Psychokinesis - Bagian 09

16 7 2
                                    


Sesuai janji, hari Minggu menjelang sore ini Reza bertemu dengan Gisela untuk movie date di Central Park. Reza sengaja datang dengan penampilan yang sedikit lebih rapi dari biasanya, yaitu mengenakan kaos berkerah warna merah, jeans, dan sepatu loafer berwarna coklat.

Saat bertemu Gisela, wajahnya sempat sedikit memerah karena terpesona. Gisela mengenakan atasan berenda warna hijau olive dan rok panjang selutut berwarna coklat. Seperti biasa, ia tidak begitu mengenakan banyak aksesoris maupun berdandan. Penampilannya yang feminim sederhana cukup membuat Reza merasa sedikit berdebar saat berjalan bersamanya.

Agenda pertama 'kencan' mereka langsung dimulai dengan menonton film One Punch Woman. Setelah itu, mereka langsung melanjutkan kegiatan dengan makan sore dan menemani Gisela mencari manga yang ia incar di Gramedoi.

Selain manga action, tampaknya Gisela juga memiliki ketertarikan dengan manga bertema memasak. Ia membeli satu paket manga berjudul Food & Drink Wars, lengkap dari volume pertama hingga terakhir. Reza membantu membawakan paket berisi dua puluh volume tersebut.

"Duh, sorry yah jadi ngerepotin. Aku bantu bawain tas kamu gimana?" ucap Gisela kepada Reza yang ekspresi mukanya terlihat sedikit sakit menahan beban.

"Oh, sante-sante. Segini aja aku masih kuat kok," jawab Reza menguatkan ekspresi mukanya.

"Kita istirahat sebentar yuk di taman luar."

"Boleh. Boleh. Moga-moga gak penuh ya."

Keduanya berjalan ke taman outdoor yang masih terletak di dalam kawasan mall. Mal Central Park memang terkenal sebagai salah satu mal di Jakarta yang memiliki kawasan outdoor yang menarik perhatian para pengunjung mal.

Pada sore hari menjelang malam, ada beberapa gerobak makanan dan minuman ringan yang menjajakan dagangannya kepada para pengunjung mall yang sedang bersantai. Banyak pasangan atau keluarga yang bermain di sini, membawa peliharaan mereka atau memberi makan ikan di kolam ikan. Ada juga yang memilih duduk bersantai di dekat air mancur mini yang terletak di tengah taman.

Gisela membantu mengarahkan Reza untuk duduk di salah satu bangku taman yang kebetulan kosong.

"Kamu mau aku belikan jajanan gak? Ada yang jual cumi goreng tuh di situ," tanya Gisela sambil menunjuk gerobak jajanan yang letaknya hanya sekitar sepuluh langkah dari bangku tempat mereka duduk.

"Oh, gak usah. Aku masih kenyang kok," jawab Reza sambil mengambil nafas panjang setelah menaruh bungkus paket manga di sampingnya.

"Kalau gitu...," Gisela mengaduk tasnya dan mengeluarkan setoples kukis coklat, "Kamu makan ini yah. Tadi pagi aku sempatin bikin buat kamu."

Saat melihat toples kukis coklat tersebut, Reza tampak senang dan mengangguk. Gisela langsung membuka toples tersebut dan hendak menyuapi Reza sepotong kukis.

"E.. Eh..," Reza langsung kaget dan mukanya mendadak merah, "Ta... Tangan aku belum sepegal itu sampai susah ngambil sendiri."

"Gak apa-apa. Kan ini bentuk ungkapan terima kasih aku buat kamu juga. Hari ini benar-benar menyenangkan lho," ucap Gisela sambil tersenyum.

Desiran angin sore membuat poni rambut Gisela bergoyang dan membuat wajahnya semakin jelas terlihat. Meskipun tidak terlalu berdandan, wajahnya terlihat cantik alami di mata Reza.

"Ah... iya. Sama-sama," ujar Reza sambil menerima disuapi kukis oleh Gisela.

Seumur hidup, baru pertama kalinya ia disuapi makanan oleh wanita selain ibunya. Entah kenapa ada perasaan hangat yang membuat jantungnya sedikit berdebar di momen ini.

Selama sembilan belas tahun hidup, Reza belum pernah benar-benar dekat dengan seorang wanita seperti ini. Beberapa cewek yang pernah ditaksirnya tidak suka dengan sifat Reza yang sangat menyukai manga dan film.

Berbeda dengan para cewek tersebut, Gisela untungnya memiliki kesukaan yang mirip dengan Reza. Meskipun cara berbicaranya yang to-the-point terkadang membuat Reza sedikit kaget, nyatanya ia tetap merasa nyaman setiap berada di dekatnya.

"Aku bantu masukkin kukisnya ke tas kamu ya," ucap Gisela menutup toples kukisnya setelah menyuapi beberapa buah kukis.

"I.. Iya makasih. Em, betewe, kamu gak makan kukisnya juga?"

"Aku udah sering makan kukisnya, jadi udah bosan sama rasanya."

"Wah... Kamu, udah sering banget masak ya? Cita-cita mau jadi chef?" tanya Reza sambil melirik ke arah bungkusan paket manga Food & Drink Wars, "Ini kamu doyan manga genre masak, buat sekalian cari referensi resep jugakah?"

"Oh, enggak juga sih. Tapi kalau memang ada referensi resep, kadang-kadang aku nyobain juga sih. Masak lebih ke hobi kalau buat aku. Tapi, kalau cita-cita aku sih... Nerusin bisnis papa," jawab Gisela sambil menengadah ke arah langit. Pandangannya tidak fokus.

Reza ikut melihat ke arah langit yang sudah gelap, kemudian kembali bertanya, "Oh, kukis kamu enak lho padahal. Emangnya, bisnis bokap kamu apa?"

"Katering, untuk berbagai macam usia dan sesuai kebutuhan mereka," jawab Gisela sambil melihat ke arah Reza, "Bisnisnya udah gede, pelanggan tetapnya juga sudah banyak. Sedikit-sedikit, aku juga sudah mulai terlibat di bisnisnya kok."

"Hee? Businessman ya," Reza tampak sedikit kaget dan berhenti sejenak, sebelum kembali berbicara, "Itu... bisnisnya tapi masih baik-baik aja? Habis waktu itu kayaknya kamu ada kesulitan bayar hutang ke si Stanley..."

Reza langsung berhenti berbicara karena menyadari sepertinya ia menyinggung sesuatu yang sensitif. Ia menjitak kecil kepalanya berkali-kali. Ekspresi Gisela tidak berubah. Ia tampak berpikir sebentar sebelum mulai berbicara.

"Itu.. Ada alasannya sih. Aku bisa percaya ke kamu?" Gisela bertanya dengan ekspresi serius, "Aku memang pengen diskusi ini sama kamu, tapi aku gak punya teman dekat, dan kamu kelihatannya baik dan bisa dipercaya."

Reza tertegun sejenak karena merasa senang bisa dipercaya. Ia mengangguk sambil mengacungkan jempol sebagai isyarat 'oke'.

"Aku...," Gisela sedikit ragu sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya, "Aku beli narkoba dari Stanley."


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang