dua puluh tujuh

987 170 15
                                    

"Selamat Siang semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat Siang semua." Suara Papa Karina menggema di dalam hall.

"Untuk keluarga dan teman-teman, terima kasih karena telah menghadiri acara pertunangan putri kami Karina dengan Pratama. Di hari berbahagia ini, saya sungguh senang dan tidak menyangka bahwa dalam hitungan bulan putri kami akan dipinang dan diambil keluar rumah. Dua puluh tahun kami besarkan dan dalam waktu sekejap Karina akan memulai kehidupan yang baru," lanjut Papa Karina.

"Hari ini merupakan satu dari serangkaian acara sakral pernikahan dan saya serahkan putri saya kepada Pratama. Membimbing putri kami menggantikan saya dan Mama-nya menjadi manusia dan nantinya istri yang baik. Menjalani kehidupan rumah tangga tanpa mementingkan ego satu sama lain."

Ucapan Papa Karina terkesan formalitas mengingat hubungan sang putri dan Tama merupakan perjodohan, tetapi Karina tidak bisa menahan air mata yang membendung. Apalagi tatapan teduh Tama yang duduk di seberang dengan kedua orang tuanya, makin-makin lah tangis Karina. Gadis itu berulangkali menyeka air mata dengan tisu.

"Karina, kenapa nangis?" tanya Mama.

"Hiks...Papa ngomongnya kayak aku bakal ninggalin rumah terus enggak balik lagi...hiks..." ucap Karina terisak.

Melihat Karina menangis tentu saja membuat Giselle, Winda, dan Ningning merasakan gejolak emosi si gadis. Walau persahabatan mereka belum lama, kecuali Karina dan Giselle yang sudah bersahabat sejak 'orok' bisa dibilang, ketiganya mampu dengan mudah memahami apa yang Karina rasakan.

"Kak, gue sedih banget lihatnya," ucap Ningning dengan mata berkaca-kaca.

"Sama anjir! Padahal ini cuma perjodohan, kenapa bisa menyedihkan gini sih bawaannya," keluh Winda.

Giselle yang tidak percaya cinta juga merasa sedih saat menyaksikan tangis Karina. "Gue ngelihat Karina di sana enggak tega asli! Khawatir gue. Gimana Pak Tama yang duduk di seberang ya?"

Tepat sekali perkataan Giselle, Tama yang menyaksikan pergolakan emosi Karina merasa khawatir mendadak. Ingin rasanya Tama berlari dan merengkuh tubuh sang gadis dalam pelukan.

"Kamu khawatir banget, nak?" goda Ayah Tama.

"Ya khawatir lah, Yah! Nangis kayak gitu anak orang. Jangan bercanda deh," sewot Tama.

"Iya, iya. Udah Ayah enggak usah ditanggapi. Kamu mending siap-siap, abis ini 'kan pemasangan cincin," ucap Ibu menghentikan perdebatan Ayah dan anak itu.

Setelah Papa Karina mengucapkan beberapa kalimat, kini Karina dan Tama berdiri berhadapan. Saling menatap satu sama lain. Tangan Tama meraih tangan Karina, mengelusnya lembut sembari tangan yang lain mendekat mic ke bibir.

"Saya ucapkan terima kasih kepada Om Setiawan dan Tante yang sudah memberi saya kepercayaan untuk menjaga dan membimbing Karina tertanda mulai hari ini dan semoga bisa sampai ke pelaminan, hingga selamanya," buka Tama.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang