dua puluh sembilan

942 173 6
                                    

"Giselle, nanti lo tanya ke showroom lagi ya, itu texture kayu yang kemarin kita pilih waktu meeting lewat Zoom ada atau enggak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Giselle, nanti lo tanya ke showroom lagi ya, itu texture kayu yang kemarin kita pilih waktu meeting lewat Zoom ada atau enggak. Soalnya klien maunya warna yang itu, enggak mau yang lain," ucap Tama.

"Siap, Kak!" sahut Giselle.

"Urusan koneksi gimana, Dio?"

"Udah beres sistemnya gue buat bareng Satria. Tinggal kapan nih kita mau ke lapangan. Gue enggak mungkin nge-tes sistem enggak di tempatnya langsung," sahut Dio yang merupakan dosen Satria.

"Oh iya juga. Gimana kalau Jumat besok? Gue sih free, enggak ada kelas hari itu. Paling ya di kampus aja gue," tawar Tama.

"Boleh. Gue ngajar pagi aja sih. Abis Jumatan gitu, gimana?"

"Saya setuju, Pak," ucap Satria.

Hanya Giselle yang belum menjawab.

"Hmm, Giselle? Kalau lo?" tanya Tama.

Giselle gelagapan karena sempat melamun. "Ah...bisa Kak. Gue Jumat juga kosong kok," sahut Giselle.

"Oh oke, fiks ya berarti Jumat. Kita berangkat dari kampus aja, jadi kumpul di gedung Fakultas Teknik. Gedungnya paling dekat sama gerbang keluar," ucap Tama memfiksasikan agenda mereka.

Rapat kesekian kali dari proyek yang Giselle ikuti pun selesai. Giselle bergegas memasukkan barang-barangnya ke tas. Gerak si gadis terkesan sembrono. Berulangkali suara gaduh terdengar dari gerak Giselle saat memasukkan buku catatan dan juga laptop.

Gerak Giselle tentu saja mengundang atensi Satria yang masih santai menunggu layar laptopnya mati.. Ruang rapat yang mereka gunakan ini tidak akan digunakan orang lain dalam waktu dekat, jadi pikir Satria untuk apa buru-buru.

"Selle, lo ngapain buru-buru gitu sih?! Santai aja lagi, enggak bakal ada setan yang ngejar lo," celetuk Satria.

Giselle dalam hati mengumpat. Karena siapa sih dia sampai bertingkah tergesa-gesa kalau bukan karena oknum Satria ini? Giselle masih saja merasa tidak nyaman berada didekat di lelaki, apalagi jika mengingat kejadian di rumahnya bulan lalu.

Bagaimana Satria melindunginya, lalu menemaninya di rumah semalaman, benar-benar membuat Giselle takut. Takut jika ia berakhir bergantung pada seseorang yang belum tentu melirik dirinya. Giselle tidak ingin merasakan sakit seperti apa yang Mama-nya rasakan.

Tetapi harus Giselle akui, ternyata perasaan sukanya pada Satria sebagai fan dan cinta itu begitu tipis. Lelaki yang awalnya hanya Giselle anggap sebagai seseorang yang menggemaskan, kini berubah menjadi sosok yang tanpa sadar gadis itu dambakan.

Giselle jatuh cinta dan ia tidak berani menghadapi kenyataan bahwa kini ia merasakan hal paling menjijikkan dalam hidupnya.

Eh iya, Giselle belum cerita 'kan soal kejadian bulan lalu. Jadi setelah membersihkan luka Satria, lelaki itu tidak beranjak sedikit pun meninggalkan Giselle. Satria benar-benar menjaga Giselle dengan baik, bahkan tidak sungkan untuk memasakkan makan malam untuk si gadis dan dirinya.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang