"PIK?!" seru Giselle saat mobil terparkir tepat depan Food Plaza di kawasan Pantai Indah Kapuk.
Satria mematikan mesin dan melepas sabuk pengaman. "Iya, di sini ada Mie Pangsit enak. Lo harus banget nyobain," seru Satria. Lelaki itu keluar mobil tanpa menunggu Giselle.
Giselle menganga, tidak percaya bahwa ia telah melewati satu jam empat puluh menit perjalanan dan benar-benar berada sejauh ini dari rumah. Gila! Jam berapa sampai rumah kalau begini? Satria benar-benar!
Giselle keluar mobil dan membanting pintu dengan kencang. Satria dengan tanggap langsung mengunci mobil. Giselle berjalan mendekat dan menghadang langkah Satria.
"Lo ngajakin gue makan Mie Pangsit sejauh ini? Lo yang benar aja deh, Sat! Emang di daerah kampus menuju rumah enggak ada gitu?!" amuk Giselle. Walau Giselle sudah izin dan Mama-nya mengizinkan, tetap saja ia tidak menyangka akan sejauh ini Satria membawanya.
Satria tertawa sembari mengacak pelan surai Giselle. Tangan Satria lalu meraih tangan Giselle, menarik gadis itu dan menuntut ke dalam. "Udah deh! Bawel banget! Ikut aja sini!" ucap Satria.
Satria tuh kepolosan atau enggak peka ya? Sadar enggak sih Satria kalau Giselle tengah menahan rasa malunya sekarang. Pipi Giselle jelas memerah, ia terlalu terkejut dengan sikap Satria yang tidak mudah ditebak. Jantungnya ikut berpacu, semakin cepat kala genggaman Satria mengerat. Kalau langit tidak gelap, akan sangat kontras warna pipi Giselle yang sebelum pucat menjadi merah.
Giselle ikuti langkah kaki Satria yang menariknya masuk ke dalam Food Plaza. Ini bukan kali pertama Giselle pergi ke Food Plaza, namun biasanya ia hanya menikmati makanan di pelataran luar. Baru kali ini ia masuk ke bagian dalam Food Plaza. Ternyata di dalam luas ya, batin Giselle.
Giselle dibuat takjub dengan banyaknya makanan yang dijual. Mulai dari Chinese food semacam kwetiau, fuyung hai hingga makanan kekinian, semua dapat ditemukan. Giselle juga tak sengaja bertatapan dengan stand yang menjual sate bakar manis favoritnya. Giselle jadi lapar dan lupa dengan kekesalan dan rasa malunya akan sikap Satria.
"Lo pingin sate?" tanya Satria menghentikan langkah mereke, namun tangannya masih setia menggenggam tangan Giselle.
"Pingin sih. Tapi kan lo mau ngajakin gue makan Mie Pangsit," balas Giselle.
"Nanti pulangnya aja beli, bisa buat makan di mobil," sahut Satria.
"Wah benar juga!"
Setelah sempat berhenti, keduanya kembali merajut langkah. Butuh beberapa menit menelusuri Food Plaza hingga mereka tiba di dagang mie pangsit langganan Satria.
"Tante, Mie Pangsit yang biasa dua ya!" teriak Satria sembari ia dan Giselle duduk di meja yang berada tepat di depan. Satria berteriak tanpa perlu menunjukkan wajahnya ke pedagang, tanda bahwa si lelaki sering sekali makan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
Fiksi UmumIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...