delapan puluh lima

1.3K 120 1
                                    

Giselle peluk buket besar pemberian Satria erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Giselle peluk buket besar pemberian Satria erat. Pelukan si gadis tak melonggar sedikit pun, bahkan hingga mereka masuk mobil dan Satria berkendara menyusuri jalanan ibu kota. Sesekali ia naikkan buket, membiarkan wanginya secara lembut menusuk hingga ke hidung bagian dalam.

"Suka banget kayaknya sama bunga dari aku," goda Satria yang lebih pantas disebut sebagai sarkasme. Satria menyesal membeli buket sebesar dan secantik itu, karena perhatian Giselle kini seratus persen terfokus hanya pada bunga cantik di tangan.

Giselle terkikik mendengar sedikit ketidaksukaan pada suara Satria. "Ya abisnya cantik begini! Kamu 'kan tahu aku suka banget sama bunga," balas Giselle tanpa rasa sungkan.

"Tapi aku juga mau diperhatiin. Jangan bunganya aja, yang ngasih juga dong!" rajuk Satria.

Giselle bengong dengan sikap manja Satria. 'Sangat bukan Satria,' batin Giselle. Keterkejutan lalu berganti dengan tawa renyah. Giselle tidak menyangka bisa menyaksikan langsung tingkah manja Satria. Selama ini hanya Giselle yang bersikap manja ke Satria. Jelas Giselle terkejut dengan sikap asing yang ditunjukkan sang kekasih.

Bertepatan dengan tawa Giselle, mobil berhenti tepat di depan pagar rumah si gadis. Muka Satria makin dalam merajuk. Giselle mengelus pelan pipi sang kekasih sembari berkata, "Jangan sedih gitu! Masih banyak hari buat ketemu juga."

Satria menoleh dengan muka cemberut. "Tapi aku kangen terus sama kamu. Mau setiap hari ketemu, tetap aja kangen setengah mampus. Kita nikah aja gimana?! Biar aku bisa setiap hari sama kamu," lantur Satria.

Giselle tertawa keras, tangan tidak luput memukul bahu Satria berulangkali. "Hahaha, ngaco banget kalau ngomong!" pekik Giselle.

"Aku serius, sayang!" ucap Satria penuh keyakinan, yang justru semakin mengundang tawa Giselle.

Butuh beberapa saat hingga Giselle bisa berhenti tertawa. Air mata mengalir deras dan perut kesakitan karena terlalu lama tertawa. "Aduh! Sakit nih perut aku ketawa mulu," lirih Giselle sembari mengusap air mata.

"Bodo ah! Aku kesel!" rajuk Satria. Lelaki itu melipat tangan depan diafragma dan menatap ke depan, tidak ingin menatap Giselle.

Tawa Giselle mereda seiring dengan tangan si gadis meraih kedua sisi rahang Satria dan membubuhkan kecupan singkat pada bibir sang kekasih. Satria yang sebelumnya merajuk, kini melebarkan mata akan sikap spontan Giselle.

"Tuh udah! Kurang perhatian apalagi aku? Enggak hanya bunga yang aku cium, kamu j..."

Giselle tak lagi mampu menlanjutkan ucap karena Satria langsung saja meraih rahang dan tengkuk sang dara, kembali menyatukan bibir mereka. Bukan hanya kecupan, Satria dengan lembut mengulum bibir dan Giselle dengan senang hati membalas perlakuan sang kekasih. Ini pertama kalinya mereka berciuman dan keduanya tidak ingin membuang kesempatan satu pun.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang