Levitation - The Twisted Truth Bagian 2

6 4 0
                                    

Beberapa saat sebelum Sherly menggunakan Levitation...


"Kan gw sudah bilang, gw beneran gak tahu di mana adik lu!"

Suasana di sekitar pintu keluar labirin tampak riuh. Mahasiswa tinggi berambut man bun yang sedang menjaga pintu keluar tampak berantem dengan salah seorang peserta, bahkan hampir beradu jotos.

"Bohong! Lu pasti gak mau kasih tahu karena masih dendam sama gw soal kejadian dua bulan lalu itu kan?" teriak Stanley sambil menggenggam erat kerah kaos polo yang dipakai mahasiswa tersebut.

"Stan, gw aja gak tahu lu punya adik dan rupanya kayak apa. Tuduhan lu gak masuk akal banget!"

Kedua pria tersebut saling berpandangan dengan tajam tanpa ada yang mengalah.


"Ada ribut-ribut apa ini?"


Suster Miriam tiba-tiba muncul setelah seorang pendamping pasien memanggilnya yang kebetulan sedang berjalan melewati taman rumah sakit. Ia melihat ke arah kedua orang yang sedang beradu mulut tersebut dengan tajam sambil melipat tangan di dadanya. Sahabat Sherly, Friska, langsung berjalan menghampiri Suster Miriam begitu melihat kedatangannya.

"Suster! Suster sempat lihat Sherly gak?" tanya Friska yang tampak khawatir.

"Saya kebetulan baru lewat taman, tapi saya tidak melihat penampakan Sherly sama sekali di sekitar sini. Memangnya dia hilang di dalam labirin?"

"Nah, itu dia Sus. Orang ini sembarangan nuduh saya berbohong. Padahal dia aja belum sempat mencari adiknya di dalam labirin," ucap si mahasiswa sambil melepaskan dirinya dari jeratan Stanley.

Suster Miriam mengamati situasi dan melihat ke arah Stanley yang tidak berkata-kata.

"Dik Stanley, kamu minta maaf sekarang ke Dik Ansel. Kamu masih harus belajar mengendalikan emosi kamu," perintah Suster Miriam dengan tegas.

Stanley tampak menahan kesal, namun ia akhirnya meminta maaf kepada Ansel. Ia menutup mata dan mengambil nafas panjang sebelum mulai berbicara.

"Oke, gw salah karena terbawa emosi. Gw hanya khawatir dia bertemu dengan seseorang yang punya niat tidak baik."

"... Gw maafin lu untuk kejadian ini. Gw memang sempat kesal karena lu menyinggung kejadian yang lalu," ucap Ansel dengan suara yang sudah lebih rendah, "Semoga adik lu bisa cepat ketemu. Nanti gw bantu lihat CCTV labirin."

Stanley mengangguk pelan dan berterima kasih. Setelah itu, Suster Miriam berjalan mendekat ke arah Stanley. Ia mengajaknya untuk duduk di salah satu bangku taman di sekitar sini.

"Dik Stanley, saya tahu kamu khawatir dengan adikmu. Tapi, di sini pasti aman. Barusan, saya juga sudah minta Friska untuk kembali ke dalam labirin ditemani sama salah satu mahasiswa UKM untuk membantu mencari Sherly."

"Kalau begitu, biar saya ikut-"

Suster Miriam langsung menarik lengan Stanley yang barusan beranjak. Tenaga Suster tersebut tampak cukup besar karena dirinya langsung jatuh terduduk kembali.

"Kamu tenangkan diri dulu di sini. Saya gak ingin lihat kamu dalam keadaan emosi saat ketemu adik kamu. Kamu kesal karena terpisah darinya di dalam labirin kan? Jangan sampai kamu kelepasan membentak adikmu dalam keadaan emosi."

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang