Shapeshifting - Bagian 14

6 3 0
                                    

40 menit setelah penangkapan Gavin Ariwibawa di Resor Rasa Ater...


Polisi dan petugas forensik tampak sibuk berlalu lalang di salah satu kamar Resor Rasa Ater.

Sesosok tubuh wanita berambut bob keriting yang berbalut baju mandi berwarna ungu tampak terlentang di atas ranjang dengan mata terbuka dan mulut menganga. Darah terlihat mengalir deras dari pelipis kanannya. Pecahan vas bunga terlihat berserakan agak jauh dari posisinya berada.

Tidak jauh dari kamar tersebut, polisi detektif tampak mewawancarai satu per satu karyawan Diamond untuk dimintai keterangan seputar korban maupun pelakunya. Wawancara dilakukan dengan meminjam salah satu ruangan meeting yang tersedia di resor.

"Jadi, saya konfirmasi dulu. Korban, Bu Samantha, merupakan CEO dari perusahaan tempat Anda bekerja. Tidak terlihat adanya perangai aneh dari korban maupun pelaku, Pak Gavin, sebelum terjadinya pembunuhan?" tanya sang polisi detektif.

"Iya, benar. Pak Gavin dan Bu Samantha masih terlihat biasa saja hingga tadi sore. Tidak terlihat ada masalah di antara keduanya," jawab salah satu karyawan, Tommy.

"Lalu, apakah pernah ada isu atau gosip tentang keduanya di kantor?"

"Gosip seperti...?"

"Ya, misalkan mereka menjalin hubungan terlarang."

Tommy tertawa kecil, namun kembali memasang wajah serius.

"Ah, maaf pak polisi. Tidak, tidak ada gosip seperti itu. Setahu saya, keduanya masih menjalin hubungan yang baik kok dengan pasangan masing-masing. Mungkin pak polisi terlalu banyak menonton film drama."

Polisi detektif tersebut langsung menyenderkan tubuh ke kursi sambil melipat tangan di depan dada.

"Jangan salah. Motif asmara itu sering menjadi latar belakang pembunuhan di kalangan pebisnis atau orang dengan posisi penting," jawab polisi detektif dengan muka sedikit sewot, "Baiklah, kalau begitu sudah cukup. Silahkan keluar ya."

Tommy mengucapkan terima kasih dan beranjak keluar dari ruangan. Di luar, ia berpapasan dengan Harry yang tampaknya menjadi orang berikutnya untuk diwawancarai.

Keduanya bertukar pandangan sambil tersenyum.


***


[10 hari sebelum penangkapan Gavin Ariwibawa di Resor Rasa Ater]


Harry kembali datang ke Diamond untuk mengadakan technical meeting bersama beberapa personil kunci acara relaunching DiaShop. Selain Tommy, hadir pula Product Manager DiaShop Ryan, yang menggantikan Mike, serta Karen dan Silas.

Secara tak disangka, Bu Samantha kembali mengikuti diskusi tersebut. Umumnya, CEO tidak perlu mengikuti diskusi teknis karena sudah berada di tahap eksekusi. Namun, Bu Samantha kembali beralasan bahwa dirinya ingin memastikan seluruh persiapan acara berjalan dengan baik.

Diskusi dimulai dengan pemantapan susunan acara, pemutakhiran data tamu undangan yang akan hadir dari sisi media, influencer, dan investor, serta persiapan dari sisi demonstrasi produk. Konsep tempat dan acara juga sudah terlihat memuaskan.

"Sebentar Har. Ini acaranya lumayan padat susunannya. Hari pertama sampai malam, hari keduanya padat. Kira-kira, jam break bisa ditambah gak?" tanya Ryan sambil melihat kertas jadwal acara.

"Sulit sih Yan. Soalnya materi yang disampaikan juga banyak. Ini terpaksa sih kita bekerja keras dua hari ini. Selesai acara, baru pada istirahat di perjalanan pulang," jawab Harry.

Beberapa orang tampak berbisik, namun Harry lanjut meneruskan penjelasan jadwal keberangkatan. Tim Harry (EO) akan berangkat lebih dahulu pada hari Kamis sore untuk mempersiapkan tempat, sedangkan tim Ryan (Product) dan Tommy (Marketing) bisa menyusul di Jumat pagi keesokan harinya.

Untuk meminimalisir waktu dan menghibur para peserta, acara akan diadakan pada Jumat sore tanggal 24 September hingga Sabtu siang tanggal 25 September. Bagi peserta yang ingin menikmati resor dengan santai, tim EO akan mengurusnya dengan menambah waktu pemesanan kamar peserta yang bersangkutan hingga 26 September.

"Tunggu. Harry, saya bisa minta tolong untuk langsung booking kamar seluruh karyawan Diamond hingga 26 September? Saya ingin memberi apresiasi kepada tim marketing dan product DiaShop atas kerja keras mereka," ucap Bu Samantha sambil memandang ke orang-orang di sekitarnya.

Wajah Harry terlihat melongo karena budget untuk pemesanan kamar tidak akan cukup, kecuali tidak ada satupun peserta yang memilih untuk memperpanjang waktu santainya hingga 26 September. Bu Samantha langsung memintanya untuk membuat invoice terpisah saja dan Tommy akan mengurus untuk pengajuan tambahan budget-nya.

"Oh, baiklah kalau begitu. Nanti tim saya akan atur untuk urus perpanjangan kamarnya ya Bu," jawab Harry sambil tersenyum tipis.

"YAAAYY!!"

Ryan dan Silas tampak bersemangat mendengar mereka dapat 'berlibur' menikmati resor tersebut setelah acara selesai. Sementara itu, Karen dan Tommy tersenyum mendengarnya. Harry menyanggupi permintaan sang CEO dan meminta rekan kerjanya untuk mencatat permintaan tersebut.

Selesai technical meeting, lagi-lagi Bu Samantha meminta Harry tinggal dulu di ruangan. Ia segera berjalan menghampiri Harry dengan perlahan setelah seluruh orang pergi keluar dari ruangan tertutup tersebut.

"Harry, kamu gak senang kita menginap di sana lebih lama?" tanya Bu Samantha sambil mengelus pundak Harry.

Hari ini, Bu Samantha menggunakan blouse merah yang entah mengapa membuatnya terlihat semakin mempesona. Ia juga menggunakan lipstik merah cerah dan sepatu berhak tinggi berwarna merah delima. Jika tidak ingat bahwa ia adalah kliennya, Harry mungkin sudah pasrah atas apapun yang akan dilakukan oleh Bu Samantha.

"Oh, tentu saja saya senang, Samantha. Secara tidak langsung, tim saya juga bisa ikut menikmati resor tersebut karena kami kan harus membereskan seluruh perlengkapan dan memastikan para undangan tetap terhibur hingga akhir."

"Good. Hari Sabtu itu, kebetulan suami saya sudah pergi dinas ke Jepang. Jadi, saya juga bebas untuk menikmati resor tersebut... sepanjang malam," ucap Bu Samantha sambil mengedipkan sebelah matanya.


'Ah... Pantas saja dia mau perpanjang booking kamar. Bikin happy karyawan sekaligus dirinya sendiri....'


Harry menelan ludah dan memasang senyum sebisanya.

"Uh, iya. Betul. Kita semua bisa menikmati resor tersebut ya. Oh ya, Pak Gavin juga langsung saya booking saja sampai tanggal 26 September?"

"Kok kamu jadi bicara tentang Gavin sih? Terserah si tua itu saja mau menginap sampai kapan," jawab Bu Samantha dengan sedikit sewot.

Harry berusaha menahan diri untuk tidak berekspresi apapun. Ia merasa pembicaraan ini seperti sedang dilakukan dengan seorang anak remaja pencemburu.

"Oh, saya hanya memastikan saja kalau direksi yang ikut juga sekalian di-extend sih. Samantha, dirimu masih... dendam dengan Pak Gavin? Sudah berbulan-bulan kan lamanya?" tanya Harry sambil mengecup pelan lengannya.

"Iya, saya masih tidak suka dia menghindari saya setelah malam itu kita menghabiskan waktu bersama. Memangnya saya ini wanita sekali pakai, apa? Kalau bukan karena kinerjanya yang bagus dan disegani banyak bawahan, sudah saya pecat dia."

Harry segera mengelus lengan Bu Samantha untuk menenangkannya.

Setelah berbasa-basi sambil menghibur Bu Samantha dengan beberapa gestur atau rayuan romantis seperlunya, Harry ijin pamit untuk kembali ke kantornya.


***


Superpower - Your Life Is The PriceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang