tiga puluh sembilan

827 156 7
                                    

Reza melirik sekilas pada banner kecil di kedua tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reza melirik sekilas pada banner kecil di kedua tangannya. Kekanakan, batin Reza. Lelaki itu lalu berteriak ke arah Ningning. "Lo ngapain sih bikin ginian? Norak asli!"

Ningning yang tengah membantu Dery merapikan isi koper mendecih pelan. "Ya terserah gue lah! Kan gue yang niat ngasih salam perpisahan yang grande! Gue juga keluar uang! Sewot aja sih lo!" sungut Ningning.

Dery yang duduk di samping si gadis, menarik sisi kepala Ningning mendekat dan membubuhkan kecupan singkat di pelipis. "Salam perpisahan apa sih! Kita enggak pisah kok," ucap Dery.

"Iya benar enggak kepisah, tapi ada jarak membentang antara kita. Kalau aku kangen terus mau peluk, mana bisa aku dapat dalam hitungan menit," keluh Ningning.

"Iya kan bisa telepon atau video call. Ada teknologi ya, Nona Liam," sela Reza.

Ningning memicingkan mata ke arah Reza. "Lo kalau di sini kerjaannya cuma gangguin momen gue sama Kak Dery, mending minggat deh!"

Reza yang bersandar di daun pintu mendecih. "Yang mau stay lama-lama di sini siapa sih?! Mending gue teleponan sama Ryana," ucap Reza beranjak pergi sebelum ia menjadi saksi kemesraan Ningning dan Dery yang menjijikkan.

"Heh! Itu banner gue jangan dibawa! Itu buat nganter Kak Dery besok!" teriak Ningning.

Reza kembali, masuk ke kamar dan melempar banner ke arah Ningning. Untung Ningning menangkapnya dengan cepat, kalau tidak pasti si gadis sudah mengaduh karena bisa saja banner mengenai wajahnya.

"Reza sialan!" teriak Ningning.

Dery memeluk kekasihnya erat. "Enggak boleh ngomong kasar," tegur Dery.

"Ya abis ngeselin loh adik Kakak tuh! Suka banget cari gara-gara. Gimana aku enggak bete?!" rajuk Ningning.

Dery tertawa mendengar keluhan Ningning. Ia acak pelan surai si gadis saking gemashnya. "Iya udah biarin aja, emang anaknya kan jahil. Kamu tahu dia mainnya sama Hendra yang kayak gimana modelannya. Masih mending loh Reza. Coba kalau Hendra yang ngejahilin kamu, mungkin kamu udah nangis saking kesalnya," ucap Dery.

"Iya, iya, iya. Belain aja terus adik Kakak yang satu itu," sarkas Ningning sembari memasukkan beberapa potong pakaian ke dalam koper Dery.

Ningning lalu berdiri, menghampiri koper Dery yang lebih kecil. Si gadis memeriksa apakah semua bahan makanan sudah masuk atau belum. "Sambal bawang udah. Indomie udah. Kerupuk belum di goreng udah. Bumbu-bumbuan sachet udah. Apalagi kira-kira yang belum?"

"Kentang kering sama tempe kering-nya Bunda belum. Tadi aku tinggal di dapur, lupa bawa naik," ucap Dery.

"Ya udah, Kakak tunggu sini ya! Aku ambil dulu. Kakak jangan lupa masukin sabun cair, sikat gigi, sama odol yang tadi kita beli di Indomaret," ujar Ningning.

Ningning menuruni anak tangga dan bergegas menuju dapur. Matanya berbinar kala menemukan beberapa kotak berisi kentang kering dan tempe kering. Dery termasuk pemilih kalau makan, makanya Ningning putuskan untuk membawa serta beberapa kudapan favorit si lelaki. Dery tentu perlu beradaptasi beberapa saat dari masakan Indonesia ke masakan di Amerika.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang