"Untunggg aja, kita belum telat ambil tempat. Penuh banget ya sore-sore gini," tukas Friska yang baru saja membawa nampan berisi tiga mangkok mie kuah.
Pada sore hari seperti sekarang ini, food court Rumah Sakit Masilo hampir pasti dipadati oleh pengunjung. Pasien yang sulit mondar-mandir seperti Sherly umumnya akan memilih untuk makan di kamarnya, namun ia ingin mengganti suasana dengan makan langsung di food court.
"Iyah nih. Makasih ya udah ngebeliin juga buat koko aku," ucap Sherly sambil membantu menaruh mangkok mie di atas meja.
"Hihihi. Iya donk, buat balas budi ke koko kamu yang udah bawain makanan tadi siang," jawab Friska sambil mengatur posisi duduknya si samping Sherly, "Betewe, si koko masih lamakah?"
"Gak tahu juga sih. Tadi terakhir dia masih ngobrol serius sama Suster Miriam. Ya udah, tungguin aja sambil makan yuk."
"Hmm... Apa jangan-jangan, Suster Miriam lagi berusaha ngegoda koko kamu ya?" Friska tertawa kecil.
"Hush. Suster Miriam udah merit tahu. Lagian umur mereka beda jauh kali."
Kedua sahabat tersebut kemudian mulai makan sambil mengobrol seputar media hiburan, berita artis, komentar terhadap film BL yang terakhir ditonton Friska, dan pengaturan kelas di tahun ajaran yang baru mulai minggu depan.
"Emm... Permisi."
Seorang pemuda tinggi berkulit putih dan berpipi tembem menyela pembicaraan mereka berdua. Ia membawa nampan berisi chicken hotplate dan sebotol minuman bersoda.
"Maaf, saya boleh ikut numpang duduk sebentar di sini? Meja lain penuh soalnya," tanya si pemuda tembem.
"Oh, nanti sebenarnya akan ada ko-"
"Iyah boleh, boleh. Satu kursi ini kosong kok," jawab Friska sambil menunjuk kursi di hadapannya dengan semangat.
"Emm, makasih kalau begitu saya duduk ya. Saya makannya cepat kok. Sori mengganggu," ucap si pemuda dengan ramah sambil duduk di hadapan Friska.
"Psstt," bisik Sherly kepada sahabatnya, "Ntar kalau koko aku datang, jadi canggung gak tuh. Dia duduk di samping orang yang gak dikenal."
"Gak apa-apa... Biarin aja. Aku pengen liat reaksi si koko kalau duduk di samping cowok ini gimana."
Sherly mengerutkan dahinya sebelum kembali berbicara.
"Reaksi apaan sih? Reaksi kimia?"
"Iya, reaksi 'listrik' lah," Friska menempelkan kedua telunjuknya, "Dia lumayan cute lho. Mirip sama salah satu aktor BL Thailand favorit aku. Siapa tahu.... Mereka kenalan, terus jadi dekat, terus... ahh..."
Sherly segera memukul-mukul ringan lengan sahabatnya tersebut dengan wajah sedikit sewot.
"Ihh, kan aku udah bilang kalau koko aku udah punya cewek. Lagian koko aku kan gak belok."
"Makanya aku bilang juga, kamu musti nonton film BL. Punya cewek tuh gak berarti lurus straight 100% tahu. Banyak kok yang tadinya punya pasangan cewek ternyata ujungnya malah jadian sama cowok. Ahh..."
"Duh itu kan di film doank...," ujar Sherly sambil menggulingkan matanya.
Kedua sahabat tersebut lanjut saling beradu argumen sambil berbisik. Sesekali, Sherly melihat ke arah si pemuda yang konsentrasi melahap hidangan di depannya sambil bermain ponsel.
"Ehh, ngomong-ngomong...," Sherly mendadak berbicara normal karena khawatir pemuda di hadapannya merasa sedang dibicarakan, "Duh, iya yah. Minggu depan udah mau masuk tahun ajaran baru, dan aku masih terjebak di sini..."
Melihat sahabatnya yang memutus perdebatan pentingnya (bagi Friska) dan berbicara dengan suara normal, iapun sepertinya sadar kalau pemuda di hadapannya mungkin terganggu.
"Oh, tenang aja. Kamu pokoknya konsentrasi aja latihan jalan ya sambil belajar jarak jauh dari rumah sakit. Nanti aku pasti sempetin berkunjung juga tiap minggu kok, buat bantu ngajarin yang kamu bingung," ucap Friska sambil menyemangati sahabatnya.
"Hmm... Iya nih. Aku sebenarnya kangen sekolah juga. Pengen gitu bisa terbang atau teleportasi ke sekolah buat ketemu kamu sama yang lainnya, terus balik lagi ke sini buat istirahat."
"Enak kali ya kalau punya kekuatan super kayak di film-film. Kamu mungkin bisa langsung menghilangkan si Cabul dari sekolah. Hihihi."
"Sssttttt," Sherly memberi isyarat untuk berhenti bicara keras-keras.
Friska langsung berhenti bicara dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Pemuda di hadapannya tidak bereaksi apa-apa.
"Oh ya, aku jadi ingat. Minggu lalu, cowok yang bantuin aku ngebeliin minuman sempat kasih tahu aku soal aplikasi ini," ucap Sherly sambil membuka aplikasi Superpower di ponsel miliknya dan menunjukkannya kepada Friska.
"Eh? Kamu download ya? Aku sempat lihat juga sih di IG Story si Naila. Katanya, ini aplikasi bisa beneran ngasih kekuatan super ya?"
"Iya, katanya sih gitu. Aku coba cek-cek di Gugel sama Twittur, pada ngomong hal yang sama. Tapi gak ada yang ngasih bukti kalau aplikasinya beneran ngasih kekuatan. Mungkin hoax kali ya-"
"Itu beneran kok," ucap si pemuda yang tiba-tiba menyela diskusi mereka. Tangannya terlihat gemetaran sedikit.
"Eh? Kakak juga tahu soal aplikasi ini?" tanya Sherly yang sedikit kaget karena disela.
"Emm... Kurang lebih sih. Saya pernah melihat sendiri orang yang memakai kekuatan dari aplikasi ini."
"Oh ya? Kok gak ada yang pernah nge-post sih kalau aplikasinya bukan hoax sih kak?"
"Karena tiap kali kamu nge-post bukti atau detil kejadian pemakaiannya, post kamu langsung hilang..."
Sherly saling berpandangan dengan Friska, Ia merasa bingung karena kejadian seperti itu biasanya hanya ditemukan di cerita-cerita science fiction. Namun, dirinya mulai penasaran apakah si pemuda hanya berbicara melantur atau tidak.
"Lalu... kakak sendiri pengguna kekuatannya? Atau tadi, kakak ngelihat orang yang dapat kekuatan dari aplikasi ini? Kekuatannya gimana kak?"
Pemuda tersebut berhenti makan hidangan di hadapannya yang sudah habis separuh. Ia sempat melirik ke arah lain sebentar, kemudian kembali menatap Sherly sebelum mulai membuka mulut.
"Emm... Saya kenal langsung sama orangnya sih. Dia dapat kekuatan psycho-"
*ZAPPP!!*
Terdengar bunyi seperti sambaran kilat, namun tidak terlalu keras. Sherly dan Friska sedikit tersentak mendengar bunyi tersebut, sedangkan si pemuda tiba-tiba memegang kepalanya dengan ekspresi menahan sakit.
"Kak? Kakak kenapa?"
Sejenak kemudian, si pemuda sudah tidak tampak kesakitan, namun mukanya kebingungan.
"Umm... Tadi, saya bilang apa ya?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Superpower - Your Life Is The Price
Mystery / ThrillerPernahkah kamu mendengar kasus pembunuhan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa? Tahun 2021, Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak biasa. Setiap korbannya selalu ditemukan tewas dengan mengeluarkan darah dari mat...