"So, who's gonna tell their story first?" tanya Winda.
"Lo aja gimana, Kak?" ujar Ningning.
"Ih ya jangan gue dong! Kak Karin atau Kak Giselle aja!" seru Winda, melirik ke arah Karina dan Giselle.
Keempat gadis itu saling menatap satu sama lain, namun tidak ada satupun yang berniat angkat suara lebih dahulu.
"Bentar deh ya! Why we sit in circle, on a bed, like we are gonna do some cult thing?" tanya Giselle.
Jadi seperti ini kronologi. Setelah membeli beberapa kotak es krim, mereka kembali ke kamar. Makan es krim, lalu mandi guna membersihkan tubuh yang mengering karena terlalu lama terpapar angin pendingin ruangan.
Setelah selesai, mereka putuskan untuk duduk di atas tempat tidur dengan masih menggunakan jubah mandi. Tidak sadar kalau mereka duduk membentuk lingkaran, seakan mereka akan melakukan pemujaan terhadap setan.
"Ini kan saran lo tadi, Selle. Gimana sih?" omel Karina.
"Ngomel mulu, Kak Karin. Kakak aja deh duluan yang cerita," saran Ningning.
"Loh? Kok jadi gue sih?!" seru Karina.
"Udah lo aja duluan, kan cerita lo masih fresh. Baru kejadian beberapa jam yang lalu toh?" ucap Giselle sembari mengedipkan mata, mendukung total saran Ningning.
Winda juga mendukung, membuat Karina tidak memiliki pilihan untuk menceritakan harinya. Mulai dari memasuki ruang VIP di Mandarin Oriental hingga Tama dan dirinya yang memilih berjalan ke Grand Indonesia ketimbang kembali ke ruang pertemuan dengan kedua orang tua.
"Nah! Gue bilang, kenapa sih enggak diundur aja? Gue lulus aja belum, udah main tunangan. Ya walaupun itu alasan gue aja biar perjodohan ini batal, tapi tetep aja aneh tunangan pas gue belum lulus," cerita Karina.
"Enggak aneh ah, Kak! Tuh Kak Yayan sama Kak Sasha udah tunangan dari tahun lalu, belum lulus juga kan?" sela Ningning.
"Menurut gue aneh, Ning! Gue kan mau fokus dulu gitu loh sama kuliah gue. Kalau misal tunangan minggu depan, pasti entar gue dibombardir soal pernikahan. Gue udah ngeri aja nih kalau ortu gue nyuruh nikah abis lulus kuliah. Duh, enggak mau gue!" pekik Karina sembari berulang kali memukul kasur dan dahi untuk membuang sial.
"Lo sendiri ya, yang nge-jinx! Gue ketawain kalau abis lulus lo beneran nikah," cibir Giselle.
"Udah, ih, Kak! Kak Karin, lanjutin aja lagi ceritanya. Terus gimana kok bisa keluar bareng Pak Tama?" sela Winda.
"Ya udah! Gue kesel, jadi gue keluar aja. Enggak tahu mau ke mana awalnya, jalan aja ngasal. Eh, enggak tahunya doi ngikutin gue. Mana tiba-tiba ngerangkul. Katanya sih ada om-om ngelihatin gue lapar, jadi dia rangkul aja biar itu om-om berhenti ngelihatin gue," lanjut Karina, mengangkat dua tangan ke atas kepala dan melengkungkan dua jari dari masing-masing tangan, menekan kata 'lapar'.
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
Fiction généraleIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...