Invincibility - Bagian 05

4 2 0
                                    

Akhir pekan ini, Chisa pergi bersama kekasihnya, Tommy, untuk menghadiri pameran peluncuran produk makanan instan baru dari salah satu klien yang ditangani agensinya, Endomie. Pameran tersebut diadakan di lantai pertama mal Central Park. Akibatnya, lantai tersebut lumayan penuh sesak akibat banyak orang yang penasaran untuk mencicipi rasa baru Endomie.

Area pameran terbagi menjadi tiga wilayah besar, yaitu area panggung di depan untuk host acara, area pemesanan produk Endomie, dan area demo memasak. Beberapa koki tampak serius memasak dan membagikan hasil masakannya secara gratis kepada pengunjung yang mengantri, dibantu oleh panitia pameran.

Sebagai seorang influencer manager, ia bertugas mengatur para influencer di bidang makanan yang hadir di acara tersebut.


'Huf, sibuk... Sibuk... Aku harus mastiin kalau para influencer lagi on the way nih....'


Sejak lebih dari sejam yang lalu, Chisa yang menggunakan kaos panitia berwarna putih tampak sibuk mondar-mandir untuk mempersiapkan influencer yang akan tampil, mengatur pengambilan konten, ataupun mengajak mereka mengobrol. Sang pacar, Tommy, terlihat lesu sambil duduk dan bermain ponsel di wilayah tempat duduk panitia.

"Hubby, kamu gak apa-apa nemanin aku? Bosan gak," ujar Chisa yang baru saja selesai membantu seorang influencer mengambil konten video TikTak.

"Hmm... Oh?" Tommy menoleh ke arahnya sambil memaksakan senyum, "Iya, Hon. Aku gak apa-apa kok. Ini cuma pusing aja gak tembus-tembus level baru."

Chisa melirik ke arah layar pacarnya yang menampilkan game Companyscape, salah satu game simulasi membangun perusahaan dengan unsur puzzle. Ia ingat bahwa level yang sedang dimainkan kekasihnya tersebut masih sama dengan yang dimainkan sejak ia mulai bermain satu jam lalu.

"Hubby, kamu sebenarnya masih kepikiran ya sama Harry?" tanya Chisa yang langsung duduk di samping sang pacar dan memegang pundaknya.

"... Wah, aku memang susah ya kalau mau bohong sama kamu," jawabnya sambil tersenyum kecut.

Sejak Harry yang menjadi tersangka utama pembunuhan Bu Samantha dipindahkan dari tahanan kantor polisi Bandung Utara ke kantor polres metro Jakarta Barat, Tommy berharap dapat mengunjunginya dengan lebih mudah. Sayang, sang kakak masih bersikeras untuk menolak kunjungan dari siapapun, bahkan dirinya.

"Hubby, mungkin koko kamu lagi sakit? Jadinya gak mau dijenguk supaya gak bikin khawatir?" Chisa mengelus pundak kekasihnya dengan wajah iba.

"Gak sih Honey... Si koko orangnya kuat. Aku yakin sih, ini pasti ada hubungannya sama aku, entah apa," wajah Tommy menegang, "Dari dulu, si koko pasti selalu cerita apapun ke aku kalau ada masalah. Bahkan papa mama kita aja jarang dicurhatin sama dia. Selain itu...."

Tommy terdiam sejenak. Chisa memandangnya dengan wajah bingung, seolah menunggu kelanjutan kalimat tersebut.

"Selain itu, apa Hub?"

"Oh, ini... Aku agak bingung. Silas bilang ke gw kalau si tua bangka sengaja melindungi koko gw dulu waktu dia masih ditangkap sebagai tersangka awal. Tapi, Karen gak tahu apa-apa waktu soal itu waktu aku tanya ke dia," ucap Tommy sambil memangku dagu.

"Hmm... Aku juga gak pernah denger si tua ngomong gitu di media. Gak salah tuh, Hub?"

"Nah, itu dia. Ada yang aneh di sini. Belum lagi, ingatan aku benar-benar gelap waktu itu. Tapi, banyak yang ngelihat kalau aku baik-baik aja waktu interogasi polisi. Si koko juga katanya santai-santai aja sebelum ditangkap. Aneh...."

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang