jawab Elisa sambil menggelengkan kepalanya.

"Hmm, kekuatan kamu bukan tipe yang berkaitan dengan informasi juga ya? Apa namanya?"

"Persona, Nona Gisela. Ini kekuatan untuk penyamaran dan sering saya gunakan untuk misi penyelidikan."

Elisa menjelaskan sepintas mengenai kekuatan supernya.

Kekuatan Persona dapat digunakan kepada dirinya atau orang lain untuk berubah menjadi suatu karakter dalam film yang pernah ditonton Elisa, siapapun karakter tersebut. Kekuatan tersebut sangat berguna dalam berbagai pekerjaan yang membutuhkan penyamaran, karena ia bisa menyamar menjadi orang lain.

"Yakin tidak ada Joker yang lain? Atau mungkin, ada anggota PHANTOM yang bukan Joker tapi punya kekuatan super tersebut?"

"Seharusnya, tidak mungkin. Keuntungan menjadi Joker sangat menarik untuk dilewatkan. Bila ada anggota kami yang berhasil mengikat kontrak dengan Korona, maka mereka akan langsung memberitahukannya kepada salah satu Joker untuk segera diproses menjadi bagian dari The Jokers."

Gisela tampak sedikit kecewa mendengarnya. Ia yakin bahwa di luar sana pasti ada orang yang memiliki kekuatan super tersebut.

"Ya sudah. Kalaupun gak bisa hidup normal di Indonesia, aku masih bisa hidup normal di luar negeri nanti," Gisela menghela nafas panjang, "Kalau kamu, gimana Elisa? Gak pengen hidup normal?"

Elisa tampak bingung dengan pertanyaan tersebut.

"Bagi saya yang sebelumnya berasal dari panti asuhan ini, kehidupan di sini sudah menjadi sesuatu yang normal bagi saya."

"Duh Elisa. Maksudku, kamu kan terlantar sebelum ke panti. Kamu gak ada keinginan sedikitpun untuk mencari orang tua asli kamu dan tinggal bareng, gitu? Terus misalnya, berhenti dari pekerjaan ini dan bekerja yang normal-normal saja?"

Elisa memejamkan matanya sejenak untuk berpikir.

"Saya rasa, hal tersebut tidak mungkin terjadi sih nona Gisela." Elisa membuka mata kembali, "Saya berhutang budi kepada Mother. Sekalipun kebetulan saya menemukan orang tua saya, saya akan tetap memilih bekerja di sini."

"Hmm...," Gisela mendadak duduk di tempat dan berbalik ke arah Elisa, "Kalau jatuh cinta dengan seseorang, gimana? Terus kamu menikah, punya anak, bangun keluarga normal. Kepikiran gak?"

"Itu...," pipi dan telinga Elisa tiba-tiba memerah.

Mata Gisela langsung berbinar melihat reaksi tak disangka tersebut.

"Eh? Muka kamu kok blushing? Kulit kamu putih, jadi kelihatan banget lho. Jangan-jangan kamu lagi suka dengan seseorang ya?" goda Gisela.

"Ah... Tidak ada apa-apa. Mohon maaf, saya terlihat kurang profesional," jawab Elisa sambil menunduk malu.

"Gak apa-apa. Coba kamu cerita. Di PHANTOM kan lumayan banyak laki-laki. Salah satunya ada yang kamu suka ya?"

"Uh, bukan. Bukan begitu, nona Gisela... Oh ya. Nona tertarik melihat dapur restoran kita kan? Mau saya antar ke sana?" ucap Elisa mengalihkan topik pembicaraan. Rona pipinya masih terlihat merah.

"Lho, kamu cepat sekali ya berganti topik. Ya sudah, boleh saja. Tapi bukannya kamu bilang sendiri ya kalau Mother belum mengijinkan aku keluar?"

Elisa memalingkan muka dari hadapan Gisela untuk menyembunyikan reaksi wajahnya.

"Selama Nona Gisela tidak memberitahukan Mother maupun mengungkit pertanyaan soal cinta, tidak apa-apa. Saya bisa pakai kekuatan saya untuk membantu nona menyelundup ke dapur, bahkan sekalian berjalan-jalan di restoran."

Gisela tersenyum lebar dan mengangguk setuju.


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang