"HOHOHO yes yes. I understand what you meant. HOHOHO!"
Sudah hampir lima menit Mike diam menunggu sambil berdiri di dalam ruangan dan mendengarkan pembicaraan entah apa antara Big Bear dengan lawan bicaranya lewat telepon.
Big Bear yang memiliki nama asli Pak Malik telah menjabat sebagai Direktur Product & Operation sejak tiga bulan lalu, menggantikan Bu Melinda secara mendadak.
Secara fisik, ia bertubuh lebih tambun daripada Silas dan lebih pendek sekitar lima cm dibandingkan Mike, berkacamata bulat dengan bingkai emas, memiliki pipi bergelambir, dan model rambut belah tengah disisir klimis. Ia selalu menggunakan kemeja dan celana kain setiap bekerja, sedikit berbeda dengan kebanyakan karyawan di Diamond yang umumnya menggunakan gaya berpakaian kasual.
Lama sekolah dan bekerja di Amerika membuatnya lebih terbiasa berbicara dengan bahasa Inggris, namun ia masih bisa mengerti bahasa Indonesia yang diucapkan secara lisan. Kemampuan membaca Bahasa Indonesianya terbilang jelek, sehingga ia pernah tidak sadar diejek saat salah seorang karyawan lupa menghapus tulisan ejekan dalam bahasa Indonesia di ruangan meeting.
"Ah, alright! See you soon," ucap Big Bear sambil menyudahi panggilan teleponnya. Ia melirik Mike sambil tersenyum dan menyuruhnya duduk di hadapan meja kerjanya.
"Asyik sekali Pak ngobrolnya," ucap Mike mencoba berbicara dulu sebagai niat baik memulai percakapan.
"Hmm. Ya, it was an old friend. Kalau you tadi gak lama masuknya, we can started our conversation sooner. Jadinya tadi keburu dia kasih story yang menarik and I just followed him."
Mike merasa sedikit tidak enak. Entah Big Bear berkata seperti itu dengan sengaja atau tidak karena membuatnya menunggu - yang sebenarnya hanya sebentar saja - tadi. Rasanya pembicaraan Mike dengan Anggi sebelum masuk ruangan tidak selama itu.
"Oh, ya sori Pak. Jadi, ada yang bisa saya bantu?"
"Alright. Just a moment," ucap Big Bear mengulik laptopnya sebentar, kemudian membalik laptop tersebut ke arah Mike.
Ia memperlihatkan kotak masuk email miliknya. Di situ terdapat email dari Silas mengenai proposal fitur baru. Judul email ditulis seadanya dan tidak ada tulisan sama sekali di badan pesan.
'Oh Sh*t! Itu pasti email si Silas yang harusnya dia kirim ke gw. Ini pasti dia gak sengaja salah kirim ke Big Bear. Untung gak ada kalimat ejekan berbahaya di situ,' batin Mike yang sedikit terkejut.
Big Bear menatap ke arah Mike yang masih terdiam. Ekspresinya tidak marah namun juga tidak begitu ramah.
"So, can you tell me what is wrong with this message?"
"Err... Kalau konteksnya isi email, salahnya memang tidak ada basa-basi di body email dan judulnya kurang proper, tapi-"
"What's basa-basi?" sela Big Bear.
"Chit-chat, small talks, something like that sih pak. Tapi sori dulu Pak, itu email proposal yang seharusnya belum dikirim dulu ke Bapak, soalnya belum saya cek."
Wajah Big Bear menjadi sedikit lebih ramah saat mendengar penjelasan Mike.
"Ah, okay. Kalau ini beneran untuk gw, I was going to lecture you and him for a proper email communication. HOHOHO!"
Mike ikut tertawa ala kadarnya, meskipun dalam hatinya ia berteriak 'lebay banget'.
"So... Ini berarti salah Silas kan?" tanya Big Bear sambil mengembalikan posisi laptop untuk menghadap dirinya kembali. Ekspresi ramahnya kembali berkurang.
"Emm, iya...!?" jawab Mike dengan sedikit ragu. Entah mengapa ia merasa pertanyaan tersebut bukan pertanyaan basa-basi untuk menutup percakapan ini.
"Noted," ucap Big Bear sambil mengetik sesuatu di laptopnya, "But for the next time, gw tidak mau ini terjadi lagi ya. Do you know that I wasted 35 minutes to read this unfinished proposal? PLUS, 10 more minutes untuk mencari artikel tentang email communication?"
'Hah!?' Mike terkejut di dalam hatinya.
"Also, gw mau reminder kalau kita sudah hampir memasuki performance evaluation. Jadi, pastikan lu dan tim keep up to my work standards yah. You must aim for perfectness in everything. Good revenue atau high user number saja is not enough. Your work process, habit, everything, must be perfect. This is US - ah, no - global standard, and we should aim for that standard as a major growing startup in Indonesia. Understand?"
Mike diam sebentar untuk berusaha mencerna apa yang tadi dikatakan oleh Big Bear. Sebagai perusahaan rintisan yang sudah mulai memiliki nama di tingkat nasional, memang wajar bila standar bekerja ditingkatkan. Hanya saja, Diamond masih belum punya rencana untuk melakukan ekspansi ke luar negeri
"Oh, oke. Noted, Pak Malik. Terima kasih untuk reminder-nya ya. Tapi, saya jadi curious. Apa kita ada rencana expand ke luar?," jawab Mike dengan senyum yang sedikit ia paksakan.
"No, not as far as I know. But, we need to look good and perfect in front of the investors, since most of them are coming from abroad. Kalau mereka someday come to our office for inspection, at least kita harus present good working culture here. Anything else?"
Dalam hatinya, Mike masih merasa bahwa alasan tersebut termasuk berlebihan. Namun, ia ingin cepat-cepat pulang dan tidak ingin mendebat Big Bear lebih jauh.
"No. All good, Pak."
"Oke, good. Minggu depan, kita bicarakan untuk early performance evaluation ya. For now, have a nice day and take a good rest dulu," ucap Big Bear dengan wajah ramah.
"Oke, Pak. Kalau begitu, saya balik dulu ya," ujar Mike sambil beranjak dan memberi salam, "Have a nice day, Pak."
"Ya, have a nice day lagi," jawab Big Bear dengan nada ramah, namun ekspresi mukanya berubah menjadi agak bengis saat Mike sudah pergi keluar dari ruangan tersebut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Superpower - Your Life Is The Price
Mystery / ThrillerPernahkah kamu mendengar kasus pembunuhan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa? Tahun 2021, Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak biasa. Setiap korbannya selalu ditemukan tewas dengan mengeluarkan darah dari mat...