Bolehkah Karina sedikit bersyukur?
Karina di dalam hati mengucapkan banyak terima kasih pada Tuhan karena menyelamatkannya hari ini dari sentuhan maut Jeno. Hari ini, lelaki itu hanya mengajaknya memutari jalan tol Jakartaㅡentah berapa nominal e-money yang lelaki itu keluarkan, Karina tidak peduliㅡhingga tiga jam. Selama tiga jam itu, mobil Jeno sempat turun mengunjungi pom bensin di Kedoya dan Starbucks di Pesanggrahan dekat Pengadilan Agama. Sepanjang perjalanan, hanya suara radio yang terdengar memenuhi kehampaan di dalam mobil. Karina tidak berniat mengeluarkan suara dan Jeno juga tidak ada niat mengangkat topik pembicaraan.
Lalu Karina dan Jeno sempat mampir ke toko buku di Lotte Shopping Avenue Kuningan, sebelum akhirnya makan malamㅡlebih pantas disebut makan soreㅡdi Paper Lunch. Lokasi restauran masih berada di pusat perbelanjaan yang sama. Secara tidak terduga, keduanya justru membicarakan teknis kegiatan syuting film pendek baru yang UKM Filmografi tengah garap saat ini. Tidak ada pembicaraan terkait hubungan 'gelap' mereka ini. Karina sendiri tidak tahu harus bagaimana dirinya menyebut hubungannya dan Jeno saat ini.
Setelah makan, barulah Jeno mengantar Karina pulang. Ponsel Karina baru dikembalikan saat mobil Jeno memasuki area perumahan. Karina dengan sigap langsung menghidupkan ponsel, takut-takut kalau ternyata ada yang mencarinya selama benda pipih itu mati.
"Astaga! Banyak banget notifnya!" pekik Karina.
Tebakan Karina benar. Banyak sekali jumlah panggilan, pesan SMS dan Whatsapp yang masuk ke ponselnya. Namun bukan dari Papa, Mama, ataupun sahabat-sahabatnya. Ratusan notifikasi yang masuk ke ponselnya hanya berasal dari satu orang. Dari Tama.
Untuk apa pria ini menghubunginya?
Lebih menyeramkannya lagi, Karina dibuat terkejut saat dirinya mendongak ke depan. Mobil Jeno melambat mendekati rumah Karina dan si gadis dengan sangat jelas dapat melihat sosok Tama yang berdiri sembari menyandar pada mobil hitam miliknya. Jeno juga melihat kehadiran sang kakak sepupu.
Sial! Mana dia abis pergi sama Jeno. Pertanyaannya, kenapa Tama bisa ada di rumahnya malam-malam begini? Belum lagi pandangan tajamnya. Seakan-akan lelaki itu berhasil menangkap basah kelakuan Karina di belakangnya.
Karina buru-buru melepas sabuk pengaman sembari bersua, "Jen, lo langsung pulang aja! Jangan turun, biar gue yang ngomong sama Kak Tama."
Jeno tersenyum licik. Lelaki itu turut melepas sabuk pengaman miliknya dan keluar sebelum Karina sempat menghalangi.
"Jeno bangsat!" umpat Karina.
Karina segera turun dan berjalan di belakang Jeno. Jujur, Karina takut pada tatapan tajam nan sinis yang pasti Tama berikan padanya.
"Hello my lovely cousin! Fancy seeing you here, Kak Tama," sapa Jeno tanpa rasa bersalah sedikitpun setelah membawa kabur tunangan sepupunya hingga malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
Ficción GeneralIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...