lima puluh sembilan

700 129 0
                                    

Destinasi pertama yang dikunjungi segera setelah Karina, Tama, dan anggota keluarga lainnya mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai adalah Pinggir Pantai Jimbaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Destinasi pertama yang dikunjungi segera setelah Karina, Tama, dan anggota keluarga lainnya mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai adalah Pinggir Pantai Jimbaran. Sebelumnya, mereka bertemu dengan Sera dan Johnny yang sudah mendarat lebih dahulu di bandara. Sera yang ingin pergi ke Jimbaran demi menikmati hidangan dari biota laut.

"Mau lo tuh aneh, tahu enggak?" cibir Tama pada Sera. Menurut Tama, aneh saja Sera ingin makan seafood yang umumnya dihindari oleh karena bau amis yang sensitif bagi ibu hamil.

"Don't talk like that, Kak. Aku enggak mau bayi di kandunganku dengar yang aneh-aneh sebelum lahir," ucap Sera.

Tama memutar bola mata jengah, sementara Karina yang duduk di samping hanya bisa tertawa. Menyaksikan keributan antara Tama dan Wira saat hari pertunangan sudah mampu mengundang tawa, begitu pula dengan interaksi antara Tama dan Sera. Karina sedikit iri karena ia hanyalah anak tunggal di keluarganya. Bertemu dengan sepupu-sepupunya saja jarang. Karina juga ingin menikmati keseruan berinteraksi dengan saudara sendiri.

"Karina, kamu sama aku aja sini. Kak Tama kalau lagi sensi serem, kayak singa," bujuk Sera.

"Diem ye bumil! John, istri lo suruh berhenti ngoceh deh. Suruh makan sebelum dia mual," sungut Tama.

"Udah segini umur kandungan gue, ngapain mual-mual coba," sungut Sera balik.

Tawa Karina mengeras. Keributan kakak-beradik ini sangat seru untuk diikuti, seperti salah satu drama komedi yang biasa Karina tonton di rumah. Perut Karina sampai sakit karena tidak berhenti tertawa.

Karina terpaksa merangkul lengan Tama yang terlihat berapi-api guna menyelamatkan perutnya yang mengencangkan akibat tertawa. "Udahan dong, Kak. Aku enggak kuat nih ketawa terus, sakit perutku," rengek Karina, tak lupa meletakkan kepala di bahu si pria.

"Ini nih, Kakak iparmu ini cari gara-gara," ucap Tama.

"Lah kok aku?! Kakak yang mulai ya daritadi. Bukannya senang ketemu adik setelah setahun lebih, malah ngajak ribut," lempar Sera.

Ibu terpaksa turun tangan. "Sudah, sudah! Kalian itu sudah besar, setiap bertemu masih saja bertengkar. Enggak malu kalian sama Karina sama Johnny, hah?!" omel Ibu. Tama dan Sera mendengus sembari melempar tatapan tajam pada satu sama lain.

"Tangan kamu mau sampai kapan ngerangkul?" tanya Tama pada Karina.

Karina reflek melepas rangkulannya. "Sorry, Kak. Didn't mean to make you uncomfortable," ucap Karina.

"Enggak kok, cuma kan aku mau lanjut makan. Nanti kesikut kamunya. Abis makan kalau mau rangkulan lagi boleh kok," balas Tama.

Karina reflek memukul lengan Tama. "Apaan sih?!" pekik Karina. Semburat merah perlahan muncul di pipi.

Tama menurunkan peralatan makan ke piring, lalu menatap Karina sembari mengacak surai si gadis. "Enggak usah malu gitu napa! Sama tunangan sendiri juga," ucap Tama.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang