Senin sore ini, sebagian besar anggota tim divisi Product terlihat cukup sibuk. Beberapa orang tampak berdiskusi dengan koleganya, termasuk Mike yang sedang berdiskusi dengan bawahannya.
"Oi Bos," Silas tiba-tiba muncul dari balik dinding kubikel Mike, "Ini proposal untuk fitur barunya sudah gw bikin terkait konten kuis. Cuman competitor analysis-nya masih kurang sih. Lu ada saran aplikasi semacam kita yang punya fitur kuis gak?"
"Oh, mantep Silas. Lu kirim ke gw pake email dulu deh. Nanti gw tambahin sendiri aja sebelum kita kirim ke Big Bear," jawab Mike sambil menyuruh bawahan sebelumnya untuk kembali ke tempatnya.
"Sip bos, udah dikirim ya," ujar Silas setelah memproses file proposal tersebut dan segera mengirim dengan email, "Oh ya bos, Jumat ini ada premier film Transforming 5. Mau nonton bareng-bareng gak?"
"Hah? Tumben amat lu yang ngajak nonton duluan. Pasti ada sesuatunya..."
"Tau aja nih si bos," ucap Silas sambil memperlihatkan suatu gambar promosi di ponsel miliknya, " Ada spesial promo tumbler BumbleBest sama Optima Second bos. Syaratnya harus beli minimal enam tiket nonton filmnya sekaligus. Hehe."
"Ya udah, lu ajak anak-anak juga tuh. Info aja di group chat yak."
"Okeh bos. Siap laksanakan. Gw sekalian balik dulu yah bos, mau unboxing di rumah."
"Pasti khilafan lagi ya. Ya wes, sana balik. Gw beresin proposalnya dulu."
Mike dan beberapa rekan kerja di sekitar melambaikan tangan ke arah Silas yang bergegas pulang. Setelah itu, ia melipat tangan di dadanya sambil melihat ke arah laptop kerjanya.
'Hmm, gw cari referensi kompetitor dulu deh. Kayaknya bisa pakai Tukped atau...'
Mike menjetikkan jarinya saat ia teringat sesuatu: Kekuatan super Mind Reading.
Menurut peraturan yang ia baca, kekuatan tersebut bisa digunakan dari mana saja asalkan ia sudah pernah satu kali membaca pikiran targetnya. Sudah beberapa hari berlalu sejak ia menggunakan kekuatan ini pada Satria, jadi seharusnya ia bisa mencoba Mind Reading lagi kepadanya.
'Sekalian gw mau tes, harusnya ngebaca pikiran orang yang sama tidak mengurangi durasi penggunaan kekuatan super.'
Mike diam sejenak menutup matanya dan membayangkan wajah Satria sebagai ilustrasi sampul sebuah buku tebal.
'MIND READING!'
Di dalam bayangan, buku tersebut mendadak terbuka dan langsung memperlihatkan halaman daftar isi. Sama seperti sebelumnya, daftar isi tersebut tidak hanya berisi indeks berdasarkan waktu. Ada indeks berdasarkan topik tertentu.
Mike melihat indeks topik bisnis dan melihat beberapa nama aplikasi teknologi, seperti Tukped dan LoJek. Setiap aplikasi bahkan memiliki indeks turunan seperti memori diskusi dengan karyawan yang bekerja di aplikasi tersebut, memori event yang ia ikuti, memori penggunaan aplikasi, dan sebagainya.
Satu aplikasi yang menarik perhatian Mike adalah aplikasi Superpower, yang juga terdaftar di dalam indeks topik aplikasi teknologi tersebut. Sayangnya, indeks turunannya tidak begitu banyak. Salah satu yang tampak jelas adalah memori penggunaan aplikasi tersebut.
'Lho? Dia pernah mencoba aplikasi tersebut ya? Hmm..'
Mike penasaran, namun ia memutuskan untuk mengabaikan sementara memori yang berhubungan dengan aplikasi Superpower. Ia melihat-lihat indeks turunan setiap aplikasi teknologi yang berhubungan dengan fitur kuis.
'Gila, indeks memorinya rapih banget ya. Kekuatan ini enak banget buat ngubek-ngubek memori orang ya.'
Mike membatin dengan kagum sambil melihat isi memori Satria yang berhubungan dengan pengalamannya mencoba fitur kuis atau mewawancarai karyawan perusahaan yang bersangkutan terkait fitur kuis.
Setelah lima menit berlalu, Mike tiba-tiba terpental seolah ada yang menariknya keluar dari dunia imajinasi tersebut. 'Buku memori Satria' langsung tertutup begitu saja. Kesadarannya kembali ke dunia nyata, di mana ia masih duduk di kubikel tempat ia biasa bekerja.
'Wow, meski ini sudah kedua kalinya gw pakai Mind Reading, tetap aja gw masih agak kaget,' Mike membatin sambil kagum sendiri akan kekuatanya, 'Sori ya Sat, gw pinjam beberapa informasi yang lu miliki sebagai tech journalist. Tenang aja, gw gak akan akses memori yang sifatnya terlalu pribadi kok. Fufufu...'
Mike senyum sendiri sambil diam di tempat sejenak, kemudian menenggak botol minumnya yang berisi teh tarik.
Pikiran Mike tiba-tiba melayang ke saat Satria menceritakan tentang ayahnya. Hingga sekarangpun, ia masih kaget bahwa ayahnya adalah korban pertama Kasus Merah. Ia tidak mau menceritakan lebih lanjut mengenai kejadian ataupun alasan kematian ayahnya sebagai korban pertama tidak masuk berita, dan Mike menghargai keinginan tersebut.
'Oke, sekarang gw perlu cepat-cepat update proposal untuk masukkin beberapa info yang gw dapat dari memorinya Satria. Yeah!'
Mike mengembalikan fokusnya pada pekerjaan di depan mata. Namun, saat mengecek email masuk, Mike tidak menemukan proposal yang tadi dikirim oleh Silas.
'Lho, kok gak ada ya? Masa masuk ke spam?'
Mike mencoba mengulik kotak pesan masuk, namun tetap tidak menemukan email dari Silas.
"Mike," Anggi tiba-tiba sudah berdiri di dekatnya sambil memanggil dirinya.
Mike kaget karena Anggi alias Hime jarang sekali menyapanya duluan. Wajah wanita cantik tersebut tampak murung.
"Itu, Big Bear nyuruh lu masuk ke ruangannya kalau lu lagi gak meeting," ucap Anggi sambil menunjuk ke arah ruangan Big Bear. Sosoknya tampak sedang berdiri sambil menelepon seseorang.
"Oh... Oke-oke. Gw ke sana segera. Makasih ya," balas Mike sambil tersenyum ramah. Dalam hatinya, ia tetap merasa senang karena Anggi memanggil namanya.
"Mm, ya udah gw balik ke meja dulu-"
"Eh, bentar Anggi," Mike mendadak kelepasan memanggil namanya. Sebenarnya ia sedang tidak memiliki topik pembicaraan apapun, hanya refleks akibat senang saja.
"... Ya?"
"Emm... Lu... Lu mau nonton premier Transforming 5 gak?" ucap Mike yang spontan menanyakan topik tersebut.
Anggi diam memandang Mike tanpa mengubah ekspresi wajahnya. 'Duh, gila. Gw sama dia kan gak sedekat itu buat ngajak jalan. Aghh!!' teriak Mike di dalam hatinya.
"Oh, premier film yang Jumat itu ya?" tanya balik Anggi.
"Iya. Gw entar bareng tim gw juga sih. Hehe. Lumayan kita nonton rame-rame," jawab Mike. Ia memberikan informasi tersebut dengan harapan Anggi tidak merasa canggung jika hanya menonton berdua.
"Hmm, sori, kayaknya gak bisa. Weekend ini gw harus lembur untuk mulai implementasi versi baru app kita."
Ada sesuatu yang retak sedikit di dalam hati Mike, namun ia memakluminya.
"Oke, kalau gitu next time aja ya. Semangat lemburnya," ucap Mike sambil memberi isyarat jempol.
"Sip, tapi thanks untuk ajakannya ya. Oh ya, mood Big Bear kayaknya lagi kurang baik. Jadi agak hati-hati aja ya di dalam."
"Duh, baiklah. Thanks buat heads up-nya ya," balas Mike sambil menyiapkan notebook dan pulpen untuk ia bawa ke dalam ruangan Big Bear.
Saat Mike berjalan ke arah ruangan dengan pintu kaca tersebut, Anggi berjalan ke arah kubikelnya sambil melirik ke arah Mike.
"... Sori," gumamnya dengan ekspresi murung.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Superpower - Your Life Is The Price
Mistério / SuspensePernahkah kamu mendengar kasus pembunuhan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa? Tahun 2021, Indonesia dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak biasa. Setiap korbannya selalu ditemukan tewas dengan mengeluarkan darah dari mat...