60 menit setelah penangkapan Gavin Ariwibawa di Resor Rasa Ater...
Polisi tampak masih mewawancarai beberapa orang karyawan Diamond di salah satu ruangan meeting bangunan resor. Harry tampak duduk bersandar di sofa yang terletak tidak jauh dari ruangan meeting tersebut bersama dengan Tommy. Keduanya duduk diam sambil memperhatikan ponsel masing-masing.
"Tommy," panggil Karen yang baru saja keluar dari ruangan meeting dan berjalan menghampirinya, "Lu sudah beres diwawancara sama polisi?"
"Sudah. Untung saja cepat beres. Gw pengen cepat pulang dari sini. Kita boleh gak nginap kan?" tanya Tommy sambil melirik ke arah Harry.
"Ya, itu sih terserahnya lu. Kan, sudah dibayar juga sama kantor lu," jawab Harry tanpa melepas pandangan dari ponselnya.
Setelah itu, Tommy juga kembali bermain dengan ponselnya. Karen yang melihat keduanya cenderung diam, akhirnya memilih untuk duduk di antara mereka berdua. Ia membuka ponselnya untuk mengecek portal berita, namun sepertinya belum ada media yang meliput kasus tersebut.
"Karen, gimana perasaan lu?" tanya Tommy dengan tiba-tiba.
"Hmm, kaget saja sih karena lagi-lagi ada pembunuhan yang terjadi di perusahaan kita. Apa perusahaan ini kena kutukan ya?"
Tommy tiba-tiba tertawa dan mengagetkan Harry. Namun, sang kakak kembali memperhatikan ponselnya.
"Lu percaya dengan kutukan? Lu gak terlihat seperti orang yang percaya hal mistis."
"Hah, gak tahu deh. Itu cuma sekedar ungkapan saja kok. Oh ya, lu sendiri gimana Tom sebagai orang yang pertama kali menangkap basah Pak Gavin beraksi?"
"Oh, sangat puas donk, bisa melihat dia ditangkap polisi dan masuk penjara. Hahaha," Tommy kembali tertawa keras.
"Jadi, apa lu sudah bisa cerita tujuan dia sebenarnya mau melakukan restrukturisasi perusahaan itu buat apa?"
Tawa Tommy terhenti. Ia diam sesaat sambil menatap Karen sebelum membuka mulutnya.
"Untuk suatu proyek kemanusiaan."
"Hah? Proyek kemanusiaan apaan?"
Belum sempat Tommy membuka mulutnya, seorang petugas polisi berjalan menghampiri mereka bertiga.
"Apa kalian berdua yang bernama Tommy dan Harry?" tanyanya sambil memandang mereka berdua.
Keduanya mengiyakan pertanyaan tersebut sambil menanyakan tujuan polisi menghampiri mereka.
"Baik, kalau begitu ikut saya untuk investigasi lebih lanjut di markas. Ada beberapa hal yang masih perlu kami konfirmasi," jelas anggota polisi tersebut.
Kedua pria tersebut saling melirik, kemudian beranjak dan meninggalkan Karen yang masih tampak kebingungan untuk mengikuti polisi tersebut.
***
[36 jam sebelum penangkapan Gavin Ariwibawa di Resor Rasa Ater]
Jumat pagi hari saat acara hari pertama, Harry dan timnya sedang mempersiapkan ruang meeting besar yang berada di resor Rasa Ater untuk acara nanti malam. Ruangan tersebut memiliki kapasitas hingga 150 orang dengan dua pintu masuk samping dan satu pintu masuk besar dari depan.
Beberapa orang mempersiapkan dekorasi dan pernak-pernik dengan logo Diamond. di sekitar ruangan. Sementara itu, Harry membantu rekan kerjanya yang lain untuk mengatur kursi dan meja persegi panjang. Setiap meja dilapis dengan taplak merah atau hijau bergantian, sesuai dengan warna logo Diamond.
"Oke, meja yang ini bisa digeser ke sana. Terus taruh papan akrilik nama buat tamu VIP di sebelah- Oh, hei Tommy!" teriak Harry saat melihat adiknya masuk ke dalam ruangan.
Pria berambut pendek bergelombang tersebut berjalan masuk ke arah Harry sambil melihat-lihat kondisi ruangan. Ia terlihat mengenakan celana kargo selutut, kaos polos hijau, dan membawa tas punggung hitam besar. Sepertinya, ia belum melakukan check-in dan langsung datang ke ruangan ini.
"Tommy, lu gak taruh barang-barang lu dulu di kamar?" Harry melirik kea rah tas punggung adiknya.
"Oh, santai aja Ko. Check-in nya masih lagi diurus sama tim lu. Anak marketing lain lagi nunggu di luar, terus gw langsung aja ke sini buat ngeliat progres. Haha," jawab Tommy dengan bersemangat.
"Baguslah. Lu sepertinya punya banyak tenaga dan gak ngantuk meskipun berangkat dari pagi. Sini, bantu kita beresin kursi."
"Ogah Ko. Kan gw sudah bayar lu. Habis ini, gw pengen jalan-jalan lihat-lihat kawasan air panasnya."
Kedua saudara tersebut lanjut berbincang-bincang sambil sesekali bercanda. Harry juga mengajak Tommy untuk melihat-lihat persiapan panggung serta pengecekan materi presentasi.
"Oh ya Ko," Tommy memelankan suaranya agar tidak dapat didengar oleh orang lain, "Gw dapat update kalau si tua bangka baru datang di sore menjelang malam, karena acara yang melibatkan dia masih nanti malam."
"Yah, sudah gw duga. Kalau begitu, besok pagi kita jalankan rencana ya. Lu gak bilang ke siapapun kan?"
"Iyah, gw cuma kasih tahu ke Karen dan Silas aja untuk membantu besok."
Harry mengangguk dan meneruskan untuk membuka materi presentasi lain, namun Tommy tiba-tiba berteriak seolah teringat sesuatu yang penting.
"Ko, gw baru ingat. Karen bilang ke gw kalau Bi Ijah akan datang juga nanti malam bareng keluarganya buat nempatin kamar si Gavin. Si tua itu nanti menyewa kamar sendiri. Dia pakai duit dia sendiri, gak pakai duit proyek ini."
"Bi Ijah? Siapa tuh?" tanya Harry sambil mengernyitkan dahinya.
Saat Harry tampak kebingungan, Tommy langsung menjelaskan sepintas mengenai office girl yang sudah lama bekerja di kantor tersebut, termasuk mengapa Gavin tiba-tiba mengundangnya untuk berlibur di sini.
"Hmm, baiklah. Seorang OG memang berpotensi mendapatkan informasi dari bermacam-macam pihak sih," Harry memangku dagunya, "Besok, kalau sempat, coba lu awasin gerak-gerik dia. Kita gak tahu apakah itu hanya sekedar aksi si tua untuk menarik simpati orang-orang, atau bibi-bibi ini sebenarnya mata-mata si tua."
"Tapi, agak aneh juga sih Ko. Bi Ijah tuh sudah masuk kerja jauh lebih dulu dari si tua."
Harry menghela nafas sebentar dan menaruh tangannya di pundak Tommy.
"Tom, sudah gw bilang, hati-hati dalam mengambil asumsi siapa di pihak mana sama orang di kantor lu. Lu mirip bokap, dari dulu mudah menaruh kepercayaan ke orang lain. Gw masih bisa terima alasan kita merekrut Karen dan Silas serta lu bercerita ke Chisa. Tapi, please jangan lebih dari ini."
Tommy diam sebentar memandang mata kakaknya yang terlihat keras. Sejenak kemudian, ia menunduk sambil meminta maaf.
"Iya, sorry ya Ko. Gw gak bermaksud ngecewain lu. Padahal, gw yang pertama kali mewanti-wanti untuk hati-hati sama orang lain."
"Yup. Yang paling bisa dipercaya, ya sesama kita saja sih. Oke, besok kita laksanakan kita punya rencana ya. Kita jebloskan si tua ke penjara. WOOO!!"
Beberapa orang di sekitar mereka tiba-tiba menoleh ke arah Harry karena ia berteriak. Sadar dirinya diperhatikan, Harry langsung menyuruh para rekan kerjanya untuk fokus membereskan ruangan. Ia juga meminta untuk memasang playlist lagu Queen untuk membangkitkan kobaran semangat mereka bekerja.
Setelah itu, Tommy pamit kepada sang kakak untuk menaruh barang dan pergi berkeliling resor.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Superpower - Your Life Is The Price
Mistério / SuspensePernahkah kamu mendengar kasus pembunuhan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa? Tahun 2021, Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak biasa. Setiap korbannya selalu ditemukan tewas dengan mengeluarkan darah dari mat...