lima puluh lima

683 126 5
                                    

"Loh? Mas Tama?" seru Angel, pelatih flying yoga Karina, saat Karina dan Tama memasuki ruangan dengan gantungan kain menjuntai dari langit-langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh? Mas Tama?" seru Angel, pelatih flying yoga Karina, saat Karina dan Tama memasuki ruangan dengan gantungan kain menjuntai dari langit-langit.

"Hai, Njel," balas Tama.

Karina terkejut Tama ternyata mengenal Angel. "Kakak kenal sama Kak Angel?"

"Kenal. Angel ini sahabatnya Sera, Rin. Sera kalau flying yoga juga di sini, kadang aku ikutan kalau enggak ada kegiatan," terang Tama.

Angel menyela, "Gimana Kak kabar Sera? Terakhir dia ngabarin aku tuh lagi hamil tiga bulan apa ya? Udah lama banget enggak contact-an. Sejak dia di Amerika jadi sulit gitu kalau mau ngehubungi."

"Baik, sehat kok si Sera. Ini udah jalan tujuh bulanan kehamilan dia, prediksi lagi tujuh minggu lahiran. Gue rencananya mau ke sana sih sebelum nikahan," balas Tama.

Tama dan Angel sibuk mengobrol, Karina memilih mengganti pakaian terlebih dahulu. Ia masuki salah satu dari dua ruang ganti dipojokan.

"Eh? Kak Tama mau nikah?! Akhirnya lo kagak jomblo abadi lagi, Kak," seru Angel.

"Sialan lo, Njel!" balas Tama diiringi tawa.

"Calonnya?"

Tama hendak mengucap namun Angel menghentikan dengan mengangkat tangan di depan wajah si pria. "Jangan bilang lo mau nikah sama Karina, Kak?" tebak Angel.

Tama tertawa. "Hahaha, ketebak banget ya?"

"Wow! Berarti orang yang sering Karina ceritain itu lo dong?!"

"Emang Karina cerita apa aja?"

"Dia pernah cerita kalau dijodohin sama cowok lebih tua tujuh tahun dari dia. Enggak nyangka kalau lo orangnya, Kak. Gila! Sempit banget sih bumi," ucap Angel.

"Tapi lo enggak salah, Kak? Karina masih muda loh! Kalau nikah sama lo, apa enggak kehambat perjalanan karir dia?" tanya Angel skeptis.

Karina tentu saja bisa mendengar obrolan Tama dan Angel. Karina jadi penasaran, bagaimana Tama menjawab pertanyaan dari sang pelatih.

"Kehambat apaan?"

"Kalau udah nikah 'kan berarti ada pikiran punya momongan. Dengan keadaan lo yang mapan, enggak mungkin nunda 'kan?"

"Oh itu. Ya gue sih ngikutin apa pilihan Karina aja," balas Tama santai.

"Lo bakal jadi tipe suami takut istri gitu?"

"Enggak gitu, Njel. Dari awal gue sadar, kalau gue beneran sampai nikah sama Karina, berarti akan sangat banyak keputusan di mana dia yang mengalah. Masa mudanya sudah terbuang di gue, gue enggak bakal memaksa semua kehendak gue ke dia. If she feels fine and comfortable enough about something, we will decide it later," ucap Tama.

"Emang Tante enggak bakal maksa lo buat punya momongan, Kak?"

"Masih ada Sera, ada Wira. Kenapa semua bebannya ke gue? Tapi ketimbang itu, Ibu gue lebih takut gue melajang seumur hidup. Ingat banget gue, sebelum perjodohan ngomong kayak gini, 'Ibu enggak mau kamu tua sendirian. Gimana kalau Ibu sama Ayah enggak ada?'. Alah, masih sehat gitu juga mereka," terang Tama.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang