Mind Reading - Bagian 16

7 4 0
                                    

Hari Senin berikutnya, karyawan di ruangan divisi Product tampak heboh merayakan sesuatu.

"Bos, si Karen beli donat JeKi empat boks nih buat dimakan rame-rame. Yuk ambil," ajak Silas kepada Mike yang sedang melamun di kubikelnya. Meskipun membuka dokumen pekerjaan, ia tampak tidak berkonsentrasi.

"Ohh... Boleh tolong ambilin aja gak? Lagi nanggung soalnya. Gw udah ngucapin met ultah ke dia tadi pagi," pinta Mike sambil memasang senyum yang sedikit dipaksakan.

Silas sepertinya menyadari jika suasana hati Mike sedang kurang baik, sehingga ia tidak bertanya lebih lanjut. Biasanya, Silas tidak akan ragu menyeretnya untuk mengambil makanan agar ia tidak malu jika sendirian mengambilnya.

"Siap lah buat bosku. Pasti yang almond kan, kayak biasa?"

"Haha iya. Nitip ya. Jangan digigit lho."

Silas memberi isyarat 'oke' dan pergi mengambilkan donat dengan rasa favorit Mike.

Hari ini, Karen merayakan ulang tahunnya yang ketigapuluhsatu. Sebagian karyawan divisi Product di ruangan menyerbu boks donat yang ditaruh di salah satu kubikel kosong sambil mengucapkan selamat kepadanya. Di divisi ini, ada tradisi membagikan kue, jajanan, atau makanan ringan saat ada karyawan yang berulang tahun.

Mike berusaha memasang muka tegar di hadapan anggota timnya. Sejak Big Bear memberikan pilihan sulit kepadanya Jumat lalu, kepalanya dipenuhi berbagai kemungkinan keputusan yang harus ia ambil.

'Gila. Gila. Gila. Gw butuh cerita ini ke seseorang, tapi gw harus cerita ke siapa coba."

Batinnya bergejolak. Ia merasa ini hanyalah hal yang hanya bisa didiskusikan dengan orang dekat di kantornya. Berbicara dengan anggota timnya tentu membuat diskusi ini akan menjadi bias.

Ia sebenarnya ingin mencoba menjadikan hal ini sebagai bahan pembicaraan dengan Anggi, namun ia tidak masuk hari ini karena sakit. Sepertinya ia buru-buru pulang saat Jumat lalu karena tidak enak badan. meski Mike merasa ada alasan lain yang menyebabkannya pulang cepat saat itu.

Selain mereka, Mike tidak sedekat itu dengan orang dari divisi lain, kecuali Tommy. Namun, ia mendadak teringat akan perkataan Anggi tempo hari.


"Hati-hati bekerja di sini... Lu gak tahu siapa yang bisa dipercaya di sini."


Setahunya, Tommy berbohong mengenai sumber informasi hubungan Big Bear dan Pak Gavin. Ia tidak mendapatkannya dari Anggi, karena sang pujaan hati juga baru mengetahui informasi tersebut. Mengapa Tommy membohonginya? Jika ia berbohong, apakah ia sebenarnya juga bohong tentang pertemuannya dengan Anggi di mal Central Park beberapa waktu lalu?

Ini bukan pertama kalinya Mike terlibat dalam politik kantor. Memang, sulit untuk menemukan teman kantor yang benar-benar bisa ia percaya. Tommy orang yang ramah dan jarang menggosipkan sesama rekan kerjanya saat mengobrol dengan orang lain. Oleh karena itu, ia percaya Tommy adalah orang yang baik.

Namun, bagaimana jika ia salah? Apakah sesungguhnya, Tommy juga terlibat dalam konspirasi Big Bear?

'Aghh! Pusing!' teriak Mike dalam pikirannya sambi menggaruk kepalanya.

"Bos, ini donat almond-nya," ucap Tommy sambil menyodorkan donat kepada Mike.

"Iyah thanks-... Lho!? Kok elu sih?" tanya Mike yang kaget karena Tommy yang memberikan donat kepadanya, bukan Silas.

"Gw tadi liat Insta Story si Ryan, ada boks donat Jeki yang dibawa Karen karena dia ultah. Ya udah gw ke sini buat ngasih selamat, sekalian bantu ngehabisin," jawab Tommy sambil melahap donat polos yang dibawa dengan tangan kirinya.

"Ohh," Mike hanya mengangguk untuk menjawab sambil melirik ke arah Silas yang sedang memperebutkan donat stroberi dengan Asep.

"Eh, gimana lu sama Hime? Ada progres gak?"

Mike tidak membalasnya langsung dan menatap wajah Tommy yang tampak polos ingin mengetahui hubungannya dengan Anggi.

"Sstt.. Hime.. lagi sakit. Jumat lalu, dia pulang buru-buru sebelum jam kerja."

Saat mendengar jawaban tersebut, Tommy terdiam. Ia tampak memikirkan sesuatu sejenak, sebelum akhirnya berbicara, "Hmm... Begitu ya."

Mike merasa tidak tenang melihat reaksi Tommy. Ia merasa teman dekatnya tersebut mengetahui sesuatu.

"Hei," Mike memanggilnya, "Apakah lu... pernah berbohong kepada gw tentang sesuatu?"

Saat mendengar pertanyaan tersebut, Tommy tertawa kecil. Ia kemudian menjawab, "Ya, setiap orang pasti pernah berbohong lah. Tapi tenang, kalaupun gw berbohong sesuatu kepada lu, pastinya bukan untuk menjahati lu kok."

Ekspresi Mike mendadak serius. Serius berpikir. Ia merasa tidak puas dengan jawaban Tommy.

"Yah, kalau lu bisa baca pikiran gw, lu bakal tahu lah kalau gw gak akan bohong ke lu untuk melakukan hal yang buruk. Sekarang, permisi dulu karena gw mau ambil donat lagi," ujar Tommy sambil berjalan perlahan ke arah boks donat.

Entah apa yang dikatakan Tommy mengenai membaca pikiran itu adalah kebetulan atau tidak, ucapannya masuk akal.

Bila ia ingin yakin bahwa teman dekatnya tersebut tidak berbohong, memang sebaiknya ia mencoba membaca memorinya. Namun, menggunakan kekuatannya untuk orang baru berarti membuat batas penggunaan Mind Reading berkurang menjadi satu.

'Ugh... tapi gak rugi juga lah, kalau teman dekat gw ini memang 100% bisa dipercaya'.

Ya, Mike tidak ingin membuat pemikirannya terhadap seluruh masalah di kantor menjadi semakin kompleks. Bila memang ada cara yang mudah untuk memastikan apakah Tommy memang bisa dipercaya atau tidak, ia merasa hanya inilah cara satu-satunya.


'MIND READING!'


Rasa penasaran Mike yang tinggi cukup mengaburkan pertimbangan objektifnya, sehingga ia menggunakan mind reading kepada Tommy.

Di dalam dunia imajinasinya, ia membuka buku memori Tommy dan memeriksa ingatan saat ia dan Tommy makan siang bersama Senin minggu lalu. Setelah membuka halaman ingatan tersebut, ia memperhatikan teks penjelasan film memori yang diputar.

Bila ingin mengetahui pikiran yang tersimpan saat seseorang melakukan suatu tindakan, dalam hal ini adalah saat Tommy memberi informasi terkait hubungan Big Bear dan Pak Gavin kepada Mike, maka ia tinggal membacanya pada teks penjelasan film memori tersebut.

'Hmm, jadi saat itu, intensinya ada dua. Pertama, memang membuat gw punya bahan pembicaraan dengan Hime... Duh.'

Wajah Mike sedikit memerah karena Tommy memang sungguhan berniat membantunya untuk lebih dekat dengan Anggi. Namun, ia langsung kaget saat melihat intensi keduanya.

'Intensi kedua adalah... Memeriksa kemungkinan Hime sebagai.... mata-mata Big Bear?? What the f*ck??'


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang