empat puluh delapan

834 140 9
                                    

⚠️⚠️⚠️
trigger warning ahead!
contain 15+ of violence
read with consent!





"In New York..."

"Concrete jungle where dreams are made of..."

"There's nothin' you can't do...."

Satria tersenyum kala mendengar suara nyanyian Giselle yang memenuhi ruang mobilnya. Satria suka dengan suara merdu kekasihnya itu. Giselle sempat cerita kalau ia berada di ekstra paduan suara saat SMP dan SMA. Maka tidak aneh kalau suara gadisnya begitu nikmat untuk di dengar.

Tak ayal Satria tertawa, membuat Giselle berhenti menyanyi. "Loh? Kenapa ketawa? Perasaan enggak ada yang lucu deh!"

Satria mengoyangkan tangan kanannya, lalu berucap, "Enggak, bukan karena ada yang lucu. Cuma kepikir, kok bisa sih aku nyiain dua tahun buat bisa sama kamu."

"Hah? Gimana? Kok aku enggak paham?"

"Dua tahun ini loh, kan kamu nge-fans sama aku aja, terus akunya cuma nganggep kamu teman. Harusnya dari dulu aja aku jatuh cintanya, so I could know you longer. Listening to your singing everytime I want. Its such a bless hearing your voice," terang Satria.

Giselle terkikik mendengar penuturan Satria. "Kamu belajar dari mana sih? Kenapa pintar banget ngalusnya? Enggak nyangka kalau kamu tuh smooth talker gini," ucap Giselle.

"Smooth talker apaan sih? Aku serius loh ngomongnya. Kalau bisa, aku rekam nih suara kamu nyanyi. Jadi kalau aku kangen tapi enggak bisa ketemu, aku tinggal putar aja dari recording," elak Satria. Bukan rayuan belaka, Satria serius berkata demikian.

"Ih repot banget! Kan tinggal telepon. Video call juga bisa, nanti aku nyanyiin sambil gitaran," tawar Giselle.

"Beneran?!" Pertanyaan Satria dijawab dengan anggukan dan senyum manis Giselle.

"Its a deal then, okay?!" seru Satria heboh.

"Hahaha, iya, iya. Enggak usah heboh gitu napa?" balas Giselle.

notre vie | aespa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang