Winda menutup laptop dan memasukkannya beserta barang-barang lain yang berserakan ke dalam tas ransel. Tangannya bergerak cepat seakan tengah dikejar setan. Winda tidak dikejar oleh waktu, ia hanya mencoba kabur dari Sena.
Perasaan malu akan fakta yang ia ketahui beberapa saat yang lalu masih berbekas. Winda benar-benar tidak tahu bagaimana ia harus berhadapan dengan Chandra dan juga Sena.
"Winda! Ngapain jadi buru-buru?!" tanya Sena yang mengejar Winda dari belakang.
Winda tanpa pikir panjang berjalan cepat keluar perpustakaan. Ngapain sih Sena ngikutin gue, batin Winda. Ia terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Ia benar-benar ingin menghilang.
Gadis itu berjalan cepat menuju lokasi mobilnya terparkir. Namun Winda kalah cepat dengan pergerakan Sena. Sena berlari melewati Winda, lalu menahan si gadis dengan memeluk. Di bawah semburat matahari sore menuju barat, Sena memeluk Winda tanpa peduli bahwa mereka masih berada di lingkungan kampus.
Winda tentu saja meronta minta dilepas, tetapi Sena keras kepala. Lelaki itu tidak memberi Winda sedikit pun kesempatan untuk pergi.
"Lepas, Sena!"
"Enggak! Aku enggak akan lepasin kamu!"
"Gue bilang lepas!"
Keduanya saling bersahutan di lingkungan kampus yang sudah sepi. Tak begitu banyak orang berlalu-lalang dan mereka pun tidak tertarik untuk ikut campur dengan adegan picisan antara Winda dan Sena. Ya, semoga saja bukan satpam kampus yang tiba-tiba muncul dan menangkap mereka karena dianggap melakukan perbuatan asusila.
"Aku enggak akan lepasin kamu lagi. Enggak bakal selama aku belum jelasin semuanya ke kamu," ucap Sena.
Winda mendorong tubuh Sena sekuat sisa tenaganya. "Apalagi yang mau lo jelasin?! Belum puas lo bikin gue malu?!"
"Malu kenapa? Karena kamu ngira Chandra suka sama kamu?"
"Apalagi Sena?! Apalagi?! Apalagi lo kira, hah?!" bentak Winda.
"Gimana cara aku jelasin, kalau kamu setiap mau diajak ngomong pasti ngehindar. Kamu sendiri yang menulikan telinga. Aku bisa apa?!" balas Sena. Sepertinya emosi Sena ikut terkuras sore itu.
"Tapi apa gunanya jelasin semua ke gue sekarang?! Enggak guna, Sena!"
Sena sesungguhnya emosi total saat ini. Sesuka-sukanya Sena pada Winda, entah mengapa susah sekali ia mengontrol emosi di depan si gadis dalam keadaan panas seperti ini. Tetapi Sena tidak ingin kalah kali ini. Ia harus melakukan yang terbaik agar Winda mau membuka hati untuknya.
Yang Sena lakukan kemudian adalah menggenggam pergelangan tangan Winda dan menyeret gadis itu menjauh dari gedung perpustakaan.
"Woy! Sena! Gue mau lo bawa ke mana?!" teriak Winda sembari mendorong tangan Sena agar pegangannya terlepas, tetapi lelaki itu tak bergeming. Sena terus menarik Winda.
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
Ficción GeneralIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...