"Hei lihat ini? Tumbler Bumblebest gw keren kan?"
"Oh, gak donk kak. Tumbler Optima Second gw lebih keren donk!"
Silas dan salah satu anak magang yang terkenal berisik di tim, Asep, cenderung saling membanggakan tumbler yang berhasil mereka beli dengan harga promo. Selesai menonton premier film Transforming 5 di bioskop CDE mal Central Park, Mike dan beberapa orang anggota timnya yang ikut di acara 'team bonding' ini sedang asyik mendiskusikan betapa seru cerita dan efek-efek ledakan yang mereka saksikan di film tersebut sambil makan malam di area food court.
"Ehh, tapi yah kak, jelas-jelas tadi di film berkat Optima Second, para Otobot jadi punya chance buat ngehajar itu si leadernya Deception. Siapa lah itu namanya. Jadi, tentu sajaaa tumbler Optima Second paling keren," ucap Asep dengan nada bicara yang didramatisir.
Mahasiswa semester akhir jurusan teknologi informasi di Universitas Taruna Bangsa tersebut memang senang berbicara dengan nada suara yang ditinggikan jika sedang berargumen. Pria yang hampir sama tambunnya dengan Silas tapi lebih tinggi darinya itu meninggikan posisi kepalanya sambil memasang wajah bangga.
"Heh, anak magang bau kencur! Namanya Gigatron. Ingat ya. Bumblebest is the best. Awas ntar gw minta Mike ngasih score jelek buat evaluasi magang lu," balas Silas.
"Duh kak, tolong ini saya anak magang dizalimi sama senior," ujar Asep dengan ekspresi meminta tolong yang dilebih-lebihkan kepada Mike.
Perdebatan sengit keduanya memancing gelak tawa Mike dan timnya.
Kondisi food court di lantai tiga mall Central Park cenderung masih ramai meskipun jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam lewat tiga puluh menit. Mike dan sebagian besar anggota timnya sedang menikmati makanan yang sudah mereka pesan, namun Karen tidak menyantap makanan apapun.
"Karen, lu gak pesan makanan apapun?" tanya Mike sambil menyantap menu makanan nasi ayam hainan.
"Gak sih bos- eh, Mike. Gw lagi agak hemat dulu untuk tambahan biaya modal merit nanti," jawab Karen yang hanya minum air mineral dari botol minum yang dibawanya.
"Lho? Sori, lu sama calon laki lu masih belum ngumpulin semua modalnya pas kalian udah tunangan tahun lalu itu?"
"Sebenarnya kalau untuk kondangan biasa sih, tabungan gw sama laki gw cukup aja. Cuman, calon mertua gw pengen resepsinya di hotel bintang lima. Padahal kondisi keuangan laki gw dan keluarganya tuh biasa aja."
"Mertua lu atau mama lu gak bantu modalin?"
"Haha, sayangnya mertuanya tipe yang punya prinsip nikah itu cuman sekali, jadi harus gede dan berkesan banget sekalipun duit gak ada. Dan kalau mama gw sih... Yah gw gak bisa ngarep banyak dari orang kayak dia," jawab Karen dengan sedikit sewot.
Karen tampaknya tidak merasa begitu dekat dengan ibu kandungnya sekalipun mereka tinggal bersama selama tiga puluh satu tahun. Entah apa penyebabnya, Mike tidak pernah benar-benar menanyakannya karena khawatir menyinggung privasinya.
"Em, sori jadi kesinggung soal mama lu ya. Lu sama laki lu udah planning jumlah duit yang masih diperluin?" tanya Mike sambil menyeruput es teh tarik.
"Udah sih. Yah, dengan kita pakai WO (Wedding Organizer) kenalan dekatnya laki gw sama minta sistem pembayaran cicilan ke beberapa vendor, asalkan kondisi keuangan kita stabil, harusnya lumayan terpenuhi sih. Laki gw juga pertimbangin buat minjem ke kantornya sih, tapi please jangan bilang siapapun ya."
"Oh, santai. Untung kita posisi duduknya di pojok, jadi kayaknya gak kedengaran sama anak-anak yang lain sih," tukas Mike sambil melirik ke arah yang lain, "Terus, nanti lu rencana tinggal di mana Ren abis merit?"
"Itu... Rencananya sih, gw tinggal dulu bareng sama keluarganya laki gw," jawab Karen dengan sedikit murung.
"Buat ngehemat dulu?"
"Iya, semacam itu. Cuman, gak tau juga sih. Mamah gw sebenarnya lumayan concern sama kondisi ini."
"Euh, lu masih direstui buat merit kan? Kalian kan udah... empat apa lima tahunan bareng kan ya?"
"Ya, di depan sih kesannya masih direstui ya. Cuman, gak tau deh apa yang mamah gw pikirin. Kadang mulut dan hatinya gak sinkron."
Mike sedikit kaget saat mendengar pernyataan Karen yang terkesan menjelekkan ibunya sendiri.
"Kenapa Mike?"
"Ah, gak apa-apa. Oh ya, gw jadi penasaran. Lu berdua putusin merit bukan karena MBA kan?"
"Hush, bukan lah haha. Perut gw kecil gini," balas Karen sambil mengusap perutnya, "Ya, karena sudah lama aja kita pacaran, dan juga karena request dari neneknya dia sih yang pengen lihat cucunya merit."
Mike mengangguk sambil mengejek 'kirain lupa alasannya', sedangkan Karen hanya membalas dengan tertawa.
Sebagian besar anggota tim masih asyik membicarakan tentang film Transforming 5, namun sisanya ada yang memilih fokus melahap makanan sambil bermain ponsel. Silas masih seru berdebat tentang teori kelanjutan film tersebut sekaligus membanggakan sedikit pengetahuannya terkait merchandise Transforming kepada Asep.
"Baidewei, tadi lu kenapa dipanggil ke ruangan Big Bear?" Karen bertanya kepada Mike, "Ada issue?"
"Ohh, iya. Itu gw belum cerita ke kalian yah," ucap Mike sambil menceritakan kejadian tadi kepada Karen.
"Duh, terus terang, gw masih khawatir sama dia. Orangnya perfeksionis banget, sedangkan gw sering lupa hal-hal yang detil. Kira-kira performance kita tengah tahun ini bakal gimana ya dinilai sama dia?"
"Yah, kayak yang gw bilang dulu. Lu dan yang lainnya tuh udah bagus kok kerjanya. Kan gw yang nilai kalian nanti. Semangat donk," ucap Mike menepuk pundak Karen.
Mike mencoba meyakinkan Karen agar tidak perlu terlalu khawatir dan fokus pada pekerjaannya saat ini serta persiapannya untuk menikah nanti. Meskipun tidak langsung bersemangat penuh, Karen merasa lega setelah menceritakan beberapa keluhannya kepada Mike.
Sejak awal, Mike termasuk tipe yang bisa diajak berbicara terkait masalah-masalah pribadi bawahannya. Ia bisa menjaga batas sebagai profesional dan sebagai teman bicara. Oleh karena itu, bawahannya memang cenderung terbuka untuk konsultasi masalah di luar pekerjaan kepada Mike. Terkadang, Mike yang bertanya langsung kepada bawahannya jika ada yang ingin didiskusikan, karena ia memang tipe orang yang tingkat penasarannya cukup tinggi.
"Nah, terus bentar lagi kan udah mau evaluasi awal untuk-" Mike mendadak berhenti bicara saat ia melihat ke pasangan yang sedang duduk di meja makan yang jaraknya beberapa blok dari tempat ia duduk.
Ia melihat Tommy sedang menikmati makanan yang ia pesan bersama wanita yang tidak asing baginya, Anggi.
'Hah? Kok.... Mereka berdua makan barengan di sini?' ucap Mike terkejut dalam hatinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Superpower - Your Life Is The Price
Mistério / SuspensePernahkah kamu mendengar kasus pembunuhan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa? Tahun 2021, Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak biasa. Setiap korbannya selalu ditemukan tewas dengan mengeluarkan darah dari mat...