Mind Reading - Bagian 19

7 4 0
                                    

Tanggal 30 Juni, Rabu malam, merupakan salah satu malam bersejarah bagi Diamond.

Menjelang perayaan ulang tahun perusahaan kelima, Diamond selalu mengadakan acara Gala Dinner yang mengundang berbagai rekan bisnis dan jurnalis untuk memperkenalkan produk baru, fitur baru, ataupun rencana perusahaan setahun ke depan. Selain itu, perusahaan ini juga gemar mengadakan doorprize berhadiah menarik bagi para tamu undangan acara tersebut.

Acara ini membuat jalanan di sekitar Gedung Menara Artha Rahaja tampak dipadati oleh kendaraan para tamu undangan. Untungnya, Satria sebagai salah satu perwakilan jurnalis DailyTechno sudah belajar dari pengalaman tahun lalunya terjebak macet panjang, dan memilih datang dengan ojek daring.

Setelah membenahi lengan kemeja panjang dan sepatu pantofelnya, ia berjalan masuk ke dalam gedung dan menukar identitas diri di resepsionis. Kemudian, ia pergi menuju ke lantai tiga menggunakan lift bersama beberapa orang pengunjung lain, tempat Gala Dinner berlangsung.

Begitu lift terbuka, terdapat lorong besar dengan meja pendaftaran tamu dan pintu menuju ruang auditorium. Selesai mendaftarkan diri, Satria masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia melihat ruangan auditorium terluas di gedung tersebut kini telah disulap menjadi ruangan berdekorasi megah bernuansa merah dan hijau, sesuai dengan warna logo perusahaan.

Berbagai meja bundar besar disusun menyebar di seluruh ruangan. Bagian depan dikhususkan untuk rekan bisnis dan direksi, tengah untuk jurnalis, dan belakang untuk karyawan lain yang hadir. Panggung di depan diisi dengan penampilan band lokal. Berbagai hidangan ringan disediakan di setiap meja, namun pengunjung juga dapat mengambil santapan ringan atau minuman di stall yang terletak di bagian belakang ruangan.

Sambil mencari meja yang kosong, Satria mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Hei, lu udah di mana? Acaranya bentar lagi dimulai?" tanya Satria kepada seseorang melalui panggilan aplikasi WhatsUp.

"Iyah Pak, sepuluh menit sampe nih. Jumat malam gini macet banget soalnya," jawab Ellie yang menjadi lawan bicaranya.

"Ya, kan gw udah bilang kalau pasti bakal macet. Lu gak datang pake motor lu?"

"Euh, gw pake rok panjang soalnya Pak. Jadi ini gw pake DiaDrive buat sewa mobil dari sejam yang lalu, lho."

Satria menghela nafas pendek. Ia yakin kalau Ellie sengaja ingin tampil sedikit menawan untuk mengambil beberapa swafoto di acara ini untuk diunggah ke Instangram.

"Ya sudah, kalau gitu hati-hati di jalan. Gw secure tempat duduk dulu," ucap Satria sambil menyudahi panggilan.

Ia memilih salah satu meja bundar yang mayoritas tempat duduknya cenderung masih kosong dan menaruh tas yang dibawanya ke kursi di sebelah kanannya. Saat baru duduk, bahunya tiba-tiba ditepuk oleh seseorang.

"Hei Satria, gimana kabar?" tanya Mike sambil tersenyum lebar.

"Hoo, Mike. Kabar cukup baik," jawab Satria sambil mempersilahkan Mike yang mengenakan kemeja biru lengan panjang duduk di kursi sebelah kirinya.

"Ah, santai aja. Lu mau sekalian gw ambilin kopi gak?"

"Oh gak usah. Ntar gw suruh bawahan gw yang bentar lagi datang aja buat ambil. Hukuman gara-gara telat, padahal gw udah suruh datang duluan setengah jam yang lalu."

Mike tertawa menanggapinya. Mereka berdua lanjut berbasa-basi singkat.

"Lu tahu gak, acara ini dikonsep sama tim EO-nya Harry. Lu sempat ketemu dia gak?" tanya Mike sambil melihat ke sekitarnya.

"Eh? Keren banget dia bisa dapat Diamond jadi kliennya. EO-nya makin maju ya sekarang. Sayang gw belum ngelihat dia."

"Yup," Mike mendekat ke arah Satria sambil berbicara pelan, "Sepertinya CEO kita, Bu Samantha, punya personal interest ke dia juga. Makanya dia yang paling di-prefer dari semua vendor."

Satria manggut-manggut. Ia sekilas mengingat kembali Harry, salah satu teman dekatnya dan Mike di WISH. Pria tersebut memang memiliki kharisma tersendiri, namun sayang Satria sudah lama tidak berjumpa dengannya.

"Betewe, gw... Boleh tanya sesuatu?" Mike lanjut berbicara dengan suara normal.

"Tanya apa? Urusan kerjaan atau pribadi?"

"Ehh... Mungkin agak pribadi tapi kayaknya nyambung ke kerjaan? Haha," jawab Mike dengan sedikit ragu.

"Ya, sok tanya dulu aja. Tapi terserah gw ya, mau jawab atau gak."

"Oke. Jadi... Apakah lu pernah kehilangan ingatan?"

Wajah Satria berubah menjadi heran saat mendengar pertanyaan yang ia rasakan sebagai pertanyaan random tersebut.

"Uh.. Gw kurang paham maksud pertanyaan lu. Ya umumnya orangnya pasti lupa ingatan tertentu lah, kecuali yang punya photographic memory."

"Mungkin tepatnya, apa lu pernah merasa tidak bisa mengingat suatu pengalaman tertentu? Seperti pengalaman-pengalaman yang menyakitkan hati kalau diingat lagi, gitu."

Satria diam sejenak untuk berpikir. Ia merasa Mike memiliki maksud tersembunyi di balik pertanyaan tersebut. Bila ada pengalaman yang menyakitkan hatinya, maka bukannya ia tidak ingat. Ia justru memilih untuk tidak mau mengingat pengalaman tersebut.

"Gak sih, harusnya. Kenapa lu tiba-tiba nanya gitu?"

"Hmm.. Beres acara ini, atau mungkin pas ada waktu, kita ngobrol-ngobrol lagi yuk. Waktunya gak banyak kalau sekarang. Haha," jawab Mike seadanya sambil melihat ke arah arloji yang dikenakannya. Ia tampak sedikit gelisah.

"Oh, ya udah. Gw juga lagi sedikit senggang sih. Weekend ini juga boleh."

"Sip. Oh ya satu lagi," ucap Mike sambil beranjak dari tempat duduknya, "Lu... Percaya kalau kekuatan super itu ada?"

Wajah Satria kembali tampak heran mendengarnya, namun ia tiba-tiba teringat sesuatu.

"Oh, ini lu lagi ngebahas artikel 'Aplikasi untuk Menggali Potensi Diri' yang gw dan bawahan gw tulis di DailyTechno? Yang salah satunya tentang aplikasi kekuatan super yang lagi viral itu?" Satria menjawab sambil menggosok dagunya yang masih memiliki bekas brewok yang kurang rapih dicukur.

"Oh, gw belum baca artikel itu sih, tapi ya... Mungkin aja berhubungan sih."

"Yah, gw pernah dengar sih ada manusia listrik atau yang punya kekuatan psychic. Mungkin kekuatan super memang ada kali yah. Gw sempat iseng nyoba aplikasi itu juga, hasilnya gw gak punya kekuatan apa-apa. Lu... Kenapa nanya yang random melulu dari tadi sih?"

"Haha, nanti deh gw cerita-cerita kalau kita ketemu lagi ya. Gw udah harus ketemu sama bos gw dulu. Yuk, dah!" jawab Mike sambil berjalan pergi.

Satria yang ditinggalkan tiba-tiba tersebut masih berwajah bingung, namun ia memutuskan untuk tidak begitu mempedulikan pertanyaan Mike dan bersiap-siap mengeluarkan buku catatan.

"Betewe," Mike mendadak berjalan kembali mendekati Satria sambil setengah berteriak, "Pastikan hari ini lu konsentrasi ke arah panggung ya. Ada sesuatu yang nantinya pasti menarik buat lu dan semua yang hadir di sini."

Oke, Satria kembali memasang wajah bingungnya.


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang