NIngning menyesal berada di antara dua orang gila suka belanja. Siapa lagi kalau bukan Giselle dan Winda. Kalian tahu, sejak ketiganya turun dari mobil, lalu check-in hotel, dan berakhir memasuki gedung perbelanjaan Grand Indonesia, tidak ada hentinya dua sahabat Ningning ini membeli barang.
Mulai dari H&M, Pull&Bear, Forever21, Typo, Innisfree, semua toko dimasuki oleh keduanya dan pasti ada saja yang mereka ambil dan menggesek kartu tanpa pikir panjang.
Kalau Ningning tanya kenapa membeli begitu banyak hal yang belum tentu penting dan keduanya butuhkan, maka jawaban mereka:
"Baju gue gitu-gitu aja! Gue beli biar style gue enggak monoton!" Ini jawaban Giselle.
Kalau jawaban Winda, "Ya siapa tahu butuh nanti-nanti! Lagian gue lagi stress. Kalau belanja bisa ngilangin stress."
Ningning bukannya medit ataupun meragukan uang sahabat-sahabatnya. Tidak sama sekali! Karina dan Winda memang terlahir di keluarga sendok emas, sementara Giselle punya mama yang berpenghasilan besar dan si gadis juga bergabung dalam banyak proyek besar dengan dosen-dosennya walau belum lulus kuliah.
Ningning sendiri sebenarnya juga tidak ada bedanya. Kalau kalian mau tahu, rumah Ningning di Surabaya berada di salah satu perumahan elit yang bisa disebut sebagai kota mandiri. Apa yang tidak ada di perumahan tersebut. Pusat perbelanjaan? Tempat nongkrong? Sekolah? Taman bermain air? Lapangan golf? Semuanya ada dan Ningning bisa menikmatinya kapan saja gadis itu mau.
Dulu saat masih tinggal di Surabaya pun, Ningning bersekolah di sekolah yang ada di perumahan tersebut. Sekolah yang terkenal dengan harga SPP fantastis, bahkan sejak tingkat Taman Kanak-Kanak. Bahkan awalnya, Ningning akan dimasukkan ke universitas yang sama setelah lulus SMA. Tetapi akhirnya gadis itu memutuskan kuliah di Jakarta.
Ya intinya bukan itu!
Ningning cuma merasa bingung saja terkadang. Kok bisa ya, sahabat-sahabatnya ini membuang uang tanpa berpikir dua kali? Emang sih, banyak hal bisa dibeli kalau ada uang. Tapi, sepenting apa sih barang-barang yang Giselle dan Winda beli ini, sampai-sampai rela merogoh kocek layaknya membuang daun.
Ningning memang terlahir di keluarga kaya, tapi tidak pernah sekalipun ia bertindak sebebas itu dengan uang. Baba dan mama selalu mendidiknya dan juga kakaknya Kano untuk tidak menghambur-hamburkan uang jika tidak benar-benar butuh. Lebih baik uang ditabung di bank. Lebih bagus lagi kalau dipakai berinvestasi dengan membeli saham atau surat obligasi di pemerintah, jadi jumlah uangnya bertambah. Prospeknya ke masa depan lebih baik ketimbang dihambur-hamburkan.
Stay-cation ke hotel di pusat Kota Jakarta ini saja sebenarnya sudah pengecualian bagi Ningning. Jujur saja, Ningning tidak suka membuang uang di saat mereka bisa tidur di rumah masing-masing. Tapi Ningning tetap saja ikut, demi menyenangkan hati para sahabatnya.
"Untung lo pada sahabat gue! Kalau enggak, udah gue tinggal cabut ke Burger King bawah," batin Ningning.
Giselle menjadi orang pertama yang menyadari raut wajah kesal dan lelah Ningning secara bersamaan. Gadis itu lalu menepuk pelan lengan Winda dan berbisik, "Itu si Ningning kayaknya bete deh kita belanja terus. Udahan yuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
General FictionIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...