enam puluh sembilan

721 129 1
                                    

⚠️⚠️⚠️
trigger warning!
contain 15+ scenes
read with consent!

⚠️⚠️⚠️trigger warning!contain 15+ scenesread with consent!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua bulan berlalu begitu saja. Keadaan masih sama seperti sebelumnya, belum ada interaksi lagi antara Ningning dan Dery semenjak pertengkaran hebat mereka. Entah Ningning yang terlalu sabar atau Dery memang masih marah, si gadis sendiri tidak tahu darimana datangnya kesabaran yang luar biasa ini.

Ningning tidak suka menunggu, tetapi ia bisa menunggu dua bulan lamanya demi seorang Dery yang tidak ada menghubungi. Ratusan pesan Ningning kirim, mulai pagi hingga malam. Mengingatkan lelaki itu menjaga kesehatan, ingat makan, dan tidak begadang, namun hasilnya nihil. Dery juga tidak membalas pesan Ningning. Ningning sejujurnya ingin sekali menelepon, namun nyalinya ciut setiap mengingat tangisan Dery malam itu.

Reza? Ningning tidak peduli dengannya, tidak peduli juga dengan hubungan si lelaki dengan kekasihnya. Masih bertahan atau justru hancur berkeping-keping, bukan urusan Ningning.

Kalian bebas mengatai Ningning jahat, gadis itu sungguh tidak peduli. Untuk apa ia pusing memikirkan hubungan orang lain, kalau hubungan sendiri saja tidak beres dan berada diambang akhir. Ningning tidak punya waktu.

"Woy!" celetuk Karina yang sepertinya baru keluar dari kelas. Gadis itu langsung duduk di samping Ningning.

"Eh? Halo, Kak," balas Ningning singkat. Netra gadis itu kembali menatap layar ponsel, menanti sebuah balasan dari Dery di ruang bertukar pesan Whatsapp.

"Lesu amat! Masih belum ada respon dari Kak Dery?" tanya Karina dijawab anggukan.

"Udah, enggak usah sedih gitu. Mending makan. Lo udah makan belum?" tanya Karina mengelus punggung Ningning.

"Udah pernah," balas Ningning asal.

"Apaan sih lo ngomongnya?! Makan dulu. Lo enggak mau Kak Dery merasa makin bersalah kan?! Lo boleh nungguin, tapi jangan sampai sakit karena lo enggak makan," omel Karina.

"Gue beliin makan, lo makan ya!" Karina langsung bangkit sebelum Ningning sempat protes. Karina adalah orang yang teguh, sekali ia mengucap, maka keputusan final tidak bisa diubah.

Ketimbang berdebat panjang, Ningning biarkan saja Karina memesan semangkuk bakso yang merupakan makanan favorit si bungsu Liam. Beberapa menit berlalu, Karina kembali dengan semangkuk bakso, sepiring batagor, dan dua gelas es teh.

"Gue juga belum makan, bareng ya!" seru Karina.

Ningning bergerak memeluk Karina dari samping, ia letakkan kepala pada bahu si gadis. "Kak, makasih ya! Makasih selalu ada buat Ningning. Gue enggak tahu gimana hidup gue kalau enggak kenal Kakak, Kak Giselle, sama Kak Winda," ucap Ningning.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang