enam puluh tujuh

724 130 0
                                    

Winda mengaduk-aduk makanannya, terlihat tidak minat untuk menyuapkan sesendok pun ke mulut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Winda mengaduk-aduk makanannya, terlihat tidak minat untuk menyuapkan sesendok pun ke mulut. Sena yang duduk di seberang mengernyitkan alis. Pasalnya, Winda yang tadi pagi meminta untuk makan di restauran rice bowl daerah Tebet. Sekarang si gadis malah terlihat tidak tertarik.

"Sayang? Win?" panggil Sena.

Winda mengedipkan kedua mata sekilas tanda terkejut. Ternyata gadis itu melamun, tentu saja kaget karena dipanggil mendadak oleh Sena.

"Eh? Iya? Kenapa?"

"Kamu ngelamun dari tadi? Masih ngelamunin Ningning?" Sena tentu saja tahu, karena berita Ningning 'melabrak' Ryana dan Hendra memukul Reza sudah tersebar ke penjuru kampus. Bahkan sepertinya sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia.

"Huft. Aku tahu Ningning salah, tapi asli aku khawatir banget sama dia. Anaknya kadang impulsif, terus akhirnya nyesel di belakang," ujar Winda.

"Kalau di awal namanya pendaftaran," humor Sena mencoba mematikan suasana sedih yang membumbung di udara menjadi lebih hidup.

"Ih, Sena! Aku enggak mood bercanda ya," omel Winda.

Sena mengangkat kedua tangan ke udara. "Maaf deh, maaf. Aku cuma enggak mau kamu terlalu sedih. Maksud aku, kalau kamu sedih juga, siapa yang bakal hibur Ningning? Bisa jadi sekarang dia sama Kak Dery ribut. Ningning juga enggak bakal cerita ke orang rumahnya. Belum lagi dia anak rantau. Cuma kamu, Kak Karina, sama Kak Giselle penopang dia sekarang," ucap Sena.

"Kamu doain sahabat aku ribut sama tunangannya gitu?!" sewot Winda.

"Bukan gitu sayang. Aku cuma mencoba berpikir rasional, memikirkan segala kemungkinan. Jadi, ayo senyum! Terus habisin itu makannya. Setelah makan, kita mampir dulu deh ke kosan Ningning, kalau kamu memang khawatir banget. Sekalian bungkusin dia makanan di sini. Pasti anak itu enggak kepikiran buat makan," terang Sena.

"Ah, iya juga! Boleh deh boleh! Beliin aja yang salted egg, favoritnya Ning tuh. Mampir beli martabak manis sekalian boleh ya?!" tanya Winda dengan mata berbinar.

"Boleh! Martabak Bangka Apin toh?" Winda balas pertanyaan Sena dengan anggukan.

Sena benar, dia tidak boleh ikut sedih. Ia harus menjadi penopang bagi Ningning di saat kritis seperti sekarang ini.

 Ia harus menjadi penopang bagi Ningning di saat kritis seperti sekarang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang