Mind Reading - Bagian 02

8 4 0
                                    

"Bos, bug test report nya udah gw follow up nih. Lusa udah ready buat gw deploy hotfix-nya," ujar seorang wanita berkacamata dan berambut keriting sebahu yang memberikan printout laporan bug kepada bos prianya. Suaranya terdengar sedikit serak basah.

"Okeh, nanti gw info ke Tommy untuk tim marketing siapin notifikasi ke para user. Lu udah kirim juga laporan resolved bug ini ke Big Bear belum?"

"Mm...," si wanita diam beberapa detik sebelum akhirnya menjawab, "Lupa bos."

Sang bos menghela nafas sebentar.

"Eh, dasar. Email dulu sekarang ya. Karen, lu tahu kan si Big Bear orangnya paling gak suka kalau ada prosedur kita yang kelewat, meski posisi dia cuman sekedar mengetahui. Oh ya, jangan lupa emailnya pake bahasa Inggris," ucap si bos sambil berjalan menuju kubikel kerjanya yang hanya berjarak dua meja saja.

"Oh ya bos, nanti boleh bantu cekin draft emailnya sebelum gw kirim? Dia kan orangnya concern banget sama grammar tulisan di email."

"Iya iya. Ntar lu kirim ke email gw dulu aja buat gw cek. Gw ke tempat si Tommy dulu," jawab si bos sambil mengambil botol minum di mejanya.

"Oke. Bos Mike emang paling mantep," ucap si wanita sambil memulai menulis draft email untuk Big Bear.

Mike hanya geleng-geleng kepala sambil minum dari botolnya yang sudah ia isi dengan seduhan teh tarik. Ia melihat ke arah berbagai tempelan foto timnya dan pernak pernik lain di dinding kubikelnya.

Sudah hampir tiga tahun lamanya Michael Sidharta alias Mike bekerja di tim Product Development & Operation Diamond, sebuah perusahaan lokal yang bergerak di bidang jasa People to People Service. Perusahaan ini sedang cukup naik daun setelah mendapatkan suntikan investasi dalam jumlah besar.

Beberapa produknya yang terkenal antara lain aplikasi DiaDrive, aplikasi ride sharing yang menghubungkan seorang pemilik kendaraan untuk menjadi 'taksi' atau 'ojek' dengan calon penumpang, atau aplikasi DiaShop, aplikasi shop service yang menghubungkan seorang pembeli dengan pemilik layanan jasa titip.

Saingan utamanya di Indonesia yang memiliki bisnis serupa adalah LoJek dan GaRab, namun Diamond lebih kuat untuk produk di luar aplikasi berbasis ride sharing. DiaShop yang terhitung baru diluncurkan kurang dari setahun sudah cukup populer, terutama sejak dipegang oleh Mike yang menjabat sebagai Product Manager-nya.

Pria berambut lurus pendek tersebut awalnya bekerja di bagian konten produk, namun tahun lalu ia dipromosikan menjadi manajer produk DiaShop yang baru saja diluncurkan. Sebagai manajer produk junior yang memegang produk baru, pekerjaannya sehari-hari tergolong sibuk. Ia hampir tidak memiliki waktu untuk aktif di forum komunitas pecinta budaya Jepang, WISH, yang sudah ia ikuti selama hampir sepuluh tahun.

"Bos, gw sudah kirim ya draft emailnya. Bisa tolong dicek?" teriak Karen dari meja kerjanya.

"Okee! Gw cek sekarang ya sebelum pergi," balas Mike sambil membetulkan posisi kacamata bulat yang dikenakannya.

Mike membuka laptopnya dan mengecek draft email yang dikirim oleh Karen. Ia memperbaiki beberapa kesalahan penulisan maupun penggunaan kata berbahasa Inggris yang dirasa kurang tepat, kemudian mengirimkannya balik kepada Karen.

"Sudah ya, coba dicek lagi terus langsung send aja Ren!"

"Oke bos!"

Mike berdiri sambil melakukan peregangan badan sekedarnya, kemudian membetulkan posisi kerah baju dan ban pinggang celana jeans yang dikenakannya. Sehari-hari, ia sering menggunakan kaos berkerah lengan pendek. Penampilannya memang tidak begitu mencolok. Parasnya tidak begitu jelek ataupun tampan, namun wajahnya sering disebut ramah oleh rekan-rekan kerjanya.

Setelah menjadi manajer, beberapa rekan yang kini menjadi anak buahnya sangat membantu Mike dalam pekerjaannya sehari-hari. Misalnya, Karen Hutomo yang handal dalam urusan pemrograman meskipun pelupa dan Silas Pangestu yang mengisi posisi Product Content saat Mike naik jabatan.

"Bos!! Lu ada ide gak untuk influencer yang bisa kita pake buat ngisi konten DiaShop mulai bulan depan? Gw udah kebayang tipe kontennya tapi gw gak gitu familiar sama influencer hehe," ucap Silas yang mendadak muncul dari balik kubikel Mike.

Pria bertubuh agak gempal tersebut membuat kaget Mike yang sedang melamun sambil minum setelah melakukan peregangan. Akibatnya, pegangannya terhadap botol minumnya agak goyah dan membuat sedikit teh tarik di dalamnya tumpah ke lantai.

"Ups, sorry. Nanti gw panggilin Bi Ijah buat ngepel lantainya," ucap pria yang berambut tipis tersebut.

"Iya santai aja. Next-nya, gw tumpahin ke meja lu ya. Kayaknya koleksi gunpla (model rakit robot Gundam) lu perlu dibersihin...," ucap Mike sambil mengangkat kepalanya melewati dinding kubikel untuk melihat meja Silas, "Wah, udah nambah satu lagi ya!? Kok gw gak ngelihat lu unboxing dan ngerakit sih di beberapa hari ini?"

"Oh, ini gw bawa dari rumah soalnya bos. Lagi populer di Jepang gara-gara mau dibikin live action. Lu gak tahu emangnya?"

"Gw udah kurang updet lagi sih di WISH. Kalau misalnya gak seheboh perilisan film One Punch Woman bulan lalu, gw kayaknya gak notice juga. Lagian, gw emang kurang minat kalau sama mecha-mechaan," jawab Mike sambil menaruh botol minumnya, "Betewe, panggil nama aja gw langsung kali. Gw suka getek kalau dipanggil 'bos'."

"Ya, lu kan emang bos kita. Gak apa-apalah, gw dan yang lain mengakui kok kalau lu bos sekaligus leader kita. Lagian, cuman lu doank yang perjuangin untuk kita boleh bawa benda-benda hobi buat dipajang di kubikel. Tim lain gak dibolehin tuh," ucap Silas sambil melirik ke arah kubikel tim lain.

Kebanyakan kubikel di luar tim Mike hanya memajang foto ataupun pernak-pernik yang bersifat produktivitas seperti sticky notes. Sejak direktur Product & Operation sebelumnya mengundurkan diri secara mendadak dan digantikan oleh Big Bear, ia memang menerapkan beberapa kebijakan yang terlalu ketat.

Salah satunya adalah larangan mengenai pemajangan benda koleksi hobi di kubikel kerja. Aturan tersebut ia adopsi dari tempat bekerjanya dulu di Amerika. Mike meminta agar beberapa orang di timnya diberi kelonggaran sementara untuk mengurangi beban stres karena produk yang mereka pegang masih tergolong baru, yang untungnya dikabulkan.

"Ya udah, bebas lah. Tapi kalau di luar panggil nama aja ya," ucap Mike sambil mengangkat laptopnya, "Ini gw mau ke tempat marketing dulu. Nanti gw konsultasiin sama Tommy untuk rekomendasi influencer-nya ya."

Silas mengacungkan jempol sebagai jawaban dan duduk kembali. Sementara itu, Mike bergegas pergi ke luar ruangan sambil melirik ke arah ruangan direktur Product & Operation yang kini ditempati Big Bear. Tampaknya, ruangan tersebut sedang kosong.

'... Pasti, lagi mau cari muka di tempat lain. Ckck... ' batinnya.


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang