Mind Reading - Bagian 17

8 4 0
                                    

Beberapa hari kemudian, Mike memaksa Tommy untuk makan malam bersamanya di mal Central Park. Ia ingin mengkonfirmasi beberapa hal dengannya terkait informasi yang ia peroleh setelah membaca pikirannya.

"Tumben amat lu ngajak gw makan malam bareng. Apa... Lu udah belok ke gw karena lu ditolak Hime? Gw udah punya cewek lho," ucap Tommy sambil menyengir.

"Ngaco, gw masih suka cewek ya," ujar Mike sambil berpura-pura hendak melempar buah pisang kepada Tommy, "Lagian gimana ceritanya ditolak. Gw belum nembak dia juga. Hari inipun, Hime masih belum masuk."

Mereka berbasa basi sejenak sambil menikmati hidangan Sunda di salah satu restoran yang terletak di lantai dasar dan menghadap ke arah taman Central Park. Hari ini masih termasuk hari kerja biasa, sehingga restoran tersebut tidak begitu dipadati tamu. Mike dan Tommy memilih meja makan yang berada di dekat jendela yang tidak begitu dikelilingi oleh tamu lainnya.

"Ya ya ya. Jadi, lu mau diskusi apa sama gw? Sampe bilang 'urusan hidup dan mati' segala?"

"Ini soal Big Bear. Gw mau jawaban jujur dari lu," ucap Mike yang ekspresinya berubah serius, "Menurut lu, apakah Hime dan Big Bear... punya hubungan rahasia?"

Tommy tersedak dan minum beberapa teguk air mineral, sebelum kemudian menjawab, "Hah? Maksud lu, mereka pacaran?"

"Eh? Bukan bukan! Gw salah ngucapin kata-kata. Maksudnya...," Mike diam sejenak untuk menyusun kata-kata, "Ehm, misalnya... Dia kayak perpanjangan tangan Big Bear gitu untuk mencari informasi dari level bawahan kayak kita."

Tommy tersenyum kecil.

"Hmm, sobat gw yang satu ini ternyata pintar. Lu bisa tiba-tiba nanya gitu karena baca pikiran gw ya? Haha!"

Mike terlihat bingung menanggapi pernyataan barusan. Seharusnya Tommy sama sekali tidak tahu mengenai kekuatan super Mind Reading. Ia sempat mengecek indeks memori Tommy, namun tidak ada hal yang menunjukkan bahwa ia mengetahui kalau kekuatan super dari aplikasi Superpower adalah nyata.

"Yah, tapi gw yakin lah itu dari observasi lu kepada Hime dan Big Bear, kan? Lu pasti notice ada sesuatu yang janggal, kan?"

Ada sedikit rasa lega di dalam hati Mike. Tampaknya pernyataan 'baca pikiran' sebelumnya memang hanya sekedar ungkapan saja, bukan karena Tommy mengetahui kekuatan supernya.

"Err... Semacam itu lah. Jadi, maksudnya lu punya kecurigaan soal hubungan mereka berdua?"

"Hmm... coba lu ceritakan dulu apa yang lu ketahui," ujar Tommy dengan ekspresi yang mulai serius.

Mike menceritakan pengalamannya berinteraksi beberapa kali dengan Anggi minggu lalu. Kebanyakan interaksi tersebut selalu dimulai oleh Anggi. Meskipun senang, memang perubahan sikap Anggi kepadanya sedikit membuatnya bingung.

Selain soal Anggi, ia juga bercerita mengenai evaluasi kinerja yang diberikan Big Bear kepadanya. Ia bingung akan keputusan yang harus dibuatnya: mengorbankan diri atau mengorbankan anggota timnya. Apalagi, keputusan tersebut makin sulit diambil karena Karen sedang bersusah payah mengumpulkan uang untuk menutupi biaya pernikahannya beberapa bulan lagi.

"Oke, kalau dari cerita lu, maka sayang sekali, hampir pasti Hime-nya lu itu memang mata-mata Big Bear. Kasus lu tuh mirip dengan kasus di tim Ryan. Lu mungkin pernah dengar kalau Hime sempat dekat sama Ryan sekitar akhir bulan lalu, tapi paling semingguan doank?"

"Ugh...," Mike merasa seperti disambar petir. "Gw jadi ingat, si Big Bear pernah nyinggung gw soal pindah ke startup baru untuk bikin Product dari nol. Padahal, gw cuman pernah bilang soal itu ke Hime..."

"Yup, Hime-nya lu bertugas mencari celah-celah yang bisa diserang untuk performance evaluation."

Tommy menyeruput es teh manis yang ia pesan, sementara Mike menopang dagu dengan kedua tangannya. Ia mencoba memikirkan berbagai alasan Anggi melakukan perbuatan tersebut.

"Tapi... Gw gak ngerti. Kenapa Hime mau jadi mata-mata? Terus, apa tujuannya Big Bear ngejatuhin timnya gw dan Ryan? Dan...," Mike mendongak ke arah Tommy, "Kenapa lu... bisa tahu?"

"Kalau kenapa gw bisa tahu, anggaplah karena hasil obervasi. Gw gak tahu sama sekali kenapa dia mau jadi mata-mata. Tapi kalau kenapa bos lu mau ngejatuhin sebagian timnya, mungkin karena dia melihat potensi ketidakcocokan antara gaya memimpin dia dan lu?"

Mike diam sebentar. Ia merasa jawaban tersebut masuk akal, namun ada sesuatu yang masih disembunyikan Tommy.

"... Sebentar, kalau begitu, kenapa lu ngasih umpan informasi hubungan Big Bear dan Pak Gavin lewat gw? Apakah sebenarnya Pak Gavin terlibat?"

Tommy tidak langsung menjawab. Ia menyeruput lagi es teh manis sebelum mulai berkata-kata.

"... Bisa jadi iya, bisa juga enggak. Ingat Mike, yang Hime lu bilang tuh ada benernya. Gak semua orang bisa lu percayai dengan mudah, meski ironis karena itu keluar dari mulut seorang mata-mata...," ucapnya sambil terlihat sedikit murung.

Mike menghela nafas sejenak kemudian lanjut menyeruput es teh tarik miliknya. Ia merasa ada politik kantor yang kompleks sedang terjadi di Diamond.

Pak Gavin adalah salah satu direktur yang paling disegani di perusahaan karena terkenal bagus dalam pekerjaannya dan ramah terhadap bawahannya. Rasanya sulit membayangkan orang seperti dia berada di balik usaha Big Bear menjatuhkan tim Ryan dan tim Mike. Apalagi, tim Product bukan di bawah naungan divisi Business Development.

Bukan itu saja, ia merasa Tommy mengetahui suatu hal penting terkait Pak Gavin. Kalau dipikir-pikir, sepertinya Tommy menyelidiki Big Bear dan Anggi karena ada hubungan tak terlihat di antara mereka semua, dan Pak Gavin adalah tujuan utamanya. Namun, sepertinya ia belum mau terbuka akan hal itu.

"Oke," Mike lanjut berbicara, "Kalau gitu kita beralih topik bentar. Gw bingung sama pilihan yang harus gw ambil soal-"


"KYAAHHHH!!"


Beberapa orang tiba-tiba berteriak kencang. Mata Mike terbelalak saat ia melihat seseorang jatuh dari lantai atas ke bawah di balik jendela tempat ia dan Tommy sedang makan. Para pengunjung di restoran langsung berkerumun ke dekat jendela atau berlari ke luar untuk melihat apa yang terjadi.

"Seorang wanita terjun!"

"Awas darahnya banyak!"

"Cepat panggil petugas mal!!"

Beberapa orang di sekitar berteriak panik. Mike dan Tommy yang juga penasaran memutuskan untuk pergi ke luar dan melihat apa yang terjadi, berhubung kerumunan orang di sekitarnya masih sedikit.

Saat melihat dari dekat, wajah Mike dan Tommy berubah menjadi sangat kaget karena mengenali wanita yang terkapar bersimbah darah tersebut, Anggi.


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang