Di Sabtu pagi ini, Mira tampak mengatur ruang tamu bersama salah seorang anggota tim WO (Wedding Organizer). Hari ini merupakan hari yang dianggap penting bagi keluarga besar Mira karena proses sangjitan akan diadakan siang ini.
Beberapa orang dari keluarga besar seperti saudara dan keponakan dari pihak keluarga Mira datang lebih awal untuk melihat atau membantu persiapan. Friska yang baru bangun berinisiatif ikut membantunya memasang beberapa dekorasi yang telah dipersiapkan oleh WO. Sementara itu, Karen masih sibuk mempersiapkan dirinya di kamarnya.
"Yang, biar Papih aja yang atur aja kursinya. Ayang lanjut masak dulu aja," ucap Frans, suami Mira sekaligus ayah Karen dan Friska.
Pria paruh baya tersebut masih mengenakan kaus tidur lusuh karena belum bersiap-siap. Beberapa helai rambut putih tampak mencuat di tengah-tengah rambut tebal bergelombangnya. Wajahnya yang sudah mulai menampilkan keriput tampak agak lemas karena baru bangun tidur.
"Ayang, Ayang. Papih nanti jangan lupa ya bayar sisa duit belanja aku yang belum lunas. Jangan panggil 'Yang' atau 'Ayang' kalau belum lunas," gerutu Mira sambil beranjak ke dapur.
Di dapur, Mira dibantu oleh kakak perempuannya untuk mempersiapkan makan siang. Mereka berdua fokus memasak berbagai jenis hidangan, seperti nasi goreng, opor ayam, dan mie goreng.
"Mir, nih nasi gorengnya aku tuangin ke piring. Kamu sarapan dulu aja, belum makan kan dari tadi?" tawar sang kakak sambil menyodorkan sepiring nasi goreng.
"Oh, gak apa-apa Ci. Tapi, aku bawain dulu aja buat Friska. Kasian tuh anak baru bangun juga."
"Kalau Karen gimana? Dia sudah sarapan?"
"Ah, dia pasti masih sibuk dandan kok. Nanti saja deh kalau sudah keluar kamar, baru aku kasih."
"Lho, justru kan mumpung dia belum dandan, biar makannya gampang," ucap sang kakak sambil mencentong seporsi nasi goreng lagi, "Nih. Kasih dulu aja sekalian. Aku lanjut masak dulu. Orangtua mempelai jangan kecapean di hari ini donk."
Mira menghela nafas sebentar, kemudian mengambil kedua piring nasi goreng tersebut. Ia pergi keluar dari dapur dan memanggil Friska untuk berhenti mendekorasi dan menyantap sarapannya dulu.
"Aku makan dulu ya Mih," ucap Friska sambil menghirup wangi nasi goreng.
"Iya. Kamu gak usah ikut sibuk hari ini. Yang bantu sudah banyak."
"Gak apa-apa Mih. Ini kan pertama kalinya aku ngelihat sangjitan, apalagi ini sangjitannya si cici."
"Ya sudah, tapi jangan sampai kamu capek yak. Padahal kan bisa nonton si Brai... Brai... Siapa itu?"
"Bright, Mih," Friska menggembungkan sebelah pipinya, "Bright dan Win di film 2Gether. Iya, aku bisa nonton nanti aja beres sangjitan."
Mira tersenyum sambil mengelus kepala Friska.
"Habis makan, langsung mandi aja sama siap-siap. Oh ya, barang yang kamu pesan udah datang?"
"Belum donk Mih. Sampe ke Indonesia mungkin minggu depan."
"Ya udah. Mamih antar dulu ini ya buat cici kamu."
Friska mengangguk sebagai jawaban, kemudian lanjut menikmati santapan nasi goreng di hadapannya. Sementara itu, Mira bergegas pergi membawa piring nasi goreng yang tersisa ke kamar Karen yang berada di lantai dua.
***
Setelah berjalan pelan menapaki setiap anak tangga, Mira berjalan cepat menuju kamar Karen dan mengetuk pintunya. Terdengar suara pengering rambut dari dalam kamarnya, yang berarti Karen sudah selesai mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Superpower - Your Life Is The Price
Mystery / ThrillerPernahkah kamu mendengar kasus pembunuhan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa? Tahun 2021, Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak biasa. Setiap korbannya selalu ditemukan tewas dengan mengeluarkan darah dari mat...