empat puluh satu

813 149 7
                                    

tok tok tok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tok tok tok

"Huaaaa!" teriak Giselle kala mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.

"Giselle kenapa teriak?!" Suara Satria si pengetuk terdengar dari balik pintu.

Giselle bukan asal-asalan teriak. Dia telat bangun, padahal dalam waktu satu setengah jam ia sudah harus menjemput Karina dan Winda. Hari ini ketiganya berjanji menemani Ningning mengantar Dery yang akan berangkat ke Amerika.

Pintu kamar Giselle terbuka, menampilkan Satria dengan muka paniknya. Lelaki itu berjalan cepat dan langsung duduk di tempat tidur, di samling Giselle. Giselle menundukkan kepala, membiarkan rambutnya menutupi wajah.

"Selle, kamu enggak apa-apa? Kenapa tadi teriak?" tanya Satria beruntun.

Giselle mendongak lalu kembali meraung, "Huwaaaa! Aku telat bangun! Kamu kok baru datang sekarang? Aku kan suka kebablas kalau hari libur gini. Alarm udah masang aja enggak bangun."

Satria tertawa pelan, ia dekatkan diri dan menarik tubuh Giselle dalam pelukan. "Aku udah daritadi kok nyampe rumah. Cuma tadi sama Mama kamu disuruh sarapan dulu, baru bangunin kamu. Maaf ya, harusnya aku bangunin kamu dulu baru sarapan," ucap Satria sembari mengusap pelan kepala Giselle berulangkali.

Giselle membalas pelukan Satria, melingkarkan keduanya tangannya pada pinggang. "Hu'um. Harusnya bangunin aku dulu. Sekarang mepet gini, mana sempat aku dandan maksimal. Belum lagi harus jemput Karina sama Winda!" sambat Giselle.

"Technically, kita cuma perlu jemput Winda aja. Kan Karina rumahnya di sebelah. Rumah Winda kan enggak gitu jauh juga, dekat pintu tol pula. Kalau udah di tol 'kan cepat," ucap Satria.

Giselle mendongak dan menatap Satria tajam. "Kamu mau ngebut lagi ya? Aku enggak suka ya kamu ngebut-ngebutan gitu!" omel Giselle.

"Aku ngebut ya biar enggak telat," ujar Satria membela diri.

Bukan tanpa alasan Giselle berkata demikian. Pasalnya, minggu lalu saat keduanya pergi berkencan, mereka terlalu asik sampai tidak sadar jam menunjukkan pukul sebelas malam. Mama-nya Giselle sih bukan tipe orang tua yang anaknya harus pulang cepat-cepat. Selain itu Satria juga sudah dipercaya untuk menjaga Giselle. Toh ya Satria tidak pernah aneh-aneh.

Namun tetap saja tidak elok rasanya mengantar anak gadis melewati tengah malam. Alhasil, Satria harus mempercepat laju mobilnya. Giselle yang biasa ngebut saja sampai ketakutan dengan kecepatan mobil Satria.

Bayangkan, Satria menempuh kecepatan setinggi 140 kilometer di jalan tol, padahal aturan maksimalnya adalah seratus kilometer. Gila bukan? Giselle ingat dia marah selama tiga hari pada Satria karena perkara kecepatan berkendara. Bagaimana tidak marah ya, saat itu Giselle merasa seperti berada di ambang kematian. Satria bagai membawa partner-in-crime untuk diajak mati bersama, padahal Giselle ini kekasihnya.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang