Shapeshifting - Bagian 24

4 2 0
                                    

[8 jam sebelum penangkapan Gavin Ariwibawa di Resor Rasa Ater]


Acara utama hari kedua adalah mengunjungi kebun teh dan selebrasi besar atas pendanaan seri B bagi Diamond. Beberapa tamu tampak senang dan mengucapkan selamat kepada Bu Samantha karena berhasil membawa Diamond menjadi sangat besar setelah tujuh tahun beroperasi.

Setelah melakukan berbagai aktivitas menyenangkan dan disuguhi hiburan terakhir, para tamu dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang disajikan di dalam restoran. Sebagian tamu VIP menikmati makanannya di saung yang terletak di luar. Salah satu saung diisi oleh beberapa orang panitia acara, seperti Satria yang mengundang Ellie untuk makan bersama dengan panitia lain.

Seluruh orang duduk melingkari berbagai hidangan khas Sunda yang disebar, dengan bakul besar berisi nasi putih yang diletakkan di tengah. Setiap orang bebas memilih makanan yang mereka inginkan, apalagi porsi makanan yang disajikan terhitung cukup banyak. Para panitia yang sebagian besar merupakan anggota tim EO Harry tampak menikmati makanan sambil bersenda gurau satu sama lain.

"Wih, congrats yah Pak karena sudah sukses membawa acara sepanjang dua hari ini. Gw gak nyangka kalau lu jago ngomong di depan publik," ucap Ellie sambil melahap sepotong ayam bakar.

"Oh, jadi kali ini insting jurnalis lu gak berfungsi nih karena lu gak nyangka?" tanya balik Satria sambil menyeruput sayur asem.

"Yah, gak gitu juga kali Pak," suara Ellie sedikit kurang jelas karena berbicara sambil mengunyah, "Insting gw gak bilang apa-apa. Tapi, sumpah lho Pak. Lu natural banget tadi, padahal lu gak ada ekstrovert-nya sama sekali. Jangan bilang kalau lu pakai semacam kekuatan super ya?"

"Kagak lha. Dulu gw memang sering jadi MC di acara komunitas gw. Cuman sejak papa gw meninggal, gw gak pernah nge-MC lagi," pandangan Satria tampak menerawang jauh.

"Wah, Pak. Udah lama gak nge-MC aja udah bagus gitu, apalagi kalau lu serius ya?"

Satria mendengus pelan.

"Ya, sebenarnya gw juga sedikit kaget karena tadi bisa natural sih. Mungkin, harusnya gw keluar dari jurnalis dan jadi MC profesional aja ya," balas Satria sambil tersenyum sedikit.

Tiba-tiba, Ellie menyodorkan potongan ayam yang hendak ia makan di depan wajah Satria.

"Eh, gak boleh donk Pak. Nanti siapa donk yang periksa artikel gw."

"Kan ada bos gw. Nanti lu langsung ke dia aja," ucap Satria yang bermaksud mengambil potongan ayam dari Ellie, namun gagal.

"Ogah Pak. Si Pak Riki tuh demen banget ngasih banyak revisi. Nanti artikel gw gak tayang-tayang deh."

"Yah, dia ngasih revisi banyak tuh berarti dia nemu banyak kesalahan. Orangnya memang teliti dan perfeksionis, tapi kerjanya bagus kok. Dia juga masih fair dengan membiarkan kita kerja di luar kantor, termasuk nge-oke-in gw jadi MC di sini."

Ellie mengangguk sambil menggumam 'iya sih' dan lanjut menikmati potongan ayam yang tidak jadi diberikan ke atasannya tersebut.

Mereka berdua lanjut menikmati hidangan hingga Satria berusaha mengambil mangkok sambal yang posisinya berada cukup jauh darinya. Seorang panitia membantunya untuk menyodorkan sambal mangkok sambal tersebut.

"Hmm... Kira-kira setelah dia merit nanti, dia bakal jadi lebih santai gak yah ke kita?" tanya Ellie yang mendadak menyambung pembicaraan tadi.

"Kalau cowok sih, kayanya gak akan berubah gimana deh setelah merit. Mungkin nanti ya kalau sudah punya anak- Duh, sambal terasinya habis," ucap Satria yang terkejut karena sambal di mangkok hanya tersisa sangat sedikit.

Anggota panitia yang duduk di sebelahnya tiba-tiba ikut mengeluh karena belum sempat mendapat sambal terasi lagi. Merasa kurang enak memakan lauk pauk tanpa sambal, Satria berinisiatif untuk masuk ke bagian restoran dan meminta sambal terasi lagi.

"Ya udah Pak. Cepat balik yah. Sambal gw juga tinggal sedikit nih," celetuk Ellie sambil tersenyum.

"Iya, oke. Tamu adalah raja, eh, ratu ya," ejek Satria sambil beranjak memakai sepatu untuk pergi.


***


Sambil berjalan, Satria melihat-lihat ke sekitarnya.

Beberapa tamu acara yang sudah selesai makan tampak berlalu-lalang untuk mengambil foto. Salah satunya bahkan sengaja menghampiri Satria untuk meminta bantuan difoto olehnya.

"Ini hasilnya, semoga puas ya," ucap Satria sambil menyerahkan ponsel kepada tamu wanita yang meminta tolong kepadanya.

"Oke! Habis ini, Mas foto bareng aku ya," ucap si tamu wanita sambil mengangkat ponselnya untuk bersiap swafoto.

"Hm? Saya kan bukan artis, Mbak. Bukan MC pro terkenal juga. Yakin ngajak foto sama saya?"

"Iya, gak apa-apa. Masnya mirip sama Reza Rahadian kalau lagi rapih gini, saya mau foto buat kenang-kenangan," ucapnya sambil memasang pose bibir manyun dan bersiap menekan tombol untuk mengambil swafoto.

Satria tersenyum tipis dan bergaya ala kadarnya bersama wanita tersebut. Setelah mengambil beberapa swafoto dan meminta nama akun Instangram Satria, wanita tersebut pamit dan bergabung bersama teman-temannya yang sedang duduk di sekitar kolam renang.


'Lha? Itu ada teman-temannya, ngapain tadi foto minta tolong sama gw? Sampai ajak selfie segala....'


Satria menghela nafas sambil menggosok-gosok dagunya yang bersih dan rapih dicukur, kemudian lanjut berjalan menuju ke restoran. Baru saja melangkah beberapa saat, ia memergoki seorang wanita pendek berhijab merah sedang berbicara dengan Pak Gavin. Namun, ia memilih untuk tidak memedulikan mereka dan lanjut berjalan.


"... Dan kekuatan dia bisa dipakai untuk hal seperti itu? Menarik."


Saat mendengar kalimat tersebut, Satria langsung berhenti bergerak. Mendadak penasaran, ia mengeluarkan tisu dari dalam saku dan berjalan mendekati tempat sampah terdekat untuk berpura-pura membuang tisu tersebut.

"Begitu saya masuk, pastikan kamu langsung menggunakan- Oh, Pak Satria!"

Pak Gavin tiba-tiba menyapa dirinya begitu sadar bahwa ia berada di dekat mereka.

Ia langsung menghampirinya dengan wajah ramah. Satria langsung membalas sapaannya, seolah tidak mendengar apapun yang tadi dibicarakannya dengan wanita berhijab merah tersebut.

"Ah, Pak Satria. Ini Bi Ijah, office girl yang sudah lama bekerja di kantor kami. Saya mengajaknya ke sini sekalian merayakan tiga tahunnya bekerja untuk Diamond. Ia menginap bersama keluarganya."

Satria dan Bi Ijah saling memperkenalkan diri. Satria hendak menyalaminya, namun Bi Ijah menolak halus dan memberi salam balik dengan mengatupkan kedua tangannya.

"Bi Ijah ini suka sekali dengan film horor dan misteri pembunuhan. Barusan, ia bercerita soal film misteri ini yang... apa tadi namanya Bi? Gone Boy ya? Haha. Pak Satria juga suka dengan film misteri?"

Gavin terus mengajak Satria mengobrol sambil menemaninya masuk ke dalam restoran. Sementara itu, Bi Ijah memisahkan dirinya dengan pergi ke arah lain sambil tersenyum.


***

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang