Psychokinesis - Bagian 06

23 6 0
                                    

"HAH! Jadi kekuatan super lu itu beneran!?" teriak Edwin kaget setelah mendengar Reza bercerita soal kejadian kemarin sore di tempat parkir motor.

"Iya beneran. Nanti gw tunjukkin kalau lu mau ikut gw ke tempat motor gw diparkir di dekat gedung fakultas Ekonomi," jawab Reza dengan santai.

Sejak kejadian kemarin, Reza memilih untuk parkir di gedung fakultas lain dulu agar tidak bertemu Stanley maupun kroco-kroconya. Untungnya, mereka tidak terlihat sama sekali hari ini. Seharian ini, Reza berusaha untuk selalu berbarengan bersama Edwin untuk berjaga-jaga kalau sampai dicegat lagi. Sayang Ansel tidak ada jadwal kuliah hari ini, sedangkan Peter baru ada kelas di sore nanti.

"Gak usah, ojol (ojek online) gw udah mau sampe kok," balas Edwin sambil terus berjalan ke depan gerbang kampus diikuti Reza, "Tapi... Kalau gitu, berarti aturan soal nyawa lu bakal dicabut setelah menggerakkan tiga objek berbeda itu... Bisa jadi beneran donk?"

"Tenang! Meskipun kemarin memang keadaannya genting, gw sudah memikirkan matang-matang kalau motor gw adalah salah satu benda yang pasti nempel sama gw terus dalam jangka panjang."

"Ya... Tapi emangnya, lu bakal pakai motor itu seumur hidup lu? Lagian kita belum tahu juga kalau motor lu diperbaiki dengan ngerombak berbagai komponennya untuk terus bertahan, apa itu masih dianggap objek yang sama atau berbeda. Terus-"

"Iya iya tenang Edwin. Lu gak perlu overthinking. Kalau memang nanti motornya harus gw tune up atau ganti body atau apapun yang signifikan, gw gak akan pake Psychokinesis lagi ke motor itu," sela Reza yang sedang merasa bergairah setiap membayangkan motornya yang bisa ia kendalikan sesuka hati dengan Psychokinesis.

"Hah, lu ya, mentang-mentang akhirnya punya kekuatan super beneran, jadi gak mikir panjang," tukas Edwin sambil menghela nafas, "Kalau nanti lu mokad, gw gak mau tahu ya..."

"Tenang, gw gak akan mati sampai impian gw jadi hakim terkabul!"

"Iya iya, lu orang paling rajin di semua mata kuliah Hukum sejak semester lalu. Gw yakin lha lu bisa jadi hakim."

"Yoi, gw pasti hati-hati kok dalam menggunakan kekuatan ini. Gw gak akan nyerah sampe semua orang jahat di dunia ini ditangkap dan diadili dengan fair," jawab Reza sambil menepuk punggung Edwin berkali-kali.

"Selain itu, lu better gak pake sembarangan kekuatan itu di depan orang lain deh. Kalau entar lu ditangkap sama FBI, BIN, atau organisasi aneh-aneh apa lah buat neliti kekuatan super lu kayak di film-film, gak lucu kan."

"Santai, haha! By the way, ojol lu mana? Gw gak liat ada mas mba ojol yang mendekat ke tempat kita berdiri."

Di jam segini, banyak mahasiswa yang kelasnya sudah selesai dan memesan ojol untuk mengantar mereka pulang. Beberapa pengendara ojol dari merk terkenal seperti LoJek atau merk yang masih agak baru seperti DiaDrive tampak berseliweran. Namun, tidak ada satupun ojol yang tampak mendekat ke tempat Reza dan Ansel berpijak. Malah, seorang wanita pengendara motor yang mengenakan helm hitam dengan kaca gelap yang mendekat ke arah mereka.

Melihat motor tersebut mendekat, Edwin mendadak setengah mengusir Reza, "Eh, udah udah. Lu balik aja ya langsung ya. Gw gak apa-apa kok nunggu sendiri di sini-"

"Lho Reza? Lama gak jumpa!" ucap si wanita pengendara motor sambil melepas helm-nya. Rambut poni kuda belakangnya langsung terlihat menjuntai.

"Eh? Kak Ellie?" jawab Reza agak kaget, "Wah iyah lama gak jumpa. Ada apa nih kak, kok tumben ke sini? Mau wawancara orang di kampus buat artikel berita?"

"Oh, gak kok. Aku kan jemput Edwin kayak biasa kalau tiap hari Rabu gini," jawab Ellie sambil melirik ke arah Edwin, "Emangnya... adikku ini gak pernah cerita?"

"Edwin biasanya pulang sendiri pakai motor yang dia parkir di kos temennya di seberang kampus, atau ojol kayak hari-"

"Ahhh iyah ciciku sayang, hari ini kan kita mau ke kafe Starbucky mumpung promo. Yuk yuk!" sela Edwin sambil menutup mulut Reza mendadak.

Sang kakak tampak berpikir sebentar sambil mengeluarkan helm cadangan dari jok motornya, sebelum akhirnya berkata, "Ohh... iya yah? Aku baru ingat kalau adik kesayanganku ini mau traktir di sana karena promo..."

"I... Iya hahaha," balas Edwin sambil memakai helm dan mengikuti kakaknya untuk duduk di jok belakang motor, "Yuk ci, berangkat."

Edwin dan Ellie pamit kepada Reza yang masih berdiri di tempat dan sedikit bingung dengan situasi tersebut.

"Salam Super! Sampe besok!" teriak Reza melambaikan tangannya saat motor yang dikendarai Ellie melesat pergi meninggalkan area kampus.


***


Dalam perjalanan, Edwin tidak berkata apa-apa hingga akhirnya sang kakak yang akhirnya membuka pembicaraan lebih dahulu.

"Kamu... masih gak bilang ke temen kamu yah kalau kamu belum bisa nyetir sendiri?" tanya Ellie mengurangi sedikit kecepatan laju motornya agar suaranya bisa didengar adiknya.

"Duh.. malu ci. Udah gede gini, cuman aku doank yang masih belum bisa nyetir di antara temen-temen."

"Makanya jangan kebanyakan nonton K-Drama mulu. Luangin waktu buat belajar nyetir. Nih dede aku cowok dua-duanya suka banget Kpop, aku yang cewek malah biasa aja!" ucap Ellie sambil tertawa saat mendengar dengusan adiknya, "Nanti traktir aku sama bos aku ya. Aku sama dia lagi mau pergi ke presscon (press conference) Diamond tentang pendanaan yang baru saja mereka peroleh sore ini."

Diamond merupakan perusahaan rintisan lokal di bidang teknologi yang telah mengembangkan berbagai macam aplikasi terkait jasa perorangan, seperti jasa mengantar orang dengan menggunakan aplikasi DiaDrive. Sebagai jurnalis di portal berita teknologi, DailyTechno, Ellie wajib menghadiri acara penting tersebut.

"Ada bosnya cici? Duh makannya kalian jangan banyak-banyak ya... duit jajan aku minggu ini takut gak cukup kak."

"Yaa... Sebagai dede yang sayang cicinya, gak masalah donk. Kan udah cici bantuin buat jaga secret-nya kamu dari si Reza tadi."

"Iya iya... Tapi, kayaknya dia terlanjur sudah sadar sih...," jawab Edwin setengah terpaksa.

"Oh ya, bos aku juga ada lho, dan dia bawa guguknya karena lagi gak ada yang jagain di rumah. Bayarin buat semua ya."

"Ciii.... Kasian dompetku," balas Edwin sambil sedikit terisak.


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang