Shapeshifting - Bagian 04

6 2 0
                                    

[27 hari sebelum penangkapan Gavin Ariwibawa di Resor Rasa Ater]


Siang hari itu, kafe Starbucky lumayan dipadati oleh pengunjung yang masih memburu diskon bertema kemerdekaan Indonesia.

Satria juga tidak mau melewatkan diskon tersebut sehingga nyaris tiap hari ia datang ke kafe ini. Ia tampak sibuk bekerja dengan laptopnya di salah satu sudut ruangan. Sementara itu, Ellie yang duduk di sebelahnya tampak melakukan pencarian informasi tentang Self Healing dengan laptop kerjanya.

"Ellie, lu sudah dapat calon-calon orang penting di startup Tech yang mau kita interview buat artikel spesial DailyTechno gak?" tanya Satria sambil menyeruput Strawberry Latte yang berhasil dibelinya dengan diskon tujuh puluh enam persen.

"Oh, sudah Pak. Sori gw lupa kasih list-nya ke lu. Sebentar ya, ini gw kirim lewat email," jawab Ellie yang menikmati segelas cokelat hangat.

Satria mengiyakan sambil melakukan peregangan sebentar dengan wajah senang.

Setelah beberapa detik memutar-mutar pergelangan tangannya, ia melirik sekilas ke arah Ellie yang tampak serius. Penasaran, ia mengintip diam-diam layar laptopnya untuk mengecek apakah bawahannya tersebut sedang bekerja atau berpura-pura serius demi mencari film seri untuk dia unduh dengan memanfaatkan Wi-Fi gratis di kafe.

"Lho, lu ngapain baca-baca soal Self Healing? Habis depresi karena gaji masuk langsung habis?"

Ellie menoleh ke arah bosnya dengan muka sedikit sewot. Ia memanyunkan bibir dan mengernyitkan dahi sejenak sebelum mulai berbicara.

"Ih Pak. Pelanggaran privasi nih ngintip-ngintip. Kok lu tumben sih kepo ke gw?"

"Yah, gw kan wajib memantau apakah anak buah yang satu ini mangkir dari tanggung jawabnya kerja di luar kantor. Lagian kalau lu beneran depresi, coba cerita sedikit ada apa. Kayaknya beberapa hari ini lu terlihat gelisah."

Ellie tidak langsung menjawab dan menundukkan kepalanya.

Ia sepertinya sedang menimbang apakah mau menceritakan beban pikirannya atau tidak. Namun, tidak sampai lima detik ia langsung menyeruput minuman cokelatnya dan memutuskan untuk mulai bercerita.

"Ini soal adik gw sih Pak. Dia mangkir kuliah sudah sekitar satu mingguan dan bahkan hampir gak keluar dari kamar. Untungnya sih, teman-temannya dia bantu ngerangkum materi pelajaran yang dikasih selama dia absen. Tapi...."

"Tapi apa? Jangan berhenti donk."

Ellie tampak ragu sejenak, namun ia kembali meneruskan ucapannya.

"Gw sempat gak sengaja menguping pintu kamarnya dan mendengar dia terisak sambil ngomong sesuatu... Semacam, dia yang sudah membunuh Peter. Sepertinya sih, dia masih terluka atas kepergian Peter. Bukan dia literally membunuh Peter..."

"Oh, si Edwin ya. Gw... sedikit banyak terbayang sih gimana rasanya jadi tuh anak. Dulu, gw juga gak punya semangat mau ngapa-ngapain setelah papa gw meninggal...."

Melihat pancaran mata Satria yang meredup, Ellie langsung menepuk-nepuk pundak Satria dengan maksud menghibur.

"Udah, gak apa. Sudah lama juga kejadiannya, tinggal masalah menemukan pelakunya aja," jawabnya sambil memasang sedikit senyum.

"Iya sih, Pak."

"Lagian, Edwin kasusnya cukup menyedihkan sih. Beberapa bulan yang lalu, dia baru saja kehilangan si Reza. Terus sekarang, dia kehilangan satu lagi sahabatnya. Mereka sudah sempat baikkan belum sih?" tanya Satria sambil menggosok dagunya.

Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang