Winda menjadi orang pertama yang bangun saat fajar mulai merangkak keluar dari peraduan. Namun, bukan pancaran mentari dari bagian jendela yang tidak tertutup gorden yang membangunkan Winda, melainkan nada dering dari ponselnya.
Winda memposisikan tubuh dari posisi tidur ke posisi duduk, menguap lebar sembari meregangkan tangan ke udara. Setelah sadar total, baru Winda turun dari tempat tidur dan berlari menuju meja makan. Ia tidak mau membuat Karina, Giselle, dan Ningning terganggu oleh suara ponsel yang semakin mengeras.
Winda menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponsel ke telinga. "Halo?" sahut Winda tanpa memeriksa nama yang tertera di layar.
"Winda? Lo di mana?" Suara Sena menjadi suara pertama yang Winda dengar setelah bangun tidur.
Ya Tuhan! Baru kemarin Winda merasa lega karena sudah menceritakan keluh kesahnya, eh sudah saja Sena mengganggu ketenangannya. Sekarang, ada apa lagi hingga Sena meneleponnya di hari Minggu.
"Ngapain sih nelepon hari Minggu?" tanya Winda dengan nada serak khas orang bangun tidur.
"Bukan masalah hari Minggu-nya. Lo enggak lupa kan kalau hari ini ada event olahraga di kampus? Kita panitia loh!" ucap Sena. Lelaki itu tidak ada membahas kejadian lusa lalu, melainkan soal kegiatan olahraga yang BEM adakan. Walau bukan proker Kementerian mereka, beberapa orang seperti Sena dan Winda pasti diminta menjadi bagian dari panitia.
Mata Winda melebar saat menyadari bahwa ia melupakan acara tahunan itu. Tanganya reflek menepuk kepala, mengutuk dirinya bodoh. Bisa-bisanya Winda melupakan acara tersebut. Mengapa otaknya malah memikirkan kejadian ia dan Sena saling membentak dan bukan acara hari ini.
"Astaga, Sen! Gue lupa!" teriak Winda panik.
Winda melirik jam dinding. Untung saja jam masih menunjukkan jam enam pagi. Acara sendiri baru dimulai dua jam lagi dan jarak kampus dari Kempinski tidaklah jauh. Winda masih ada waktu untuk bersiap dan berangkat ke kampus menggunakan MRT.
"Ya udah, buruan ya ke sini. Maaf gue enggak bisa jemput, kirain lo udah nyampe duluan malah," ucap Sena.
"Iya, enggak apa-apa. Ya udah, gue siap-siap ya! Mungkin setengah jam lagi gue nyampe," balas Winda.
Setelah sambungan terputus, Winda segera berlari menuju kamar mandi dan dengan kilat membersihkan tubuh. Tak ada waktu yang gadis itu sia-siakan. Mulai dari mandi, sikat gigi, hingga berdandan, semua Winda lakukan dengan cepat.
Pergerakan Winda membangunkan Giselle yang terkenal sebagai light sleeper. "Win! Lo ngapa buru-buru gitu dah? Check-out masih jam dua belas loh!"
"Ah iya, ini Kak, gue lupa kalau hari ini ada acara di kampus. Jadi gue mau ke kampus naik MRT. Gue titip koper dibawa pulang ya, Kak! Di kosan Ningning enggak apa-apa. Lebih dekat gue ngambilnya juga," sahut Winda.
Giselle mengangguk beberapa kali sembari mengucek mata. "Berarti tadi lo teleponan sama Sena?"
"Iya. Tadi gue kirain dia mau ngomongin soal kemarin lusa, eh ternyata karena event hari ini," balas Winda.
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
Ficción GeneralIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...