enam puluh

781 134 5
                                    

⚠️⚠️⚠️
trigger warning!
contain 18+ scene
read with consent!

Karina berjalan menuju balkon dengan dua gelas cokelat panas di tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina berjalan menuju balkon dengan dua gelas cokelat panas di tangan. Mama, Ibu, dan Sera tengah duduk di depan televisi menonton drama Korea yang sedang viral belakang ini. Johnny sendiri berada di kamarnya dan Tama mengurus beberapa pekerjaan di kantor.

Buat yang penasaran, Ibu memesan kamar yang lebih layak disebut condotel dengan tiga kamar tidur. Pembagian kamar terdiri dari Mama-Ibu, Sera-Karina, dan Tama-Johnny. Sera dan Johnny terpaksa dipisah untuk semalam. Tidak mungkin 'kan membiarkan Tama dan Karina sampai sekamar, mereka belum menikah.

Di balkon, ada Tama yang tengah memandang laut lepas yang terlihat menyatu dengan langit gelap. Bintang tidak begitu nampak karena mendung. Tangan Tama memegang vaporizer berbentuk pulpen, sesekali menghisap dan menghembuskan asapnya ke udara. Karina dapat mencium campuran mint dan vanilla pada sisa-sisa residu dari asap yang Tama hembuskan, saat tiba di balkon.

"Baru tahu kalau Kakak nge-vape," celetuk Karina sembari menyodorkan gelas ke Tama. Tama tersenyum mengambil gelas dari tangan Karina, menyeruput isinya pelan dan ia letakkan di meja yang tersedia.

"Sometimes, kalau lagi pingin," balas Tama. Keduanya lalu diam menikmati pemandangan indah yang Tuhan berikan.

"Kak?" panggil Karina.

Tama menoleh. "Iya?"

"Kenapa Kakak setuju sama perjodohan ini?" Pertanyaan yang pernah Karina tanyakan dahulu, kembali keluar dari mulut.

Jawaban Tama pun sama. "Hanya orang bodoh yang enggak mau dijodohin sama perempuan cantik kayak kamu."

"Kak! Aku serius tanyanya!"

"Aku juga serius jawabnya," balas Tama.

Karina memalingkan wajah. Bukan karena sebal, tetapi karena pipinya memanas. Karina tidak ingin Tama sampai melihat pipi dengan semburat merah. Bisa besar kepala pria itu.

"Ya udah, aku ganti pertanyaannya. Kenapa bisa suka sama aku?" tanya Karina setelah menetralkan keadaan hatinya.

Tama tertawa. "Kamu lagi nge-tes aku atau gimana sih? Nanyanya aneh-aneh mulu dari tadi."

"Ya abis, jarak umurku sama Kakak tuh jauh. Aku pas SD, Kakak aja udah SMA. Kek aneh enggak sih suka sama bocah," gumam Karina.

"Emang aku nganggep kamu bocah?"

Karina menggaruk rambutnya yang tidak gatal.  Gadis itu sebenarnya bingung bagaimana ia harus mengutarakan isi kepalanya. Jujur saja, Karina merasa jarak umurnya dan Tama terlalu jauh untuk terikat dalam hubungan pernikahan. Karina takut, ia tidak bisa menjadi istri yang diharapkan dan dibutuhkan Tama. Perbedaan umur serta generasi dapat menimbulkan polemik ke depannya, begitu pikir Karina. Namun mengutarakannya pada Tama adalah hal yang sulit dan riskan. Salah omong sedikit saja, bisa-bisa Karina menyakiti perasaan Tama seperti semalam saat mereka melakukan panggilan telepon.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang