lima belas

1.2K 201 11
                                    

Giselle baru saja mengenakan sarung tangan plastik, hendak mencomot satu potong sayap ayam pedas dengan likitan keju, ketika ponsel miliknya bergetar si atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Giselle baru saja mengenakan sarung tangan plastik, hendak mencomot satu potong sayap ayam pedas dengan likitan keju, ketika ponsel miliknya bergetar si atas meja. Netranya menemukan nama Karina di layar. Hampir saja dia mengamuk karena waktu makannya diganggu. Namun niatnya ia batalkan. Giselle buka kembali sarung tangan dan mengangkat panggilan dari sang sahabat.

"Halo?"

"Lo pada di mana? Jangan bila ke Ojju?!"

"Buset! Sabar dong, gue narik napas aja belum sempat, udah lo semprot," sahut Giselle.

"Buru sih bilang, lo pada di m... Enggak jadi! Gue udah lihat batang hidung lo di Ojju. Asem banget gue enggak diajakin!"

"Ya udah sini buru, gue sama anak-anak baru mulai makan kok. Jatah lo aman." Panggilan terputus setelahnya.

"Kak Karin, Kak?" tanya Ningning.

"Ho'oh! Tuh anaknya," ucap Giselle, dagu ia angkat sedikit ke arah Karina.

Karina berjalan mendekati meja dengan muka ditekuk. Beberapa pengunjung menatap Karina kagum, sepertinya karena kecantikan si gadis yang menggunakan dress santai, heels dan juga gaya rambut yang terurai tanpa ikat karet maupun jepit. Namun Karina tidak menaruh peduli pada tatapan orang lain. Si gadis tanpa pikir panjang menjatuhkan tubuhnya di kursi kosong sebelah Winda.

"Lesu amat, Kak!" seru Ningning.

Karina sembunyikan wajahnya pada dua telapak tangan sebentar, lalu mendongak dan bersua, "Enggak tahu lah! Capek banget gue ngeladenin Kak Tama."

"Cieee! Manggilnya udah Kakak nih?" goda Giselle sembari menaikkan sebelah kanan.

"Shut up, Giselle! I really hate your lecturer! Gosh!" ujar Karina.

"Emang Pak Tama ngapain Kakak, kok Kakak sampai bete?" tanya Winda.

"Sokab banget jadi orang. Masa dia nyuruh gue pakai gue-lo aja kalau enggak lagi di kampus. Gila apa ya?! Ini aja gue panggil pake sebutan Kakak terpaksa," sungut Karina.

"Aelah! Kirain apa! Enggak aneh kali. Semua juga dia suruh begitu, Rin. Gue aja kalau pas project sama doi, biasa tuh pakai gue-lo. Tapi panggilan si tetap Bapak. Lo aja kayaknya yang dikasih manggil Kakak sama Pak Tama," ucap Giselle.

"Gue doang?"

"Hu'um. Bu Sera sama Kak Wira manggil Pak Tama pakai sebutan Abang soalnya," balas Giselle.

Wait? Kok Giselle tahu mengenai saudara Tama?

"Kok lo tahu?"

"Tahu apa? Soal Bu Sera sama Kak Wira?"

"Kalau Kak Wiratama gue tahu. Dia alumni jurusan gue. Sering juga ngisi kuliah tamu. Keren banget sumpah itu orang, apalagi pas ngejelasin hitungan Matematika super rumit. Gila lah pokoknya! Pacarnya Kak Yukafaza juga! Katanya, mereka tuh couple fenomenal-nya Matematika kampus kita. Mula awalnya karena mereka dipasangin buat ikut kompetisi di Turki, eh balik-balik pacaran. Sampai sekarang," cerita Winda.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang