[10 hari sebelum penangkapan Gavin Ariwibawa di Resor Rasa Ater]
Selesai meeting dengan salah satu kliennya, Harry mampir ke salah satu restoran masakan Malaysia di mal Central Park.
Restoran ini tidak begitu ramai pada saat malam di hari kerja biasa. Tommy sudah duduk di salah satu meja dan memesan makanan lebih dulu untuk sang kakak. Posisi meja yang mereka tempati berada di dekat jendela, sehingga pemandangan malam di luar mal Central Park terlihat cukup jelas.
"Chisa gak bareng sama lu?" tanya Harry sambil menyantap sepotong daging sapi dari hidangan black pepper beef miliknya.
"Ada. Tadi kebetulan dia ketemu sama selebgram yang sering kerja bareng sama dia, terus mereka berdua ngobrol-ngobrol sambil lihat-lihat baju di Zarrah. Katanya, gw naik pesen makan dulu aja buat kita berdua," jawab Tommy sambil menggigit sate ayam.
"Coba gw tebak... Udah setengah jam yang lalu ya?"
"Salah, ko. Empat puluh lima menit!"
"Hah, pantesan ini gw punya daging gak ada panas-panasnya sama sekali."
Kedua saudara tersebut berbincang-bincang sambil sesekali menertawakan Chisa. Sejak dulu, pacar Tommy tersebut memang mudah dekat dengan orang. Ia punya kebiasaan unik, di mana ia akan menghabiskan waktu lama untuk mengobrol dengan orang yang ia kenal dan kebetulan berpapasan dengannya di tengah jalan. Tommy memaklumi kebiasaannya karena hal tersebut memang berguna untuk Chisa memperkuat koneksinya.
Menurut analisis Harry, di antara mereka bertiga, Chisa adalah orang yang tingkat ekstrovernya paling tinggi.
Ia mudah sekali tertawa terbahak-bahak dan mengucapkan apapun yang ada di dalam pikirannya. Saat dulu masih menjadi bawahannya, Chisa juga sering menjadi sasaran candaan dari rekan-rekan kerja Harry karena reaksinya memang menyenangkan - dan manis - untuk disaksikan. Hanya saja, terkadang ada juga rekan kerja yang kurang suka saat Chisa berbicara terlalu gamblang karena terkesan merendahkan lawan bicaranya.
"Oh ya, Ko. Gw mau konfirmasi ulang sih hasil temuan lu pas minggu lalu investigasi di Rumah Sakit Masilo. Lu jadi bawa dokumennya gak?"
Harry menyengir lebar sambil mengeluarkan suatu dokumen dari dalam tas kerjanya. Minggu lalu, ia 'menyusup' ke Rumah Sakit Masilo dengan berubah bentuk menjadi Gavin. Basis pertanyaan superlatif yang digunakan olehnya adalah 'siapa orang yang paling dibenci' dari Tommy.
Harry berhasil mengecoh petugas informasi di rumah sakit untuk mencetak dokumen tentang grup psikoterapi kecanduan alkohol yang diikuti oleh Gavin Ariwibawa. Grup tersebut merupakan grup pertama dari layanan pemulihan kecanduan alkohol di Rumah Sakit Masilo.
Pada dokumen yang diperlihatkan Harry kepada Tommy tersebut, tampak data dari peserta dan pembimbing grup. Dokter Candra merupakan pembimbing konseling bagi lima orang peserta: Gavin Ariwibawa, Teguh Saleh, Malik Harialki, Melinda Anggraeni, dan Olivia Ariwibawa.
"Olivia Ariwibawa? Ini... istrinya si Gavin kan?" komentar Tommy yang terkejut.
"Yap. Kalau dari dokumen ini sih, dia gak selalu ikutan grup psikoterapi. Mungkin karena kesibukannya di luar negeri," jawab Harry sambil lanjut menyantap makanannya.
"Oh ya, terus Dokter Candra ini... Kayaknya gw pernah sekali berobat ke dia. Orangnya ramah, tapi katanya sudah meninggal."
Harry melihat sepintas data mengenai dokter tersebut. Samar-samar, ia merasa tidak asing dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Superpower - Your Life Is The Price
Mystery / ThrillerPernahkah kamu mendengar kasus pembunuhan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa? Tahun 2021, Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak biasa. Setiap korbannya selalu ditemukan tewas dengan mengeluarkan darah dari mat...