Karina menyatukan kedua tangan dan meletakkannya di depan perut. Jantungnya berpacu semakin cepat ketika langkah semakin mendekati ruang VIP. Ruang di mana ia akan bertemu dengan Tama dan keluarganya.
Karina bukan gugup karena akan bertemu dengan Tama. Tidak sama sekali! Kenapa juga Karina harus merasa gugup karena bertemu dengan dokiber Hope University itu. Dosen kita bersama, julukan yang ramai di kalangan mahasiswi.
Karina bukan benci dengan Tama, namun first impression si gadis pada dosen muda itu buruk sekali. Semuanya bermula ketika Karina masih menjadi mahasiswa baru. Saat semester satu, tentunya ada beberapa kegiatan yang harus diikuti sebelum memulai perkuliahan normal, salah satunya kelas kilat mempelajari tentang kampus dan segala isinya selama dua hari berturut-turut.
Kebetulan, kelas Karina diajar oleh Tama. Di hari pertama, Karina justru ketiduran dan tiba di kampus telat. Masuk kelas pun telat, saat Tama sudah menjelaskan materi lebih dari sepuluh menit. Kiranya, ia akan mendapat keringanan kalau terlambat, mengingat kelas saat ini tidak termasuk ke dalam mata kuliah. Namun, tanpa pandang bulu, Tama mengusirnya keluar dari kelas. Bukan sekadar nada dingin, pria itu justru membentaknya. Walau cuma diusir selama jam materi pertama, sejak saat itu Karina suka sangsi dengan Tama. Setiap main ke jurusan Giselle saja, Karina akan mencari cara agar tidak melihat presensi si pria dan tidak terlihat juga presensi Karina oleh si bapak dosen.
Maka, saat Karina tahu ia dijodohkan dengan Tama, pikirannya langsung skeptis. Sosok Tama yang memarahinya tiga tahun yang lalu masih saja membekas di kepala. Mana minggu depan mereka akan bertunangan, makin kacau lah pikiran buruk Karina pada Tama.
"Kok diam aja, Kar?" tanya Mama Karina sembari mengelus bahu sang putri.
"Ah, aku..."
"Gugup ya? Tenang ya! Tama sama keluarganya baik kok, kamu pasti bakal suka," ucap Mama menghibur Karina.
Dalam hati Karina mendecih.
Karina gugupnya karena akan bertemu kedua orang tua Tama. Karina ingin sekali menolak perjodohan ini. Selain karena tidak ingin berafiliasi dengan Tama, Karina tidak memiliki perasaan apa-apa pada pria itu. Karina bukannya tidak percaya akan istilah 'cinta akan seiring berjalannya waktu', karena itu yang terjadi saat hati Karina memutuskan untuk mencintai seorang Jeno dalam diam.
Nah, di situ masalahnya! Karina cintanya sama Jeno, bukan sama Tama. Tapi bisa kah ia menolak? Bagaimana jika Karina merasa tidak tega saat menatap wajah kedua orang tua Tama? Kelemahan Karina adalah menghadapi orang tua.
ceklek
Papa Karina membuka pintu dan masuk terlebih dahulu. Mama menahan pintu dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya menarik tangan Karina yang masih gugup. Kehadiran ketiganya diaambut oleh pasangan suami istri yang terlihat seumuran dengan Papa dan Mama Karina.
Papa dan Mama Karina sibuk mengobrol, sementara Karina hanya mengekori sang Mama. Karina belum ada keinginan untuk bersua. Matanya sesekali memicing, tidak menemukan sosok Tama di dalam ruangan. Ke mana pria itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
Ficção GeralIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...