Shapeshifting - Bagian 18

5 2 0
                                    

[5 hari sebelum penangkapan Gavin Ariwibawa di Resor Rasa Ater]


*TURALALIT~ TURALALIT~*


Suara bel tamu di rumah Ellie terdengar menggema setelah Ansel menekan tombol bel di depan pagar. Ia tampak datang sendirian dengan mengendarai motor gede kesayangannya, Yamura Vixion berwarna biru. Setelah beberapa saat, Evan membuka pintu rumah dan mempersilahkan Ansel masuk setelah memarkir motornya.

Rumah Ellie berada di kawasan Jakarta Barat. Ia dan keluarganya termasuk keluarga dari kalangan menengah. Rumahnya terdiri dari dua lantai dengan dominasi desain interior putih minimalis. Lantainya menggunakan keramik putih dan jendela rumah cenderung dibuka saat sore menjelang malam hari seperti sekarang untuk membiarkan udara mengalir cukup kencang. Akibatnya, AC di rumah mereka jarang dinyalakan.

"Tunggu di sini ya Kak Ansel. Gw coba panggil si koko dulu. Siapa tahu dia mau keluar dari kamarnya," ucap Evan sambil mempersilahkan Ansel duduk di ruangan makan.

"Oke. Stanley belum datang ya?"

"Hmm, Stanley siapa Kak?" Evan tampak kebingungan.

"Oh, itu teman gw satu lagi yang juga mau datang hari ini. Ya sudah, gak apa-apa. Gw tunggu di sini saja ya."

Evan mengiyakan sambil berlari ke lantai dua dan memanggil kakaknya dengan kencang. Sementara itu, Ansel melihat ke arah berbagai foto keluarga yang dipajang di dinding ruang makan. Selain dengan kedua saudaranya, Edwin juga tinggal dengan ayah dan ibunya yang bekerja sebagai karyawan kantoran. Ansel pernah bertemu dengan ibunya sekali ketika mengantar Edwin pulang kuliah.

Menurut cerita sang ibu, Edwin sengaja memilih untuk kuliah di kampus Taruna Bangsa yang juga berlokasi di Jakarta Barat agar ia bisa pulang sendiri dengan berjalan kaki bila tidak menemukan ojek daring. Edwin masih belum bisa menyetir kendaraannya sendiri, sehingga ia sering meminta dijemput Ellie diam-diam. Sejak Reza menangkap basah dirinya dijemput beberapa bulan yang lalu, ia memutuskan untuk menumpang Ansel bila Ellie tidak bisa menjemputnya.

Setelah beberapa menit berlalu, Ansel mencoba mengirim pesan teks kepada Stanley untuk menanyakan keberadaannya. Sejak kejadian di pesta ulang tahun Peter, Ansel dan Stanley bertukar kontak untuk sesekali berkomunikasi. Mereka berdua jarang berpapasan di lingkungan kampus karena Stanley memilih untuk menyibukkan dirinya dengan pekerjaan sampingannya selesai kuliah.

"Kak Ansel, susah nih," ucap Evan yang muncul tiba-tiba, "Si koko tetap gak bergeming. Dia masih aja ngurung diri di kamarnya. Padahal ini temannya udah datang dari jauh."

"Ya... Gak jauh amat juga sih, Van. Rumah gw cuma sepuluh menit doank jaraknya dari sini."

"Oh, itu cuma ungkapan hiperbola aja kok. Haha," Evan tertawa sambil melihat ke arah jam di dinding.

"Evan, si Edwin sebulanan ini benar-benar gak keluar sama sekali? Gw capek nih, terus-terusan masukin absen dia ke kampus."

Evan menggelengkan kepala sambil mengangkat kedua lengannya sebahu.

"Terus... dia gak mandi atau buang air sama sekali, gitu?" tanya Ansel dengan wajah bingung.

"Nah itu... Gak tahu sih. Mungkin si koko sudah siapin kantong plastik untuk menampung semua kotorannya, kali?"

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang