Shapeshifting - The Ugly Truth Bagian 3

10 2 0
                                    

1 hari setelah penangkapan Harry Raja Saleh di Resor Rasa Ater...


Berita mengenai kasus pembunuhan di Resor Rasa Ater yang menewaskan Bu Samantha Nasution, CEO Diamond, menjadi berita utama di seluruh portal berita tanah air. Direktur perusahaan Gavin Ariwibawa sempat salah ditangkap akibat 'kesaksian yang tidak berdasar', namun kemudian dibebaskan setelah pelaku utamanya terungkap.

Pelaku dari kasus tersebut, inisial HRS, diungkap oleh media sebagai seorang pemimpin perusahaan Event Organizer yang kebetulan menjadi pengurus acara peluncuran ulang salah satu produk dari Diamond di Resor Rasa Ater. Banyak dugaan terkait motif pembunuhan tersebut, seperti uang dan asmara. Namun, Gavin, yang kebetulan mengenal pelaku, mengungkapkan motif utama sang pelaku.

Ia menceritakan mengenai latar belakang ayah HRS yang merupakan sahabatnya saat bersama mendirikan perusahaan rintisan teknologi AI bernama SHAPE tiga tahun yang lalu.

Bu Samantha merupakan salah satu investor terbesar mereka. Demi mendapat dana investasi tambahan, Ayah HRS terlibat hubungan terlarang dengan Bu Samantha. Sayangnya, dana tersebut ternyata digelapkan untuk kepentingan pribadi.

Begitu ketahuan, ia memutuskan hubungan terlarang dengan Bu Samantha karena ingin bertobat. Bu Samantha tidak terima dan tetap mengadukannya hingga beliau dipenjara. HRS, merasa kehidupan keluarganya menjadi kacau akibat sang ayah dipenjara, akhirnya gelap mata dan membunuh Bu Samantha.


"Sebagai sahabat dari ayah pelaku, saya merasa sedih. Sedih karena sang anak harus kehilangan figur ayah meskipun hanya sementara. Setiap orang bisa menjadi gelap mata dengan berbagai macam alasan, namun satu dorongan kecil saja bisa membuat mereka menjadi pembunuh. Untuk menghargai ayahnya, saya memaafkan pelaku dan saudaranya yang sempat membuat kesaksian yang menyudutkan saya. Terima kasih."


Pernyataan Gavin tersebut mengakhiri wawancaranya dengan para jurnalis. Evan, yang sedang menonton video berita tersebut melalui ponselnya bersama Edwin di rumah sakit, tampak terkesima dengan pernyataan Gavin.

"Wah, ini papanya Kak Peter kan ya? Orangnya besar hati banget ya Ko. Kalau gw sih, pasti kesal ya kalau sudah sempat dituduh sampai salah tangkap."

"Iya, dia memang kelihatannya orang yang baik dan murah hati sih...," jawab Edwin yang kembali berbaring di ranjangnya.

"Kelihatannya? Memang aslinya gak gitu Ko?" tanya Evan sambil mengunci layar ponselnya.

Edwin tidak langsung menjawab.

Pandangannya terkesan jauh dan tidak fokus. Melihat sang kakak yang termenung, Evan sengaja mengguncangnya dengan perlahan.

"Eh, iya Van. Dia memang baik kok. Waktu pesta ulang tahun si Peter, dia berapa kali tuh ngebantuin pelayannya buat antar minuman langsung ke beberapa tamu. Terus, dia juga ngasih Stanley kerjaan dengan gaji lumayan untuk bantu ngurusin biaya rumah sakit dedenya..."

"Hmm...," Evan bergumam sambil memasang tampang seperti seorang detektif, "Ko, lu sepertinya tahu sesuatu deh."

"Hah? Gw gak tahu apa-apa selain itu. Gw kan bukan anaknya," jawab Edwin sambil menutup dirinya dengan selimut.

Melihat kakaknya tampak jelas menyembunyikan sesuatu, sang adik setengah memaksa membuka selimut. Berhubung Edwin belum pulih seratus persen, tenaganya jelas kalah oleh sang adik.

"Ko, cerita donk. Ada hubungannya dengan lu sama dua teman lu yang waktu itu disuruh stay di rumah Kak Peter saat tamu lain disuruh pulang kan?"

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang