Gara-gara kejadian Satria membersihkan ujung bibirnya, Giselle berakhir makan dalam diam. Tak ada satu pun kata yang keluar dari bibir si gadis. Giselle masih takut untuk sekadar bersua. Mana kerja jantungnya hari ini aneh, terus berdetak dan bukannya memelan, malah makin kencang.
Sumpah! Giselle tidak ingin kalau perasaan dia berubah jadi cinta ke Satria. See? Giselle itu aneh. Dua tahun terlihat mengejar Satria, tapi tidak ingin merasakan yang namanya cinta. Padahal, pacaran saja tidak pernah seumur hidupnya. Sudah Giselle bilang, dia tidak percaya cinta.
Bukan tanpa alasan mengapa Giselle tidak percaya akan cinta. Menjadi anak broken home di usia tiga belas tahun, kala ayah dan bundanya memilih bercerai, membuat Giselle percaya kalau di dunia ini tidak ada yang namanya cinta. Jikalau ada, cinta hanyalah hal fana yang berlangsung sementara.
Kalau benar cinta sifatnya bisa bertahan untuk selamanya, tidak mungkin kan ayah dan bundanya Giselle bercerai. Tidak mungkin kan ayah tega memukul bunda, saat bunda melakukan sedikit saja kesalahan saat memasak atau melakukan hal apapun lain. Tidak mungkin ayah tega mengatai Giselle sebagai anak haram, padahal jelas-jelas tes DNA menunjukkan bahwa si gadis 99,98% adalah putrinya. Tidak mungkin kan ayah tega membuang keluarganya demi perempuan lain, yang ternyata sudah dipacari selama lima tahun terakhir tanpa sepengetahuan bunda atau mungkin saja tahu, namun memilih diam demi Giselle.
Apa itu bisa disebut cinta? Itu bukan cinta, karena yang Giselle dan bundanya rasakan hanyalah penderitaan. Walau sekarang Giselle dan bunda hidup bahagia berdua, rasa sakit yang ditimbulkan masih membekas dan menimbulkan efek trauma pada diri keduanya. Termasuk Giselle yang yakin kalau dia tidak akan pernah jatuh cinta.
Diamnya Giselle yang mendadak, tentu membuat Satria kebingungan. Pasalnya, Giselle yang Satria kenal tidak pernah diam yang benar-benar diam, seperti saat ini. Selama Satria berteman dengan Giselle, tidak pernah Satria jumpai sosok pendiam dalam diri si gadis.
"Selle, kok diam?" tanya Satria spontan.
Giselle meletakkan alat makan pada piring yang sudah kosong. "Kan lagi fokus makan tadi, hehe."
Satria tidak yakin. Tetapi kalau Giselle berkata demikian, mau tidak mau ia harus percaya bukan?
"Udah selesai kan? Gue bayar dulu ya, Sat," ucap Giselle, dengan gaya bicara yang tidak pernah ia gunakan sebelumnya pada Satria. Biasanya, Giselle akan berbicara menggunakan aku-kamu. Tapi kali ini, Giselle kembali menggunakan gaya bicaranya sehari-hari.
Sepertinya, efek sentuhan Satria mempengaruhi psikis Giselle. Gadis itu seakan membentuk tembok, agar perasaan cinta tidak tumbuh di hatinya.
"Lo terus yang bayar. Gue aja sekali-kali," sela Satria.
"Tapi..."
Satria menahan bahu Giselle, membuat gadis itu kembali duduk. "Udah, enggak apa-apa. Enggak adil kalau lo terus yang bayarin gue," potong Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
General FictionIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...