tujuh puluh enam

769 121 3
                                    

"Kalian harus cobain lobster kalau ke sini mah! Di sini tuh seger banget, enggak kayak di kota," ucap Key pada Karina, Giselle, Winda, dan Ningning

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian harus cobain lobster kalau ke sini mah! Di sini tuh seger banget, enggak kayak di kota," ucap Key pada Karina, Giselle, Winda, dan Ningning.

Matahari sudah tenggelam beberapa menit yang lalu, namun semburat kemerahan masih terpampang jelas. Ditambah semilir angin pantai yang tidak terlalu kencang, keadaan berpengaruh terhadap mood malam ini.

Sonya memukul tangan sang suami yang berinisiatif mengambilkan potongan lobster. "Udah ih! Biarin aja mereka ambil-ambil sendiri. Biar menikmati sendiri," omel Sonya.

"Ih ya, tapi..."

"Kar, Selle, Win, Ning, kalian kalau mau apa ambil-ambil aja ya. Senyaman kalian. Kalau kalian kenyang ya enggak apa-apa, bisa dibawa pulang kok," sela Sonya yang berbicara pada keempat sahabat itu.

"Iya, Kak. Makasih banyak Kak Sonya," balas keempatnya serempak.

Mata Giselle melebar kala menyuap potongan ikan bakar beserta nasi ke dalam mulut. Rasa manis kecap ditambah gurihnya bumbu yang meresap serta rasa asap karena dipanggang menyatu dan menimbulkan rasa nikmat yang menakjubkan dalam mulut. Pergi ke Bali bukan hal yang jarang Giselle lakukan, tapi baru sekarang ia bisa menikmati hidangan seenak ini setelah kunjungan kesekian kali.

"Kak, ini enak banget! Giselle suka!" pekik Giselle.

Winda turut mengangguk. "Iya, sama Kak! Ya Tuhan ini kerang-nya mantap juga loh!" seru Winda.

"Ningning suka udang-nya. Crisp but juicy, mantap banget di mulut," timpal Ningning.

Hanya Karina yang memilih diam selama acara makan berlangsung. Bukannya tidak ingin berbicara, hanya saja pikiran si gadis sedang tidak di sana. Berusaha sekeras apapun dirinya menenangkan diri, pergi berlibur, bermain di pantai, hingga kini makan malam di pinggir pantai, pikiran Karina selalu berlari pada sosok Tama.

Sejak Tama berhenti bekerja sebagai pendidik di Hope University, pria itu terlihat kepalang santai. Sehari-hari, kerjaannya hanya bangun, makan, main game, menonton acara televisi, main kucing, terakhir kembali tidur. Begitu saja seterusnya.

Key menyadari diamnya Karina selama makan malam. Ia mendekat dan berbisik pada Sonya, "Yang, kamu sadar enggak kalau Karina agak beda malam ini? Jadi diam gitu."

Sonya membalas, "Kayaknya kepikiran masalahnya si Tama deh. Wajar sih, siapa yang enggak kepikiran kalau pacarnya sampai resign kayak gitu. Apalagi berhubungan sama dia kan aku dengar-dengar."

"Enaknya gimana dong?"

"Kamu ajak ngobrol aja. Aku biar ngurusin Giselle, Winda, sama Ningning," saran Sonya.

Keduanya pun berbagi tugas. Key mengajak Karina yang kebetulan duduk di seberang. "Karina, mau temenin jalan di pinggir pantai enggak? Ada yang gue mau omongin," ajak Key.

Karina mengangguk pelan, mengikuti Key yang berjalan lebih dahulu. Winda lantas bertanya, "Loh? Kak Karin sama Kak Key mau ke mana?"

Sonya tersenyum sembari menjelaskan, "Ada yang perlu diomongin, sedikit. Tentang Tama. Udah, enggak usah dipikirin. Kita makan aja!"

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang