Mobil Giselle berhenti dengan sempurna di dalam garasi. Karina dan Giselle pun turun. Sebelumnya, Giselle mengantar Ningning ke kosan terlebih dahulu sekaligus menitipkan koper Winda di sana. Karina sendiri tidak ia turunkan di rumahnya dan memilih langsung memarkirkan mobil di garasi. Toh rumah mereka sebelahan, Karina bisa kembali dengan berjalan kaki.
"Mama lo ada di rumah?" tanya Karina.
"Enggak. Mama gue masih di Singapore sampai lusa, jadi gue sendiri deh!" balas Giselle.
"Enggak mau nginep di rumah gue? Lo sendirian banget soalnya," ajak Karina.
"Enggak usah lah! Gue biasa kok sendiri, kayak lo enggak tahu aja. Udah sana balik, entar lo dimarahin lagi kagak pulang-pulang dari kemarin," tolak Giselle. Ia dorong pelan tubuh Karina keluar dari rumahnya.
"Okay, I can't force you. Tapi kalau ada apa-apa lo telepon gue atau langsung aja ke rumah. Rumah gue mah terbuka selalu buat lo," saran Karina.
Giselle mengangguk asal. "Iya, iya. Tenang aja!"
Karina tidak bisa memaksa apabila Giselle menolak niat baiknya. Ia tahu Giselle tidak memiliki niat mengusir, hanya saja gadis itu memang terbiasa melakukan banyak hal sendiri. Bukan hal aneh mengingat Papa Giselle pergi meninggalkan rumah sejak bercerai dan Mamanya menjadi sangat sibuk di kantor, sehingga mau tidak mau Giselle terpaksa melakukan banyak hal sendiri. Di tinggal sendirian di rumah juga bukan hal yang beresiko bagi Giselle. Giselle is stronger than what people thought.
Setelah melambaikan tangan, Karina keluar melewati pagar rumah Giselle dan memasuki rumahnya. Betapa terkejutnya Karina saat menemukan Ibu Tama dan Mamanya mengobrol di ruang tengah.
"Eh! Sayang, sini dulu salim sama Tante," panggil Mama.
Karina pikir hari ini ia bisa bebas dari gangguan, tetapi sepertinya itu hanyalah mimpi belaka. Tak ingin membuang waktu, Karina mendekat dan langsung meraih tangan Ibu Tama untuk salim.
"Halo Tante, maaf ya Karin baru muncul. Kemarin abis pergi sama Kak Tama, langsung nginep sama teman-teman di Kempi," ucap Karina dengan sopan, padahal sebenarnya gadis itu malas berbicara manis seperti itu.
Karina lalu duduk di antara kedua wanita itu. Ibu Tama sendiri dengan pelan mengelus surai panjang Karina. "Enggak apa-apa. Kamu sama Tama bisa langsung akrab aja Tante udah senang."
"Siapa juga yang ingin akrab dengan pria menyebalkan seperti Pratama," batin Karina, namun hanya senyum sopan yang gadis itu tunjukkan.
"Kemarin Mama kira kamu mau nolak, eh ternyata malah jalan berdua sama Tama. Bagus lah, jadi pertunangan Sabtu besok bakal berjalan lancar karena kalian udah kenal dan akrab dengan satu sama lain," celetuk Mama.
Here we go again! Karina memang tidak bisa kabur dari kenyataan kalau dalam enam hari ia akan berstatus sebagai tunangan seseorang.
"Enggak kecepetan, Ma, Tan? Kalau misal Sabtu minggu depan gimana?" tawar Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
notre vie | aespa ✔️
General FictionIni tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mungkin bersahabat, namun keempatnya punya cerita sendiri, dengan lika-liku yang berbeda. #1 on ningning | 2020.12.29 #1 on ningyizhuo | 2020.1...