bonus: their current lives

463 29 4
                                    

Sudah dua tahun berlalu sejak Karina melepas lajang dan menikah dengan Tama. Sudah dua tahun juga kita tidak mendengar kabar apapun mengenai kehidupan Karina, Giselle, Winda, dan Ningning. Apakah Winda dan Ningning sudah lulus? Masihkah mereka bersama pasangan masing-masing? Perubahan apa saja yang terjadi selama itu, ada kah yang penasaran? Mari kita kulik satu persatu!

Karina dan Tama sudah menikah selama satu setengah tahun dan baru saja dikarunia seorang putri. Baru berusia 3 bulan, sehingga tidak aneh jika Karina lebih sering ditemukan berada di rumah orang tua Tama ketimbang di apartemen. Tama yang sedang sibuk-sibuknya di kantor jelas tidak bisa setiap saat menemani Karina. Memindahkan kediaman sementara adalah keputusan yang tepat. Toh buah hati mereka perlu lingkungan tempat tinggal yang lebih baik untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, Karina tidak perlu repot sendirian. Ada ibu mertua dan baby sitter yang siap siaga membantu.

Tetapi, ini bukan berarti Tama tidak memiliki kontribusi dalam mengurus anak. Justru, pria itu yang lebih semangat ketimbang Karina. Di luar urusan menyusui yang pastinya dikerjakan oleh pihak ibu, Tama lakukan semua hal sepulang kantor. Memandikan, menggantikan popok, hingga menidurkan anak, Tama lakukan dengan senang hati. Karina bersyukur suaminya bukan seperti kebanyakan lelaki yang para istri ceritakan seperti di sosial media.

Seperti malam ini.

Karina sambangi kamar sang buah hati dan menemukan Tama yang sedang menidurkan anak mereka. Sudah jam 9 malam. Keduanya sepakat mengusahkan agar anak mereka tidur sesuai jam-nya. Kamar tidur pun dipisah agar kualitas tidur anak tetap terjaga. Tama tambahkan kamera pengintai untuk berjaga-jaga. Walau tidur sudah dipisah kala memasuki usia tiga bulan ini, Karina dan Tama akan tetap mengawasi dengan bantuan teknologi canggih masa kini.

"Udah nidurinnya?" tanya Karina sekeluarnya Tama dari kamar.

Tama mengangguk sembari menutup pintu dengan gerakan super lambat. Sengaja, agar putri mereka tidak terbangun dan kembali menangis. Jika sudah menangis, Karina terpaksa harus turun tangan dan Taman tidak ingin istrinya semakin lelah.

Tama ambil gelas berisi cokelat panas dari tangan Karina, lalu merangkul sang istri untuk selanjutnya berpindah duduk di sofa ruang tengah. Rumah sudah sepi karena kedua orang tua Tama sudah kembali ke kamar. Adik Tama jelas tidak ada karena lelaki itu masih menyelesaikan studinya di Eropa sana.

"Capek ya hari ini, Mas? Mau aku pijit?"

Bukannya menjawab pertanyaan Karina, Tama justru letakkan gelas di meja dan menuntun istrinya memunggungi dirinya. Pelan-pelan ia berikan remasan pelan pada bahu. "Aku mah biasa aja. Yang capek tuh pasti kamu. Sekarang 'kan kamu udah mulai kerja lagi. Walau kamu kerja remotely dan ada baby sitter juga, pasti gak mudah ngurus Mira sambil kerja. Apa yang aku kerjain di kantor mah gak sebanding sama yang kamu kerjain seharian," ucapnya tanpa berhenti memijat.

Karina sesekali bersendawa, menunjukkan bahwa tubuhnya lelah maksimal. Karina senang dengan kehidupan barunya sebagai seorang ibu, namun tubuh mungilnya tidak akan berbohong bahwa pijatan Tama adalah yang ia butuhkan saat ini. Badannya merasa lebih rileks sekarang.

"Ah! Di situ, Mas! Kerasin," lirih  Karina sedikit mendesah.

"Di sini?"

"Iya. Ah!"

"Jangan ngedesah gitu kenapa deh!" celetuk Tama.

"Aku enggak niat begitu! Reflek aja loh," sahut Karina.

"Aku entar yang gak bisa nahan diri."

Karina bukan perempuan polos yang tidak paham apa maksud Tama. Lelaki punya kebutuhan biologis, begitu pula Tama. Karina pun juga rindu. Sejak mengandung hingga tiga bulan sudah terlewat sejak melahirkan, keduanya belum ada melakukan hubungan badan. "Ya enggak masalah sih! Jugaan udah lewat 40 hari," jawab Karina, memberi petunjuk pada sang suami kalau mereka bisa berbagi rindu malam ini.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang