epilog

2.1K 139 2
                                    

Suara isakan terdengar samar di tengah keramaian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara isakan terdengar samar di tengah keramaian. Giselle berusaha keras menahan diri, namun ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Tangisannya tentu saja membuat Satria bingung.

"Yang, kamu kenapa nangis deh?"

Giselle mengeluarkan isi hidung pada kertas tisu. "Aku terharu, sayang. Sumpah masih enggak menyangka momen ini akhirnya tiba juga," isak Giselle.

Satria tertawa pelan sembari mengusap surai Giselle. "Tapi 'kan bukan kita yang nikah. Kenapa malah kamu yang nangis deh?!"

"Ih ya tetap aja! Aku enggak menyangka sahabat aku bakal secepat ini melepas lajang," ucap Giselle.

Winda yang duduk di sebelah Giselle berkata, "Kak! Udahan sih nangisnya! Nanti gue ikutan nangis juga!"

"Tau ih, Kak! Gue udah make-up susah-susah, masa harus rusak karena nangis," celetuk Ningning yang duduk di baris belakang.

"Oke, oke, gue berhenti!" pekik Giselle pelan.

Bersamaan dengan itu, pintu gereja terbuka menampilkan sosok Karina dengan gaun sederhana berlengan pendek. Kepala ditutupi tudung semi-transparan dengan motif yang sama dengan gaun. Kakinya melangkah sedikit demi sedikit menuju altar dengan mengamit lengan sang Papa, terbalut dengan strap-heels berwarna putih dengan ornamen bunga di bagian belakang. Tangan Karina sendiri memegang sebuket bunga Lili putih, bunga kesukaan sang dara.

Arah pandang tamu undangan yang datang perlahan beralih pada sosok mempelai pria yang berdiri di altar dengan senyum manis bertengger. Terlihat tampan dengan setelan jas berwarna abu-abu, semua dapat memahami bahwa pria itu pasti gugup. Apalagi mempelai wanita terlihat begitu cantik tanpa cela.

Hingga tiba momen di mana Setiawan menyerahkan tangan Karina pada Tama. "Tama, Papa titip Karina ya. Jaga dan tuntun putri Papa menjadi istri yang terbaik untuk kehidupan rumah tangga kalian," ucap Setiawan.

Karina ingin menangis saat itu juga, namun ia tidak ingin merusak riasan cantik untuk salah satu momen berharga dalam hidupnya. Karina tunjukkan ekspresi bahagia kala tangannya berada dalam genggaman Tama. Keduanya berjalan sedikit hingga akhirnya berdiri di depan Pendeta. Prosesi pernikahan suci di hadapan Tuhan pun di mulai. Ada beberapa tahapan yang dilalui hingga pengucapan ikrar suci dilakukan.

"Karina Putri Setiawan, aku mengambil engkau menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, dan inilah janji setiaku yang tulus."

"Pratama Ardiansyah, aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, dan inilah janji setiaku yang tulus."

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang