Invincibility - Bagian 20

6 2 0
                                    

Selesai diantar Ansel pulang ke rumahnya, Edwin melempar tasnya ke kursi ruang makan dan bergegas pergi memburu makanan di kulkas di dapur. Pada hari Kamis siang seperti sekarang, belum ada satupun penghuni rumah yang telah kembali. Ia harus mencari makanan sendiri untuk mengisi perutnya yang mulai berbunyi.


'Hmm. Ada bolu bakar, bolu kukus coklat, lapis legit. Kemarin udah makan lapis legit sih, tapi rasanya enak juga. Bolu bakar lagi bosan... Tapi pengen juga. Mending mana ya? Apa ambil saja semua-'


*BLEDARRR!*


Suara gemuruh petir mengagetkan Edwin.

Memang, langit di luar sudah mendung sejak tadi. Tampaknya sebentar lagi akan hujan besar sehingga Ansel juga memilih untuk tidak mampir ke rumah Edwin.


'Duh... Kasihan jantung gw. Cukup sekali aja kagetnya sama tadi kuis mendadak dari si Ratu Iblis.'


Edwin mengelus dadanya sejenak kemudian lanjut bergerak mengambil kue-kue di dalam kulkas. Ia merasa air liurnya sudah berkumpul di dalam mulutnya begitu melihat kemasan bolu bakar favoritnya.


*PRATS!*


"Waduh!" Edwin berteriak begitu terdengar bunyi korslet dan lampu kulkas mati. Ruangan dapur menjadi nyaris gelap gulita karena langit mendung menghalangi sinar matahari yang biasanya menerangi dapur melalui jendela.


'Errr... Mana handphone gw tadi....'


Edwin cepat-cepat mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya dan menggunakan fitur flash untuk memberikan penerangan seadanya. Ia cepat-cepat mengambil bungkusan bolu bakar, menandai catatan arus keluar masuk makanan kulkas, dan kembali ke ruang makan.

Dalam kondisi langit cerah di siang hari, ruang makan selalu dalam keadaan terang akibat banyaknya jendela kaca. Namun, ruangan tersebut kini menjadi gelap gulita karena listrik mati dan langit mendung di luar.

Edwin berjalan pelan-pelan menuju salah satu kursi agar mencegah dirinya tersandung oleh benda yang kebetulan tidak terlihat.


'Hmm, makan di sini atau di kamar ya? Kalau di sini, gw gampang untuk balikin lagi bolunya. Tapi kalau di kamar, gw bisa sambil nonton tapi repot turun-'


*BLEDARRRRR!*


Suara petir menyambar kencang kembali terdengar dan membuat dirinya tersentak kaget.


'Duh, iya iya. Gw makan aja cepat-cepat di sini terus balik ke kamar buat tidur siang.'


Ia segera duduk dan mengambil beberapa helai tisu untuk mengambil bolu bakar yang sudah dingin. Dengan ditemani pencahayaan seadaanya dari flash kamera ponselnya, Edwin bergegas menyantap tiga hingga empat potong bolu dan menaruh kembali sisa bolu bakar ke dalam kulkas.


'Dipikir-pikir... Dulu rasanya pernah kejadian seperti ini juga.'


Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang