Sore menjelang malam, Reza berjalan sendirian ke tempat parkir motor kampus. Hari ini, kelas Hukum Adat dibubarkan dengan telat karena dosen pengajarnya juga telat masuk kelas. Akibatnya, mahasiswa yang mengikuti kelas tersebut pulang menjelang maghrib.
Hanya ada sekitar satu atau dua orang mahasiswa lain yang sedang menghidupkan motor untuk bersiap pulang. Tempat parkir juga sudah lumayan kosong. Tidak ada suara selain deruman knalpot motor yang beranjak pergi keluar tempat parkir.
'Duh, kalau sampai keluar hantu di sini, gak lucu kan.'
Reza mulai berpikir yang tidak-tidak saat mengeluarkan kunci motornya untuk menghidupkan motor. Namun, ia berhenti karena merasa ada yang mendekatinya dari belakang.
"Hei!"
Stanley muncul dari belakang menyapa Reza dengan wajah ketus bersama dua orang temannya. Yang satu berbadan bongsor sedangkan yang lain berbadan ceking jangkung. Keduanya juga memasang wajah serius. Bila dibayangkan, situasi ini mirip seperti adegan di film-film remaja pem-bully, di mana tokoh utamanya akan dihajar oleh geng bully di sekolahnya.
"Kenapa lagi sih, mang? Gw bosen ngeliat muka lu melulu," ujar Reza kembali bersiap-siap untuk naik motor tanpa melirik ke arah Stanley.
Stanley memberi isyarat kepada rekan bongsornya untuk mendekati Reza yang sudah duduk di motornya, sedangkan yang ceking disuruh berjaga untuk melihat jika ada mahasiswa lain yang akan datang. Mendadak, si bongsor menarik Reza hingga terjatuh. Motornya juga jatuh dalam kondisi hidup.
"*NJ*NG! Sakit tauk! Lu ngapain sih narik-narik gw!?"
"HEH J*NG! Lu dari kemaren terus-terusan bikin gw panas melulu!" balas Stanley sambil berjalan mendekat ke Reza yang masih agak terkapar di tanah karena kesakitan, "Gw juga punya batas kesabaran, tauk!"
"Emangnya, gw ngelakuin apa ke lu hari ini?"
"Lu udah ngeganggu kesempatan gw buat dapat duit tadi siang! Ditambah sama yang kemarin dan kemarin-kemarinnya lagi, gw bakal jadiin lu punching bag!" jawab Stanley sambil menarik paksa Reza dari tempatnya terkapar.
"Aw, J*NG! Lu mau nyeret gw ke mana HAH!?" teriak Reza dengan sedikit kesakitan.
"Bos mau bawa lu ke tempat dia biasa meninju 'samsak'-nya. Siap-siap yaa~" ucap si bongsor yang tadi menyeret Reza jatuh dengan nada senang.
"Heh lu gila ya! Kalau gw laporin ke pihak kampus, lu bertiga bisa di-DO (drop out) tauk!"
"Hah! Sok aja laporin," balas Stanley sambil mengeluarkan ponsel-nya hendak menelepon seseorang, "Gw punya koneksi untuk nge-cover semua yang akan terjadi setelah ini. Mending lu siap-siap kehilangan satu-dua gigi ya."
Dalam hatinya, Reza tahu bahwa Stanley tidak menggertak sembarangan. Sebagai anak dari salah satu bandar narkoba terbesar di Jakarta, bahkan mungkin nasional, wajar sekali kalau Stanley memang punya koneksi dan orang dalam yang bisa membantu dia menutupi insiden kekerasan di kampus.
Iapun panik dan berusaha melepaskan diri, tapi cengkeraman Stanley cukup kuat dan kakinya terasa nyeri akibat didorong jatuh tadi. Si bongsor maupun si ceking juga terus mengawasi sehingga semakin sulit bagi Reza untuk bisa kabur, sekalipun berhasil melepaskan diri dari Stanley.
'J*r, andai gw bisa menghilang atau teleport atau...'
Ia mendadak teringat dengan kekuatan super yang dianugerahkan kepadanya kemarin malam oleh aplikasi Superpower. Apakah ia benar-benar punya kekuatan super sekarang, tidak ada salahnya dicoba.
Namun, ia tidak boleh menggunakannya sembarangan. Kalau ternyata benar, maka nyawa menjadi taruhan jika durasi pemakaian tiga buah objeknya habis. Jadi, ia harus benar-benar memilih objek yang berguna dan selalu dekat dengannya untuk digunakan lagi sewaktu-waktu.
Pikir.
Cepat berpikir.
"Oh ya bos, motornya dia mau dimatiin dulu gak? Kalau ada yang melihat motor jatuh dalam keadaan hidup begitu, takutnya ada yang langsung sadar kalau pemiliknya hilang mendadak," saran si bongsor.
Pikiran Reza mendadak tertuju pada motornya yang masih hidup.
Motor miliknya, yang selalu ia bawa setiap bepergian. Usianya juga masih setahunan, pasti masih lama masa pakainya.
Ia langsung fokus pada motor tersebut dan membayangkan jalur gerak motor yang dapat membantunya keluar dari situasi ini.
"Ya, tolong matiin. At least, hari ini jangan ada yang sadar dulu di kalangan kampus kalau si Reza hilang," balas Stanley sambil mengangkat ponsel ke dekat telinganya.
'PSYCHOKINESIS!' teriak Reza dalam pikirannya.
"Okeh siap bos- WAAA!!" Si bongsor jatuh terkaget karena motor Reza yang baru saja mau ia dirikan mendadak mengebut sendiri ke arah Stanley. Bagian stangnya menyerempet tubuh Stanley hingga terjatuh dan melepas Reza dari cengkeramannya.
Dalam kondisi yang membuat Stanley dan kedua rekannya bingung mencerna apa yang terjadi, Reza langsung menaiki motornya dengan agak tertatih dan kabur ke arah pintu keluar untuk pengendara motor.
"Mo... Motornya gerak sendiri bos! Beneran!" ucap si bongsor saat dilirik tajam oleh Stanley.
"Gerak sendiri? Gimana bisa!?"
"Saya juga tadi lihat kok bos, Motornya gerak sendiri sebelum sempat dipegang oleh si bongsor," ucap si ceking menengahi mereka berdua.
Stanley yang masih berusaha mencerna perkataan kedua rekannya itu kemudian bergerak mengambil ponsel miliknya untuk menyambung pembicaraan yang tadi sempat terputus.
"Sorry, cancel dulu hari ini. Ada hal penting yang perlu lu ketahui. Nanti gw ceritakan," ucapnya sambil menekan tombol end call.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Superpower - Your Life Is The Price
Mystery / ThrillerPernahkah kamu mendengar kasus pembunuhan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa? Tahun 2021, Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak biasa. Setiap korbannya selalu ditemukan tewas dengan mengeluarkan darah dari mat...