Levitation - Bagian 12

6 3 0
                                    

Pertengahan Januari, awal tahun ini...


"Sherly, ada waktu sebentar?" tanya Pak Mario saat jam olahraga baru saja usai.

Sherly yang sedang berjalan bersama sahabatnya untuk kembali ke kelas, Friska, menghentikan jalannya.

"Iyah Pak. Ada apa?" jawabnya dengan ekspresi sedikit ketakutan.

"Begini. Saya mau minta maaf lagi soal... pakaian dalam kamu yang terbawa sama Bapak pas kemping akhir pekan kemarin. Saya sungguh gak tahu kenapa baju tersebut bisa ada di dalam tas saya."

"... Iyah Pak. Saya juga sudah maafin Bapak. Mungkin juga ada murid yang iseng nyuri baju dalam saya dan masukin ke tas Bapak," ucap Sherly tanpa melirik ke arah gurunya.

"Benar," Pak Mario mencoba menyentuh pundak Sherly, "Memang bisa jadi-"

"Pak, yang bisa masuk ke tenda murid perempuan cuman Bapak sama murid perempuan lain. Wajar kan, kalau kami berpikir Bapak pelakunya," sela Friska dengan tampang galak sambil menarik tubuh Sherly.

"Nah itu... Saya juga gak mengerti. Tapi, saya harap kita bisa bicarakan ini baik-baik."

Pak Mario melemaskan tangannya dan menjauh sedikit, seolah paham bahwa gestur yang hendak ia lakukan dapat membuat Sherly semakin takut. Sementara itu, Friska masih memegang erat Sherly sambil memasang tampang waspada.

"Tolong, jangan sampai ada rumor gak jelas di kalangan para murid ya," wajah Pak Mario sedikit memelas, "Saya hampir menghabiskan waktu satu jam untuk ngasih pengertian ke istri saya. Lalu. ini saya masih mencoba bertanya kepada peserta kemping lain juga, barangkali ada yang lihat pelakunya."

Sherly diam tidak menjawabnya, masih tidak memandang ke arah gurunya. Ia memandang sejenak ke arah Friska.

"Ya sudah Pak. Kami juga gak mau nuduh sembarangan dulu kalau belum ada bukti konkrit," Friska menjawab seolah mewakili sahabatnya.

"Oke. Oh ya, nanti untuk kemping akhir bulan ini, Bapak akan membawa sosis dan mashmellow. Soalnya, budget ekskul kita gak cukup kalau beli makanan sebanyak itu. Kita bikin barbekyu ya. Kalian bisa tetep datang kan?"

"... Iyah Pak. Saya harusnya bisa datang. Toh, saya juga yang menyusun jadwal acaranya. Acara permainan juga sudah saya siapkan," jawab Sherly yang kini memandang sang guru.

Wajah Pak Mario tampak melunak dan kembali memunculkan keramahannya seperti biasa.

"Sip. Seperti biasa, kamu memang pengurus ekskul andalan Bapak. Makasih ya. Bapak mau istirahat dulu, silahkan kalian ganti baju dan kembali ke kelas."

"Sama-sama Pak," balas Sherly.

Sesaat setelah guru tersebut pergi mendahului Sherly, Friska langsung berbisik kepada sahabatnya.

"Sstt... Kamu mending agak hati-hati. Jangan-jangan selama ini Pak Mario paling dekat sama kamu dibandingkan murid-murid lain tuh, ada udang di balik batu."

"Hmm.... Semoga gak deh ya. Aku masih berusaha menghormati dia sebagai guru."

"Iyah, cuman hati-hati aja. Muka sih ganteng, tapi kalau ternyata dia punya maksud buruk ke kamu... Aku kutuk dia entar buat jadian sama Mang Eman yang jualan bakso di seberang sekolah."

Sherly tertawa spontan begitu mendengar sahabatnya mengumpat 'kutukan BL' kepada gurunya.

"Hahaha, cowok-cowok yang gak belok harus hati-hati sama kamu ya, biar gak dikutuk. Betewe, kamu entar ikut kemping akhir bulan juga kan?"

"Nah, itu. Kemungkinan gak bisa karena aku harus menemani mama aku ke Bandung buat ngerayain ultah nenek. Kamu hati-hati ya. Kasih tahu aku kalau ada apa-apa."

"Yah, dengan kekuatan perlindungan kutukan BL kamu, aku harap semuanya aman."


***


Obrolan seru di antara Sherly dan Friska berhenti mendadak saat mereka sadar dihampiri oleh seseorang.

"Halo, Sherly dan Friska. Syukurlah saya bisa bertemu kalian di sini," sapa Pak Mario sambil tersenyum.

Ia melirik ke sekitarnya, seolah memperhatikan apakah Sherly hanya berdua saja dengan Friska di taman ini tanpa ada kenalan yang lain. Kedua remaja perempuan tersebut masih diam sambil saling memandang satu sama lain.

"Berhubung ketemu kalian di sini, Bapak ingin sekalian kita bicara untuk-"

"EHH!! Udah saatnya pengecekan oleh Suster Miriam kan? Yuk balik ke kamar," ucap Friska sambil beranjak dari bangku.

"Lho, tadi kan sud-"

"Ayooo. Nanti Suster Miriam ngamuk lho kalau kamu telat. Yuk, yuk, yuk!" Friska berusaha membantu Sherly untuk berpindah dari bangku taman ke kursi rodanya.

"Oh, kalau gitu, sini Bapak bantu. Biar kita bisa sekalian ngobrol di jalan."

"Gak usah Pak. Ini saya juga bisa kok bantu Sherly sendiri."

Pak Mario mundur sedikit untuk memberi ruang bagi Friska untuk memindahkan Sherly ke kursi rodanya. Setelah itu, Friska memegang erat pegangan kursi roda dan mulai berjalan.

"Tunggu sebentar. Berhubung Bapak bisa ketemu kalian di sini, Bapak ingin berbicara baik-baik dulu dengan kalian."

"Gak ada yang perlu dibicarakan, Pak. Biarkan Sherly istirahat dulu. Udah cape tadi kita keliling di taman."

"Sherly!" seru sang guru tanpa mengindahkan peringatan Friska.

Gadis tersebut mendadak menahan roda kursinya sehingga Friska berhenti mendorongnya.

"Tolong, kita harus bicara. Para murid dan guru di sekolah sudah mulai membicarakan hal buruk tentang Bapak. Bahkan mungkin kamu sudah dengar kalau ekskul pecinta alam kita juga dihentikan sementara kegiatannya sejak kamu-"

"Maaf Pak, tolong jangan bicara lagi!" teriak Sherly sambil sedikit meringkuk, seolah sedang ketakutan, "Saya takut Pak. Saya tidak ingin melihat wajah Bapak atau mendengar apapun dari Bapak saat ini."

Pak Mario tampak kaget mendengar perkataan tersebut. Wajahnya mulai panik. Ia sempat melihat sepintas ke sekitarnya sebelum kembali berbicara.

"Takut? Tapi, Sherly, ini semuanya salah paham. Apa yang kita bicarakan saat kemping waktu itu belum tuntas. Saya ke kamu itu benar-benar-"

"Pak! Udah!! Sherly benar-benar butuh istirahat sekarang. Tolong lihat kondisinya," teriak Friska sambil menunjuk ke arah Sherly yang menutup kedua telinganya.

"Friska, Bapak paham kamu hanya ingin membantu teman baik kamu. Tapi, tolong dengarkan Bapak dulu. Ini-"


"Hei!"


Seorang pria tinggi berkaus hijau tiba-tiba muncul dan berteriak untuk menghentikan kondisi yang mulai panas tersebut. Wajah Stanley tampak sewot sambil menghampiri Pak Mario.

"Jelaskan siapa Anda dan kenapa Anda mengganggu adik saya!"


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang