tiga puluh dua

912 169 3
                                    

Winda melangkahkan kakinya menuju gedung perpustakaan pusat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Winda melangkahkan kakinya menuju gedung perpustakaan pusat. Ia baru saja dari kantin berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Ningning  sudah pamit lebih dahulu pergi dengan Dery, sementara Karina dan Giselle kembali ke fakultas masing-masing karena masih ada kelas.

Hanya Winda yang tidak memiliki kegiatan setelah makan siang. Tidak ada kelas, tidak ada rapat di BEM, maupun janji temu dengan siapa pun. Winda bisa saja langsung pulang ke rumah, tapi gadis itu ogah jika mengingat tidak akan ada siapa pun yang menyapanya saat ia pulang. Untuk apa berada di rumah jika pada akhirnya ia sendiri?

Maka dari itu Winda putuskan untuk pergi ke perpustakaan. Ia bisa menyambi tugas kuliah sembari membunuh waktu. Kebetulan ada beberapa buku yang perlu ia cari untuk mengerjakan tugas.

Winda mungkin bisa dibilang ace dalam Matematika, tetapi ia tentu perlu belajar dari sumber-sumber kredibel. Menjadi hebat dalam suatu hal dimulainya dari belajar, bukan?

Gedung perpustakaan pusat Hope University terdiri dari tujuh lantai di atas tanah dan dua lantai di bawah. Lantai dasar digunakan sebagai urusan administrasi, seperti penyerahan dokumen skripsi, tesis, dan disertasi, serta urusan-urusan lainnya. Terdapat pula bagian kosong yang cukup luas, biasanya digunakan jika ada book fair yang dilangsungkan sekali setiap tahunnya.

Lantai basement satu berisi manuscript lawas yang dilindungi secara protektif oleh pihak kampus, sementara lantai basement dua digunakan sebagai parkiran. Lantai satu berisi dokumen skripsi dan tesis. Lantai dua berisi dokumen disertasi dan lab komputer yang bisa diakses oleh siapa saja selama terdaftar sebagai civitas kampus. Dari lantai tiga hingga lantai enam barulah diisi dengan buku dan literatur cetak lain seperti perpustakaan pada umumnya. Empat lantai itu juga dilengkapi dengan meja-meja belajar dengan penataan khas working space masa kini.

Rooftop gedung itu sendiri dijadikan taman yang bisa digunakan untuk bersantai tanpa perlu takut kepanasan atau kehujanan karena sebagiannya ditutupi oleh kanopi transparan. Terdapat pula ruangan seperti minimarket, namun difungsikan sebagai tempat peminjaman komik dan novel secara gratis. Hope University tidak hanya memikirkan soal kelengkapan ilmu yang dibutuhkan mahasiswa, tetapi juga memberi mahasiswa selingan di kala suntuk belajarnya dengan membaca komik atau novel. Tentunya sengaja ditaruh di lantai paling atas dengan harapan bukan komik dan novel yang menjadi tujuan utama para mahasiswa pergi ke perpustakaan.

Winda memasuki lift dan menekan tombol lantai empat, lantai di mana literatur terkait sains murni ditempatkan. Tiba di lantai yang dituju, Winda mencari tempat yang sekiranya nyaman untuk mengerjakan tugas. Winda pilih meja yang menghadap jendela, berhadapan langsung dengan pemandangan taman kampus yang menyegarkan. Kalau dipikir-pikir, gedung perpustakaan kampus memang didominasi oleh jendela yang cukup massive dan berhadapan langsung dengan penghijauan kampus. Sebuah terapi yang bagus untuk mata yang lelah karena harus berhadapan dengan radiasi layar setiap saat.

Winda duduk dan dengan santai membuka laptop, menghidupkannya, dan mulai sibuk dengan tugas. Beberapa aplikasi penghitungan seperti Excel, MathLab, dan Wolfram terpampang di layar. Winda mengerjakan tiga tugas dari tiga mata kuliah yang berbeda secara bersamaan. Ditemani segelas Ice Americano, Winda tidak terlihat jenuh sama sekali dengan pekerjaannya. Seakan tidak ada beban, Winda dengan santai melakukan penghitungan dan setelahnya memindahkan jawaban ke Word. Tugas Winda harus dikompilasi dalam bentuk laporan yang nantinya dijadikan file pdf dan dikirim melalui platform kampus.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang